Skip to main content

Featured

Kasus DBD Meningkat, Kemenkes dan Takeda Terus Galakkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD

Ilustrasi pasien DBD | Foto: Freepik Penyakit Demam Berdarah (DBD) serang manusia lintas usia Pada 21 Maret 2024 kompas.id merilis berita yang menyampaikan bahwa 71 anak di Jawa Barat, meninggal karena DBD. Dua pekan lalu, tribunjatim-timur.com menyampaikan bahwa dua warga Kota Batu meninggal dunia juga karena DBD. 1 orang dewasa, dan 1 orang balita. Dari kedua berita teraktual ini, kita bisa menyimpulkan bahwa demam berdarah menyerang manusia lintas usia. Lebih luas lagi, penyakit ini juga bisa terjadi lintas golongan. Dewasa, muda bahkan balita. Miskin, menengah, bahkan kaya semua sama. Berpotensi terkena penyakit DBD.  Mengenal penyakit Demam Berdarah dan gejala yang ditimbulkan Dilansir dari website resmi World Health Organization (WHO), demam berdarah atau demam dengue adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Umumnya, demam berdarah ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis di seluruh d

Maksimalkan Media Dalam Upaya Suarakan Isu Kusta

Pentingnya peran media dalam suarakan isu kusta | Foto: Dokpri

Indonesia jadi negara dengan kasus kusta tertinggi di dunia 

Kemarin KBR Indonesia bekerjasama dengan NLR Indonesia kembali menghadirkan sebuah live talkshow lewat YouTube Berita KBR yang mengangkat isu kusta. 

Selain live talkshow di YouTube, kamu juga bisa mendengarkan informasi ini di 100 radio jaringan kBR di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua dan 105 Fm Jakarta atau live stream via website kbr.id atau Instagram kbr.id. 

Baca juga: PARTISIPASI REMAJA DENGAN DISABILITAS DALAM PEMILU 2024

Meski keduanya kerap mengangkat topik ini, namun seperti biasa, tema yang diusung selalu membawa sudut pandang baru yang memperluas wawasan seputar penyakit yang juga dikenal dengan nama Lepra ini. 

Adapun tema yang dipilih adalah "Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta" dengan menghadirkan Ajiwan Arief Hendradi, S.S selaku Redaktur Solidernews.com. 

Salah satu fakta menarik yang wajib digarisbawahi dari acara ini adalah bahwa kasus kusta di Indonesia berjalan stagnan selama 10 tahun terakhir dengan jumlah sekitar 16.000 - 18.000. Angka ini mengantarkan Indonesia menjadi negara dengan kasus kusta tertinggi ke-3 di dunia. 

Angka disabilitas yang disebabkan oleh kusta juga tergolong tinggi, yaitu mencapai 6,6 per 1 jt penduduk pada tahun 2017. Meskipun pemerintah menargetkan kurang dari 1 per 1 jt penduduk, hal ini menunjukkan keterlambatan dalam penanganan kusta. 

Pasien kusta penyandang disabilitas sering sekali kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai dan informasi mengenai perawatan kusta. Dampaknya adalah, kesulitan akses informasi ini akan meningkatkan risiko penularan dan jumlah kasus baru kusta di Indonesia. 

Salah satu cara penanganannya adalah dengan cara penyebaran informasi yang benar dan komprehensif melalui media, termasuk media sosial, media daring, media elektronik dan sebagainya. 

Siapa saja bisa berkontribusi libatkan diri sebarluaskan isu kusta

Mengingat masih tingginya kasus kusta di Indonesia, siapa saja bisa berkontribusi libatkan diri sebarluaskan isu kusta.

Selain media, pers mahasiswa, hingga jurnalis warga, siapa saja selama memang memiliki akses yang tak terbatas dengan media diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam mengatasi hoax, mitos dan stigma seputar kusta serta menyampaikan informasi yang valid dan inskuslif tanpa menciptakan stigmatisasi dan diskriminasi yang dapat memengaruhi kesejahteraan emosional, psikologis dan sosial penderita kusta.

Hingga saat ini, kusta masih kerap dianggap sebagai penyakit kutukan, azab, penyakit menular dan berbahaya bahkan mengira tidak bisa disembuhkan. 

"Informasi hoax cukup meresahkan. Ini menjadi tantangan untuk lebih lagi mengedukasi masyarakat mengenai kusta" Ujar Ajiwan dalam pemaparannya saat talkshow berlangsung. 

Padahal, jika saja pasien dan orang-orang terdekatnya mengetahui sejak dini kusta yang dialami salah satu anggota keluarga dan mengetahui edukasi penanganannya, bukan hal yang mustahil untuk menyembuhkannya. 

Bagaimana tidak, penanganannya tersedia di puskesman terdekat secara gratis bahkan obatnya saja bisa didapat di apotek terdekat pula. Hanya, penyebaran informasi dan edukasinya saja yang kurang merata. 

Maksimalkan media dalam upaya suarakan isu kusta

Begitu masifnya gerakan yang bisa terjadi lewat media, mestinya, setiap pihak yang memiliki akses dan wawasan valid seputar kusta, dapat memaksimalkan media dalam upaya suarakan isu kusta ini. 

Ini pulalah yang menjadi alasan hadirnya Solidernews.com, sebuah media yang terverifikasi di bawah naungan SIGAB (Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel),

Sebagaimana yang disampaikan Ajiwan, media ini mengangkat ragam isu kusta termasuk advokasi, perlindungan hingga pemenuhan hak-hak disabilitas lewat tulisan. 

Menariknya lagi, kontributor-kontributor yang terlibat dalam tulisan ini sebagian melibatkan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK). Hasilnya, seperti yang terlihat di laman beranda solidernews.com, puluhan artikel bertema kusta dari opini, liputan hingga feature bisa kamu temukan di sana. 

Setiap artikel yang dihasilkan sangat berharga. Tapi perlu dicatat, bahwa edukasi yang bisa kita sebarkan lewat media, tak melulu dalam bentuk tulisan saja. 

Kita bisa hasilkan karya berupa animasi, cerita bergambar, podcast, dan sebagainya. Pemaparan lewat gambar yang menarik dan sarat makna serta informasi akurat di dalamnya justeru lebih menggelitik untuk dibaca dan lebih mudah dipahami. 

Kabar baiknya, bagi kamu yang memiliki keinginan untuk ikut berkontribusi dalam menyuarakan isu kusta secara khusus yang menguasai teknik kepenulisan, kamu bisa menjadi kontributor tulisan baik di blog pribadi, di sosial media, solidernews.com bahkan di kbr.id. 

Yuk, kita suarakan isu kusta, kita bagikan lewat media, sampai informasinya benar-benar merata!

Comments