Kasus DBD Meningkat, Kemenkes dan Takeda Terus Galakkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD

Ilustrasi pasien DBD | Foto: Freepik

Penyakit Demam Berdarah (DBD) serang manusia lintas usia

Pada 21 Maret 2024 kompas.id merilis berita yang menyampaikan bahwa 71 anak di Jawa Barat, meninggal karena DBD. Dua pekan lalu, tribunjatim-timur.com menyampaikan bahwa dua warga Kota Batu meninggal dunia juga karena DBD. 1 orang dewasa, dan 1 orang balita.

Dari kedua berita teraktual ini, kita bisa menyimpulkan bahwa demam berdarah menyerang manusia lintas usia. Lebih luas lagi, penyakit ini juga bisa terjadi lintas golongan. Dewasa, muda bahkan balita. Miskin, menengah, bahkan kaya semua sama. Berpotensi terkena penyakit DBD. 

Mengenal penyakit Demam Berdarah dan gejala yang ditimbulkan

Dilansir dari website resmi World Health Organization (WHO), demam berdarah atau demam dengue adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Umumnya, demam berdarah ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis di seluruh dunia, sebagian besar di wilayah perkotaan dan semi perkotaan.

Pada sebagian pasien, tak ditemukan gejala saat mengalami DBD, namun di beberapa pasien lain yang menderita penyakit ini, ada sejumlah gejala yang biasa ditemukan, yaitu:

  • Demam tinggi (40°C/104°F) 
  • Sakit kepala parah 
  • Rasa sakit di belakang mata 
  • Nyeri otot dan sendi 
  • Mual 
  • Muntah 
  • Kelenjar bengkak 
  • Ruam.

Sedangkan untuk untuk demam berdarah yang sudah memasuki level parah, gejala yang ditunjukkan adalah:

  • Sakit perut yang parah 
  • Muntah terus-menerus 
  • Pernapasan cepat 
  • Gusi atau hidung berdarah 
  • Kelelahan 
  • Kegelisahan 
  • Darah dalam muntahan atau tinja 
  • Menjadi sangat haus 
  • Kulit pucat dan dingin 
  • Merasa lemah.

Kamu mungkin sudah familiar dengan istilah pelana kuda.

Istilah ini merujuk pada siklus demam yang terjadi pada penderita demam berdarah yang bergerak naik turun mengikuti bentuk pelana kuda. 

Dalam siklus ini, ada tiga fase yang akan terjadi, yaitu fase demam tinggi 40 derajat Celcius, fase kritis 30 derajat Celcius dan fase penyembuhan. 

Mengingat penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, suku dan golongan, orang tua diharapkan menjadi garda terdepan yang dapat melindungi keluarga dari serangan nyamuk dengue. 

Kepekaan menjadi sangat penting, terutama ketika anak terserang mengingat kurangnya kemampuan untuk menjelaskan secara rinci apa yang sedang dirasakan. 

Kepekaan ini juga dibutuhkan untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan baik demi menyelamatkan anggota keluarga sebab DBD, jika tidak disertai dengan pengobatan yang sesuai, bisa menyebabkan komplikasi yang cukup parah bahkan berpotensi menyebabkan kematian. 

Jika kamu menemukan gejala ini pada diri sendiri atau anggota keluarga, sebaiknya segera periksakan diri di puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan. 

Kemenkes: Waspada, Kasus DBD Meningkat 2 Kali Lipat!

Kemenkes: Waspada, kasus DBD meningkat 2x lipat | Foto: Tangkap layar Metro TV

Saat ini, apabila melakukan pencarian di mesin pencari Google dengan kata kunci "Kasus DBD", maka berita yang tersaji adalah kasus teraktual DBD di berbagai wilayah di Indonesia. 

Dua hari lalu, Metro TV bahkan menampilkan data terbaru dari Kemenkes yang menganjurkan agar semua warga tetap waspada, sebab kasus DBD meningkat 2 kali lipat. 

Masih dalam berita yang sama yang ditayangkan pada pukul 18.49 WIB itu, data sementara menunjukkan ada 124 pasien kasus DBD yang meninggal dunia.

Butuh kolaborasi lintas sektor tangani DBD

Dr. Imran memberikan pemaparan tren kasus DBD di Indonesia | Foto: Dokpri

Begitu gentingnya permasalahan DBD di Indonesia, dibutuhkan kerjasama dari lintas sektor untuk menanggulangi permasalahan ini bersama-sama. 

Pada hari Kamis, 21 Maret 2024, dalam acara Talkshow & Buka Puasa Bersama Media dan Blogger yang bertempat di Raffles Hotel, Jakarta, dr. Imran Pambudi, MPHM selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa untuk mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030, diperlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat.

"Sangat krusial untuk membangun sebuah sinergi yang kuat antara sektor publik, yaitu pemerintah, dan sektor swasta. Blue print-nya sudah ada, yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Namun demikian, implementasi pengendalian dan pencegahan harus dilakukan di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati target <10/10.000 penduduk" ujarnya.

Dr. Imran juga menyampaikan bahwa saat ini beberapa daerah telah menetapkan status Kondisi Luar Biasa (KLB) Dengue. 

Implementasi 3M Plus masih memegang peran yang sangat krusial dalam pengendendalian kasus DBD di Indonesia. Hingga minggu ke-11 tahun 2024 saja, sudah ditemukan sebanyak 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290 kematian. 

"Di bulan Maret ini saja, beberapa daerah sudah menetapkan KLB seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab. Nagekeo. Oleh karena itu, pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M Plus dan termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin DBD" Lanjut Dr. Imran.

Upaya pencegahan anggota keluarga dari serangan DBD

Mengingat betapa bahayanya DBD, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga agar terhindari dari nyamuk dengue:

  1. Menerapkan 3M plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang) plus mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk,
  2. Memasang kelambu di kamar tidur dan kasa pada setiap lubang ventilasi dan jendela Menggunakan lotion anti nyamuk dan lakukan repitisi jika dibutuhkan
  3. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang
  4. Tidak menggantung pakaian di kamar 
  5. Menerapkan 1 rumah 1 jumantik
  6. Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti sereh, lavender, zodia dan lain-lain
  7. Mendapatkan vaksin DBD yang bisa diterima oleh kelompok usia 6-45 tahun. Upayakan untuk konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan perlindungan yang menyeluruh dari DBD melalui vaksinasi. Pastikan pula mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya agar kita dan orang-orang terkasih dapat terlindungi dari bahaya DBD yang mengancam jiwa. 

Kiat-kiat di atas bisa dikatakan didominasi oleh penerapan pola hidup bersih dan sehat.

Dengan begitu bisa disimpilkan bahwa menerapkan hidup bersih dan sehat ini bukan hanya membuat lingkungan tampak asri namun juga menjaga keluarga dari serangan berbagai penyakit termasuk demam dengue. 

Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD bersama Takeda

Selain gencar melakukan sosialisasi tentang bahaya DBD yang mengancam, salah satu kolaborasi penanganan penyakit yang mematikan ini adalah penyusunan program kerja bersama serta peluncuran kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD bersama PT. Takeda Innovative Medicines (Takeda).

Kampanye ini bertujuan mengajak lebih banyak masyarakat untuk semakin memahami tentang DBD serta tindakan pencegahan, termasuk memberikan edukasi seputar upaya preventif yang inovatif seperti Wolbachia dan vaksinasi. 

Kampanye ini juga diperkuat dengan berbagai rangkaian dialog baik dengan para pembuat kebijakan, dan komunitas sosial untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia.

Seputar Takeda

Sebagai informasi, Takeda atau Takeda Pharmaceutical Company Limited adalah perusahaan biofarmasi terkemuka berbasis nilai, penelitian dan pengembangan (R&D) dari Jepang, yang berkomitmen untuk menemukan dan menghadirkan perawatan terkini, yang sejalan dengan komitmen mereka kepada para pasien, orang-orang Takeda, dan juga planet Bumi. 

Vaksin mencegah 3.5 hingga 5 juta kematian setiap tahun dan telah mengubah kesehatan masyarakat global. Dan selama lebih dari 70 tahun, Takeda telah memasok vaksin untuk melindungi kesehatan orang-orang di Jepang. 

Gencar berikan edukasi seputar pencegahan DBD di Indonesia, Takeda Raih Penghargaan PR Indonesia Award 2024

Kabar baiknya, masih di acara serupa. Takeda juga mengumumkan pencapaian luar biasa melalui penghargaan perunggu yang didapat dari ajang PR Indonesia Award 2024, kategori Program Corporate (PR) untuk Perusahaan Swasta. 

Penghargaan ini mengakui program corporate PR yang dijalankan oleh Takeda dalam kemitraan dengan Kementerian Kesehatan RI dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia sebagai serangkaian kegiatan yang komprehensif dan berdampak besar.

"Kami sangat bangga untuk menerima penghargaan yang luar biasa dari PR Indonesia ini, sebagai pengakuan atas komitmen kuat kami bersama dengan Kementerian Kesehatan dalam memerangi DBD di Indonesia." Ujar Andrea Gutknecht, selaku Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines. 

"Pencapaian ini menggarisbawahi dedikasi kami untuk membuat perbedaan nyata dalam kesehatan masyarakat, sesuai dengan keahlian kami. Hal ini tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya dukungan dan sambutan baik dari pihak-pihak terkait, di antaranya Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan, para mitra di dunia kesehatan, komunitas, serta masyarakat umum. Prestasi ini bukan hanya milik Takeda, tetapi juga milik semua pihak yang sudah dengan gigih melakukan pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia.” Lanjutnya. 


Referensi tulisan:

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue

Post a Comment

11 Comments

  1. Di lingkunganku ada juga yang terkena DBD, akhirnya warga lebih berhati-hati dan sering juga dilakukan pengecekan jentik nyamuk. Aku sendiri punya beberapa tanaman air jadi dituntut lebih waspada terhadap jentik nyamuk., jadi aku ganti air sesering mungkin. Kalau ada vaksin DBD seperti Takeda pasti mbantu banget si. Kita jadi lebih tentram dan ngg terlalu panik. Nice information!

    ReplyDelete
  2. DBD memang membahayakan keluarga ya, makanya diperlukan sosialisasi tentang DBD seperti ini ke masyarakat agar lebih paham

    ReplyDelete
  3. Wah, baca tulisan mbak Efa sebetulnya aku jadi tertarik lebih jauh sama nyamuk Wolbachia. Ini tuh tipe nyamuk yang tidak membawa virus DBD gitu ya? Aku agak trauma sama penyakit ini soalnya dulu pernah kena pas hamil sampai masuk ICU dua malam. Seneng deh kalau lihat banyak pihak yang concern sama masalah ini, termasuk pemerintah dan perusahaan swasta seperti Takeda.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah beberapa waktu lalu di lingkungan saya diadakan penyemprotan. Nyamuk da kecoak keluar semua hehehe. Tapi yang paling penting, harus terus menjaga kebersihan lingkungan. terus biar semakin terhindar DBD bagusnya divaksin juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suka parno kalau fogging Mas. Serangan kecoa brutal banget. Betul, jaga lingkungan rumah biar nyamuk aedes ga punya tempat tinggal

      Delete
  5. Aku pernah tinggal di kota yg tinggi angka DBDnya Kak. Maka dari keluarga, lingkungan tempat tinggal sampai sekolah kami semua rajin bersih-bersih. Memang betul kita harus kerja bareng utk menekan angka DBD ini Kak. Ikhtiar terus, alhamdulillah seneng skrg ada vaksin DBD jadi bisa semakin mencegah DBD.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kerja bareng, sehat bareng, hempas nyamuk DBD bareng-bareng. Semoga kasus DBD semakin menurun ya kaaa

      Delete
  6. Ngomongin soal DBD di tempatku Sekarang juga sudah ada jumantik yg tiap hari jumat keliling rumah warga buat mantau sarang nyamuk di air dan tandon

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ih keren! Kayake jumantik emang perlu diadain di tiap RT ya

      Delete
  7. Penyakit yang meresahkan dari tahun ke tahun.
    Kalau di daerahku kemarin juga ada beberapa kasus DBD dan alhamdulillah ketika melapor ke RT dan pihak sekolah ((karena mobilisasi anak-anak sekitaran itu)), segera ditangani dengan cepat, seperti fogging, sosialisasi Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD bersama Takeda dan vaksin.

    ReplyDelete
  8. Sebagai orang yang pernah ke DBD hingga tahap kritis dan dipantau 24 jam nonstop di hari pertama opname tuh rasanya benar-benar sudah pasrah deh.. untungnya sekarang sudah ada vaksin ya, bisa membantu mencegah kalau memang harus dinas ke tempat-tempat dengan sungai kotor dan kasus DBD tinggi

    ReplyDelete