Tak Sekedar Angka, Ayo Kenalan Dengan RAPBN Yang Mengandung Banyak Makna!

0

Mini talkshow RAPBN 2024 | Foto: Properti Detik Finance


Sebagai warga sipil, istilah APBN memang kerap wara wiri di telingaku. Sejauh yang aku tahu, APBN merupakan akronim dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sederhananya dalam pemahamanku, istilah ini merujuk pada sejumlah angka yang nominalnya digunakan untuk membayar setiap pembelanjaan kebutuhan negara. 


Kalau ditanya secara detail, mungkin akan sama dengan warga sipil yang tak paham lainnya. Eng... eng... doang tanpa tahu apa yang perlu diutarakan. 


Mendapat kesempatan berkenalan dengan RAPBN 2024 lewat ISB dan DetikFinance

Beruntungnya aku, lewat salah satu komunitas Blogger yang bernama Indonesia Social Blogpreneur (ISB) yang digawangi Ani Berta, aku bersama 9 Bloggers lainnya berkesempatan mendengar dan mengenal langsung seputar APBN yang dipaparkan oleh pihak-pihak yang memang berkompeten untuk menjelaskannya. 


Acara Mini Talkshow yang bertajuk Bedah RAPBN 2024 yang disenggarakan di Beranda Kitchen ini menghadirkan Piter Abdullah selaku Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Wahyu Utomo selaku Kepala Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal (BFK), serta Josua Pardede selaku Kepala Ekonom Bank Permata. 


Mengenal APBN

Teman-teman, ternyata anggapan saya selama ini soal APBN, salah!


Betul keberadaannya memang untuk membayar sejumlah kebutuhan negara, namun ternyata, pembayaran tersebut termasuk pula yang berurusan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Termasuk kita. 


Tapi perlu diketahui, APBN adalah sebuah instrumen bukanlah tujuan. APBN ini ada untuk menstimulasi ekonomi dan menjawab berbagai tantangan kehidupan masyarakat seperti tantangan demografi, perubahan iklim dan lain-lain dalam framework yang sehat. 


Artinya, mengutip pemaparan Piter Abdullah, semakin besar anggaran APBN, maka semakin kuat dan besar pula kemampuan Pemerintah untuk mensejahterakan warganya. 


Kabar baiknya, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang akan diolah oleh Presiden yang menjabat pada tahun 2024, menurut Wahyu Utomo, mencapai angka Rp 3.300T. Sebuah angka yang fantastis untuk digunakan bagi kebaikan kehidupan masyarakat. 


Sayangnya, tingginya RAPBN tidak melulu menjamin kebahagiaan warganya. Oleh sebab itu, butuh strategi di dalamnya untuk menjawab berbagai tantangan perekonomian. 

Apalagi tujuan RI saat ini kan mau jadi negara dengan ekonomi besar. 

Nah, Pemerintah udah fasilitasi APBN nya dengan angka yang lumayan besar nih, tinggal bagaimana mengolahnya agar bisa mewujudkan harapan Kementerian Keuangan yang menyebut visi Indonesia tahun 2045 menjadi negara ekonomi lima besara dunia dengan pendapatan per kapita US$ 23.000 atau yang disebut juga dengan Indonesia Emas 2045. 

Ada sejumlah tantangan sebenarnya yang masih dihadapi untuk mewujudkan misi Indonesia Emas 2045 itu, seperti menghadapi tensi geopolitik yang tak kunjung mereda. 

Dampaknya, rantai pasokan jadi terganggu, suku bunga mengalami tekanan, pertumbuhan domestik jadi melambat dan mengalami fragmentasi.

Selain itu, ada pula tantangan dari perubahan iklim yang membawa bencana alam dimana-mana, probabilitas terjadi bencana semakin tinggi. 

Tantangan berikutnya, masih menurut Wahyu, adalah digitalisasi ekonomi. Digitalisasi ekonomi ini bisa menjadi ancaman sekaligus peluang karena bisa mengatur ekonomi lebih kompatibel sehingga sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi sumber perubahan baru. 

Tantangan terakhir adalah pandemi. Indonesia tergolong hebat dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Ketika beberapa negara kelimpungan, Indonesia masih bisa terus bertahan. 

Namun, keberhasilan dalam menghadapi pandemi harus pula dijadikan sebagai pelajaran. Dengan begitu, negara ini membuat persiapan jika sewaktu-waktu hal serupa kembali terjadi. 

Membuat sebuah sistem kesehatan dan perlindungan sosial yang adaptif, termasuk pengolahan fiskal yang simpel namun responsif. 

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)