![]() |
Online Blogger Gathering Eco Blogger Squad | Foto: Screenshoot Zoom meet Eco Blogger Squad |
Pada tahu ngga kalau sesederhana menghabiskan makanan di dalam piring sendiri, kita sudah berkontribusi untuk menjaga Bumi?
Kalau belum tahu, then, artikel ini dihadirkan untuk kamu nikmati dan semoga bisa pula diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan iklim dan dampak buruknya di berbagai belahan dunia
Setiap bulan Oktober, kita merayakan hari Sumpah Pemuda, tepatnya di tanggal 28 Oktober.
Perayaan ini sebagai bukti bahwa sejak zaman dahulu, muda-mudi Indonesia sudah menolak keras terpecah belah negara kita akibat perbedaan suku, agama dan ras.
Saat ini, urusan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) memang sudah meredam meski kadang masih suka "digoreng" dan disalahgunakan oleh sejumlah oknum di momen-momen tertentu.
Namun, mari kita sesaat menepis itu, sebab nyatanya, permasalahan di Indonesia tak melulu soal SARA. Terbaru yang kini jadi tantangan bersama masyarakat di seluruh dunia, ada pula urusan lingkungan dan cuaca yang tak lagi menentu rimbanya.
Panas yang berkepanjangan, hujan dateng pun terkadang rintik doang. Begitu jalanan sudah basah, ia berhenti tiba-tiba tak peduli jalanan tak basah merata.
Di belahan Bumi lain, hujan datang serampangan sampai banjir bandang menghantam menyeramkan.
Di China, Agustus lalu misalnya, ribuan orang dievakuasi karena banjir. Di Libya intensitas curah hujan yang parah juga turut sebabkan banjir bandang September lalu. Faktor perubahan iklim diduga kuat yang berperan dalam kejadian ini.
Oktober bulannya anak muda, bulannya kerjasama jaga Bumi Indonesia
Bersamaan dengan datangnya Hari Sumpah Pemuda, Eco Blogger Squad turut serta merayakan harinya anak muda ini dengan mengadakan Online Blogger Gathering dengan mengangkat tajuk "Semangat Orang Muda, Menjaga Bumi Indonesia."
Bagi yang belum tahu atau belum pernah dengan sebelumnya #EcoBloggerSquad adalah komunitas yang beranggotakan para blogger yang memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan hidup terutama perubahan iklim dan hutan.
Dalam online gathering tersebut, turut hadir Amalya Reza selaku Manajer Bioenergi at Trend Asia, Jaqualine Wijaya selaku CEO and Co-Founder at Eathink serta Cerli Febri Ramadani selaku Ketua Sentra Kreatif Lestari Siak atau dikenal juga dengan nama SKELAS.
Ya, ketiganya merupakan anak muda yang mengambil perannya masing-masing untuk menjaga kesehatan Bumi lewat cara dan kapabilitasnya masing-masing. Berbeda cara untuk tujuan yang sama.
Lalu, bagaimana cara ketiganya menjaga Bumi, satu-satunya tempat tinggal manusia ini?
Membuat perubahan lewat pilihan makanan
Temen-temen, pada tahu ngga kalau menghabiskan makanan di dalam piring berarti kita sudah berkontribusi selamatkan Bumi? Untuk itu, penting sekali melakukan perubahan dalam pilihan makanan.
Inilah yang disampaikan Jaqualine Wijaya dalam Online Gathering kemarin. Lewat penerapan sustainable eating yakni pola makan berkelanjutan, nyatanya kita bisa mengurangi jejak karbon dan pencemaran lingkungan.
Keputusan kita dalam memilh makanan sangat krusial untuk mengurangi sampah makanan yang terbuang. Sebab sisa makanan di level konsumen yang dibuang pada akhirnya akan menumpuk dan berpotensi menghasilkan gas metana yang berbahaya bagi masyarakat di sekitar pembuangan sampah sekaligus jadi salah satu biang keladi terjadinya global boiling yang kita alami kini.
Penerapan pola makan berkelanjutan ini setidaknya akan mempengaruhi 3 aspek yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial.
Program KUBISA, hadirkan dua sisi baik untuk manusia dan alamnya juga
Berbeda dengan Jaq, Cerli Febri Ramadani menyediakan wadah bagi anak muda di Kabupaten Siak, Riau, untuk mengembangkan inovasi produk lokal sembari memanfaatkan potensi sumber daya manusia, pariwisata dan ekonomi kreatif lestari lewat kerjasama dengan multipihak.
Lewat komunitas Sentra Kreatif Lestari Siak (SKELAS), banyak kolaborasi antara komunitas dan pemerintah yang sudah terjalin. Salah satunya adalah dengan menghadirkan program Inkubasi Bisnis Lestari (KUBISA), yakni program pendampingan usaha bagi pelaku UMKM terpilih Kabupaten Riau dengan ide usaha inovatif yang memberi dampak positif bagi sosial dan lingkungan.
Yakin bionergi benar-benar bersih?
Setidaknya pertanyaan inilah yang pertama sekali dilontarkan oleh Amalya Reza selaku Manager Bio Energi Trend Asia.
Menurutnya, proyek transisi energi dengan fokus pengembangan bioenergi berpotensi menimbulkan masalah lain terhadap lingkungan dan konflik lahan sekaligus mengancam ketahanan pangan.
Proyek ini juga telah mempengaruhi bahkan mengancam lingkungan hidup serta salah satu adat istiadat di Mentawai.
Agar tak terus berlanjut, butuh aksi kolektif yang harus dilakukan secara sadar dan berkelanjutan untuk menjaga dan merawat Bumi yang kita tinggali.
Gerakan peduli lingkungan untuk selamatkan Bumi dengan cara kita masing-masing masih sangat penting untuk disuarakan. Sebab setiap gerakan yang kita lakukan, kita bisa menyelamatkan hutan yang masih kita miliki saat ini.
Ya, kita masih punya hutan. Tugas kita adalah menjaganya, benar-benar menjaganya agar Bumi tetap nyaman untuk kita tinggali dan untuk kenyamanan hidup anak-anak kita nanti.