![]() |
Muhammad Aripin | Foto: Tangkap layar YouTube SATU Indonesia
Mengintip Kampus Kita Setara di Tangerang, Banten
Bahagia sekali rasanya ketika sekitar dua tahun lalu, aku bersama tim berkunjung ke Kita Rato, sebuah cafe di daerah Banten yang seluruh crewnya berasal dari teman-teman disabilitas.
Di sana, mereka tak hanya jadi crew cafe saja, namun dipandu, dibekali dan diedukasi pula soal bagaimana memulai bisnis, membuat produk, memarketingkan produk hingga bagaimana memotivitasi diri bahwa beda itu kaya akan makna.
Teman disabilitas di sana juga belajar bagaimana melayani pelanggan yang ingin menikmati kopi dengan baik, meracik kopi dengan sempurna sesuai takaran yang diharapkan oleh para tamu, hingga bagaimana menjahit bagi beberapa difabel lain sehingga masing-masing teman disabilitas yang ada di sana, memiliki keahliannya sendiri yang dapat diandalkan sebagai upgrade diri dan bertahan hidup.
Begitu beragamnya kreatifitas yang dikembangkan di sini, cafe yang telah berhasil membantu sahabat difabel lebih mandiri hingga 400-500 orang jumlahnya itu diberi nama "Kampus Kita Setara", tempat dimana semua orang ingin diperlakukan sama atau setara.
Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia dan akses bekerja
Dilansir dari data yang dikeluarkan kemenkopmk, hingga 15 Juni 2023 lalu, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia dengan jumlah disabilitas terbanyak pada usia lanjut.
Dan menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja disabilitas di Indonesia pada tahun 2022 hanya mencapai 720.748 orang saja.
Angka ini tentu sangat disayangkan, karena sebetulnya, penyandang disabilitas mungkin memiliki keterbatasan dalam sesuatu tapi bukan berarti keterbatasan tersebut jadi penghalang bagi mereka untuk sukses di dunia kerja. Sebab nyatanya ada banyak pilihan pekerjaan yang cocok untuk teman-teman disabilitas.
Buktinya saja edukasi yang diberikan Kampus Kita Setara nyatanya bisa menghidupi dan membuat ratusan kelompok difabel lebih mandiri dan berdaya.
Muhammad Aripin, asa bagi kaum marginal di Banjarmasin
![]() |
Muhammad Aripin | Foto: Youngster.id |
Jika di Tangerang, Banten, ada Kampus Kita Setara, maka di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ada Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar yang didirikan oleh Muhammad Aripin pada tahun 2016 silam.
Seperti oase di padang gurun, Yayasan sosial ini dihadirkan berbasis proyek dan berbasis pendidikan yang kemudian menjadi asa karena melibatkan kaum marginal di dalamnya.
Siti Wasilah selaku Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin menyebutkan "Ini adalah sebuah gerakan kepeloporan membina anak-anak jalanan dari keluarga yang kurang beruntung. Dirangkul, diayomi oleh seorang pemuda kita, Aripin. Mereka merasa memiliki keluarga di sana."
Ya, Aripin merangkul berbagai latar belakang masyarakat yang ingin terlibat dan bergabung dalam Yayasan ini. Katakan saja anak jalanan, ada pula penyandang disabilitas, mantan narapidana hingga mantan pecandu narkoba yang bekerja sama dengan rumah damping BNN.
Kisah di balik hadirnya Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar
Bukan tanpa alasan Aripin menghadirkan yayasan ini.
Berangkat dari latar belakang orangtua yang berprofesi sebagai pemulung dan tukang becak serta sang ibu yang bertugas untuk membersihkan sisa sisa sampah yang dihimpun bapaknya, membuat Aripin memutar otak bagaimana caranya agar sampah-sampah tersebut kemudian bernilai ekonomis, dan bermanfaat untuk sekitar dan lingkungan.
Lebih dalam lagi, Yayasan ini juga merupakan wujud nyata mimpi orang tua Aripin yang berhasil diwujudkannya. "Beliau punya mimpi, pingin punya sekolahan yang memang dikhususkan untuk masyarakat. Maka, saya mendirikanlah kegiatan yang lebih concern lagi di rumah kreatif dan pintar itu". Katanya seperti dikutip dari YouTube SATU Indonesia.
Pernah diusir namun berhasil kirim produk hingga keluar negeri
Sama seperti perjuangan pada umumnya, Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar juga sempat mengalami sejumlah masalah.
Tahun 2015, yayasan ini pernah berhasil mendapatkan penghargaan dari Kemenpora yang hasilnya kemudian dimanfaatkan untuk membuat mini workshop. Sayangnya, baru seminggu berjalan, warga merasa terusik dan mengusir mereka dari lokasi tersebut.
Wajar saja, banyak sekali orang yang datang dari berbagai kalangan untuk mengenal yayasan ini lebih jauh. Sayang, lokasinya yang berada di tempat sempit membuat warga sekitar sangat terganggu.
Repotnya urusan pindah lokasi inipun tak hanya berlangsung satu dua kali, namun terjadi selama kurang lebih tiga tahun.
Meski demikian, bagi Aripin tetap optimis, baginya kondisi ini hanya sebuah proses yang perlu dinikmati dan akan jadi kenangan menyenangkan untuk diingat di kemudian hari.
Betul, kesuksesan hanya jadi milik mereka yang tak mudah menyerah.
Berjalan sejak tahun 2016, yayasan yang fokus di tiga bidang usaha seperti kerajinan, bengkel dan kesenian ini akhirnya pecah telur juga karena berhasil mengirimkan produknya ke luar negeri.
Kamu mungkin penasaran, bagaimana bisa yayasan yang sempat diusir dan berpindah tempat hingga kurang lebih tiga tahun itu bisa mengirim produk buatannya ke luar negeri, bukan?
Jadi tempat belajar isu lingkungan mahasiswa luar negeri
Siapa sangka, wujud nyata mimpi orang tua yang diperjuangkannya, di kemudian hari malah jadi tempat belajar isu lingkungan bagi para mahasiswa yang datang dari luar negeri.
Setiap tiga bulan sekali, dari berbagai negara mengirim mahasiswa unggulan untuk belajar tentang isu lingkungan, kebudayaan hingga pemberdayaan masyarakat ke yayasan ini. "Biasanya paling sedikit 11 negara yang mengirimkan mahasiswa unggulannya ke sini" Ujar Aripin.
Menarik memang, kantong kresek yang pada akhirnya hanya akan jadi sampah, susah diurai dan membahayakan banyak biota laut, pada akhirnya bisa disulap jadi produk baru yang memiliki nilai ekonomis.
Di Yayasan Rumah Pintar dan Kreatif, kantong kresek tak berguna itu, bisa diubah jadi produk baru yang bernilai ekonomis tinggi seperti pouch hingga sarung tumbler.
Produk-produk inilah yang kemudian mencuri perhatian para mahasiswa pendatang. Tak jarang mereka membawa produk tersebut jadi buah tangan ke negaranya.
Dari sanalah proses ekspor produk yayasan ini dimulai. Warga negara di sana yang tertarik dengan produk yang dibawa oleh mahasiswanya pada akhirnya melakukan pemesanan ke Yayasan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Berhasil menerima SATU Indonesia Awards
Ide cemerlangnya yang menghadirkan Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar di Banjarmasin nyatanya membawa banyak sekali perubahan bagi lingkungannya, terutama bagi kaum marginal yang kini lebih produktif dan bermanfaat untuk diri sendiri dan sekitarnya.
Tak ada lagi minder bagi para difabel, atau merasa tak berguna bagi para mantan narapidana. Aripin tak hanya menyelesaikan sejumlah urusan lingkungan, namun telah berhasil pula menegakkan kembali sejumlah kepala yang sempat tertunduk lesu tak berdaya.
Lewat ide ini, Aripin berhasil menjadi salah satu Pemenang SATU Indonesia Awards tahun 2016 yang kemudian menjadi pintu gerbang Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar makin dikenal lebih masif.
Bagi kamu yang belum tahu, SATU Indonesia Awards adalah acara tahunan Astra yang diselenggarakan setiap tahun untuk mengapresiasi muda mudi Indonesia yang bisa memberikan kontribusi positif untuk lingkungan sekitarnya.
Berkat keberhasilannya menjadi salah satu pemenang di SATU Indonesia Awards tahun 2016, Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar makin digandrungi banyak orang. Tak cuma datang untuk mengenal, namun lebih banyak pula orang yang mendaftarkan diri menjadi anggota di dalamnya.
Yang semula hanya beranggotakan 85 orang saja, Yayasan itu kini telah memiliki sebanyak 2.380 an orang anggota di dalamnya.
Referensi tulisan:
https://m.youtube.com/watch?v=qRatVbNCgcY
https://m.youtube.com/watch?v=JZmtKg4ocnU
0 Comments