Alih Profesi Jadi Petani, Maharani Temani Warga Hijaukan Lingkungannya

0


Maharani | Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia


Maksimalkan edukasi untuk para petani

Bicara soal edukasi tinggi, rasanya identik dengan profesi tinggi pula yang menuntut seseorang untuk menghabiskan mobilitas tinggi yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kalau sudah begini, kampung halaman umumnya akan terabaikan atau jadi nomor sekian. 


Beruntungnya Indonesia, tak semua anak bangsa yang memeluk erat paham tersebut. 


Namanya Maharani, seorang doktor pertanian, sekaligus dosen pegawai negeri sipil dari Lombok. Alih-alih fokus menapaki jenjang karirnya yang mestinya bisa lebih tinggi lagi, ia justeru beralih profesi jadi petani dan melatih para petani di sekitar hutan termasuk melatih anak-anak muda agar mau jadi petani. 


Dibalik pindah profesi

Bukan keputusan yang mudah untuk mengambil langkah penting ini. Bermula dari keprihatinannya melihat Nusa Tenggara Barat begitu kering dan tandus, Maharani kemudian membulatkan niatnya. 


Bagaimana tidak, lahan yang mengering itu dibiarkan kosong dan tak terpakai. Ini sama artinya dengan nihil atau kurangnya pendapatan para petani. 


Belum lagi, minimnya tanaman hijau di lahan tersebut membuat warga terus merasa kering, desa tak cantik pula dipandang mata, serta tak nyaman juga untuk ditinggali. 


Berangkat dari latar belakang pendidikan pertanian, ia tak sekadar melihat lahan yang kering kerontong di sana, namun sebuah potensi besar bila dimanfaatkan dengan cara yang tepat, dan SDM yang mumpuni.


Dari berbagai spesies tumbuhan di muka Bumi, Maharani memilih pohon Gaharu (Gyrinops Versteegii) untuk dibudidayakan oleh warga. 


Mengenal pohon Gaharu dan manfaatnya untuk warga

Gubal gaharu, bahan pembuat parfum | Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia


Pohon Gaharu adalah sejenis pohon anggota suku gaharu-gaharuan. Jenis ini umumnya bisa dijumpai di Bangladesh, Bhutan, India, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand termasuk Indonesia. 


Tanaman ini menjadi sangat penting karena bagian-bagian pohonnya sendiri, memiliki manfaatnya masing-masing. 


Gaharu sendiri khususnya bagian gubal (galih gaharu) merupakan bahan dasar pembuatan parfum, daunnya bisa dimanfaatkan menjadi teh, ekstrak daunnya bisa jadi minyak gaharu, sedangkan batangnya (bukan gubal) bisa dijadikan sebagai tasbih, dupa, kosmetik hingga sabun. Dengan demikian, bisa dikatakan, petani bisa memanfaatkan semua bagian pohon Gaharu hingga tak ada yang terbuang. 


Uniknya adalah, ketika tanaman lain memerlukan persiapan lahan dan air yang cukup untuk tumbuh dan berkembang, sebaliknya tanaman Gaharu justeru bisa tumbuh lebih "menderita" di atas lahan kritis, kering dan berbatu. 


Kata menderita untuk pertumbuhan tanaman di atas lahan kritis ini mengacu pada perjuangan keras pohon Gaharu untuk bertumbuh sehingga bisa menghasilkan kualitas gubal yang jauh lebih bagus dibandingkan yang ditanam di tanah subur. 


Dengan begitu, bisa dikatakan sekali mengayuh, dua tiga pulau terlampaui. Penanaman pohon Gaharu tak hanya memperbaiki perekonomian para petani dengan memanfaatkan lahan kritis, namun berhasil pula menghijaukan kembali ratusan Hektare lahan kritis tersebut. 


Kabar baiknya adalah, gubal, salah satu bagian pohon ini, yang dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan parfum, dibanderol dengan harga yang cukup fantastis, yakni di rentang harga Rp5-10jt per Kg nya. Sedangkan untuk kategori "King" harganya jauh lebih gila lagi, karena mencapai Rp50-70jt per Kg nya. 


Tantangan edukasi para petani

Menyandang pendidikan hingga doktor serta status sebagai seorang PNS, kehadiannya untuk memberikan edukasi seputar pemanfaatan lahan kritis lewat penanaman pohon Gaharu di tengah masyarakat bukanlah hal yang mudah. 


Ia dicibir dari berbagai arah. 


Namun niat baik terus membuatnya berpegang pada pendiriannya. Ia meyakinkan para petani khususnya anak muda bahwa menjadi seorang petani tak identik dengan kemiskinan. 


Tak berhenti sampai di sana. Maharani juga harus memutar otak mendapatkan cara yang tepat untuk mengajak masyarakat agar mau bergerak bersama. 


Kalau saja awal perkenalannya dimulai dengan kisah yang hanya berujung soal penghijauan lingkungan, bisa jadi kehadirannya tak diterima dengan baik oleh masyarakat. Namun dengan edukasi dan ide yang tepat, ia mengangkat soal manfaat ekonomis yang akan diterima oleh para petani, maka keinginannya untuk melancarkan misi menghijaukan lingkungan, pun bisa terpenuhi. 


Udara sejuk di tengah isu global boiling

Belakangan, berita panasnya sejumlah wilayah di Indonesia dan di sebagian penjuru dunia, semakin kuat. Kondisi ini tak lagi disebut global warming melainkan sudah jadi global boiling.


Istilah ini menjurus pada situasi ketika suhu Bumi secara drastis melebihi batas normal akibat efek rumah kaca dan aktivitas manusia. 


Aktivitas yang dimaksud termasuk pula maraknya penggunaan kendaraan roda dua, industri, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan, pembukaan lahan, hingga pemanfaatan area hutan untuk pertambangan, pengeboran minyak hingga pemukiman. 


Sejak 2014 hingga tahun 2020 saja, Maharani bersama teman-temannya telah berhasil menanam Gaharu di Lombok Utara 250 Ha, Lombok Barat 200 Ha, Lombok Tengah 100 Ha, dan Pulau Sumbawa sekitar 500 Ha yang diinisiasi sendiri, dukungan pemerintah, dan tanggung jawab sosial perusahaan. 


Dengan begitu, ratusan finansial warga pula yang telah "berhasil" diselamatkan oleh Maharani dan Gaharunya. Yang terpenting adalah, edukasi bahwa menjadi petani tak melulu identik dengan kemiskinan dan perlu untuk disingkirkan. 


Kehadiran Maharani dan edukasi seputar pohon Gaharunya tak hanya berhasil menjaga komunitas anak muda petani di Lombok dan sekitarnya, namun telah berhasil pula menghijaukan lingkungan di tengah isu pemanasan global yang kian masif.


Referensi tulisan:

https://jabar.viva.co.id/news/15085-maharani-pembuka-harapan-baru-para-petani-gaharu

https://www.mongabay.co.id/2020/01/07/petani-muda-lombok-ini-pulihkan-lahan-dengan-gaharu-dan-buah-buahan/

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)