![]() |
Cantiknya Holbung yang sayang sekali bila harus kebakaran | Foto: Efa Butar butar |
Ada perasaan sedih, kecewa, marah, terluka sekaligus takut ketika beredar sebuah video di Tiktok yang menunjukkan bukit Holbung, salah satu destinasi pariwisata tersohor di Sumatera Utara, kebakaran.
Saat itu yang kupikirkan, berkurang sudah salah satu destinasi kebanggaan warga Samosir dan sekitarnya. Panik dan sedih juga kalau pas liburan ngga bisa main ke bukit yang kian terkenal pasca film Ngeri-ngeri Sedap itu bertengger di layar lebar hingga beberapa minggu lamanya.
Entah ini bisa disebut beruntung, tapi ternyata yang terbakar adalah sekelumit dari area Danau Toba. Belum diketahui pasti penyebabnya, namun api tak sempat memakan area perbukitan lebih luas.
Kebakaran di lokasi yang sama, tak hanya sekali terjadi. Tahun 2020, Holbung juga sempat dilahap si jago merah. Tahun 2022, detik.com merilis berita serupa, diduga dibakar. Tahun ini muncul kembali berita yang sama.
Kasihan Bukit Holbungnya. Bolak balik "memperbaiki diri", bolak balik dirusaki. Kasihan pula warga di sekitarnya, sudahlah kehilangan salah satu sumber penghasilan akibat ditutupnya area bukit hingga api padam dan kondisi dinyatakan aman, mereka juga harus bolak balik menikmati asap kebakaran.
Lingkaran setan alih fungsi lahan
Bicara soal kebakaran memang panjang ceritanya, apalagi kalau yang terbakar area hutan dan lahan.
Salah satu yang rentan mengalami kebakaran adalah hutan gambut, yaitu jenis lahan basah yang terbentuk dari timbunan material organik berupa sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut dan jasad hewan yang membusuk di dalam tanah.
Karena terbentuk dari material organik, gambut memiliki tekstur terbuka, berongga dengan pori-pori makro dan tekstur tanahnya didominasi oleh pori-pori mikro yang berada di dalam serat-serat gambut.
Ngga heran kalau sampai gambut disulut dengan setitik gara saja, terutama di waktu kemarau berjalan, bakal ngundang api besar yang menyeramkan.
Setitik gara bisa menyebabkan gambut terbakar?
Tentu. Ketika lahan gambut kering, api kecil atau puntung rokok yang masih menyala bisa memicu kebakaran. Api bisa menyebar hingga ke lapisan gambut yang kedalamannya mencapai 4 meter.
Bahayanya lagi, meski di permukaan api sudah tampak padam, bukan berarti api di lapisan dalam gambut sudah padam juga karena teksturnya yang berongga. Bahkan, api bisa bertahan hingga berbulan-bulan lamanya dan menjalar ke tempat lain.
Kebakaran di lahan gambut pada umumnya disebabkan oleh manusia dengan didukung oleh peristiwa alam seperti kondisi El Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan dan kondisi fisik gambut yang sebelumnya sudah terdegradasi.
Namun kita ngga boleh melulu nyalahin si El Nino, yang paling umum terjadi adalah kebakaran akibat pembukaan lahan gambut untuk persiapan lahan yang dilakukan oleh masyarakat atau perusahaan.
Pemilihan pembakaran untuk membuka lahan tak lain karena cara tersebut terbilang mudah, murah dan prosesnya cepat. Padahal, di sisi berbeda, cara ini membawa dampak buruk terhadap kondisi biofisik gambut dan dapat menyebabkan terjadinya kebakaran lahan gambut dalam skala yang luas.
Dalam online gathering #EcoBloggerSquad yang diselenggarakan pada tanggal 11 Agustus yang lalu dengan mengangkat topik "Bersama Bergerak Berdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan" Ola Abas dari Pantaugambut.id menyebutkan bahwa alih fungsi lahan itu persis seperti lingkaran setan.
Bila lahan gambut dibuka untuk dialihfungsikan, maka gambut akan terlebih dahulu dikeringkan, lalu dibakar.
Lewat pembakaran ini, akan terjadi emisi karbon yang kemudian menyebabkan global warming yang kini banyak disebut sebagai global boiling saking panasnya. Kemarau kering dan berkepanjangan pada akhirnya berpotensi pula menyebabkan terjadinya karhutla. Begitu seterusnya.
Padahal, praktik mengeringkan satu hektare lahan gambut di wilayah tropis akan mengeluarkan rata-rata 55 metrik ton CO2 setiap tahunnya, atau setara dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin.
Dampak Karhutla
![]() |
Ilustrasi kebakaran hutan | Foto: Vecstock via Freepik |
Repotnya pembakaran hutan dan lahan untuk kebutuhan alihfungsi adalah, banyak sekali dampak buruk yang sebetulnya manusia manusia juga yang kena imbasnya.
Holbung yang terbakar sedikit saja, area wisata tersebut langsung ditutup. Secaar otomatis, salah satu sumber penghasilan warga lokal berkurang sampai kondisi dinyatakan aman. Kebayang betapa "kenyangnya" warga sekitar dengan asap pekat yang merebak bila hutan dengan jumlah jutaan Hektare terbakar,
Yang paling parah, flora, fauna dan ragam habitat yang ada di dalam hutan akan turut menjadi korban. Antara mati, punah, atau berbagai jenis satwa liar masuk ke pemukiman dan membahayakan manusia.
Berikut adalah sejumlah dampak karhutla yang dirangkum dari pemaparan Ka Ola Abas:
Rusaknya ekosistem:
- Rantai makanan rusak,
- Satwa liar masuk ke perkampungan,
- Fungsi ekologis hutan gambut jadi rusak
- Hilangnya keanekaragaman hayati
Kabut asap:
- Kesehatan
- Aktivitas perekonomian terhambat
- Sekolah diliburkan
- Akses transportasi udara jadi terhambat
Hilangnya ruang hidup warga sekitar:
- Petani tidak punya lahan untuk digarap
- Terpaksa menjadi buruh
Mempercepat laju perubahan iklim
- Anomali cuaca
- Gagal panen
- Munculnya virus atau penyakit baru
- Hilangnya dataran pesisir
Puncaknya, dampak-dampak ini akan menyebabkan kerugian ekonomi bagi negara.
Indonesia pernah mengalami peristiwa karhutla besar di Indonesia yang terjadi pada Juli 1997 hingga Februari 1998 di 24 provinsi di Indonesia.
- Luas hutan terbakar 11,7jt Ha dengan jumlah kerugian akibat kebakaran saja mencapai USD 1.62 - 2,7M
- Kerugian akibat kabut asap mencapai USD 674-799 Jt
- Kerugian terkait emisi karbon sebanyak USD 2,8M
- Pesawat Garuda GA 152 jatuh di Sibolangit karena kabut asap, korban 234 jiwa
- 20 Juta orang terkena polusi udara dan pencemaran air, secara langsung dan tidak langsung
- Di Papua, ratusan warga meninggal karena transportasi untuk makanan dan keperluan suplai lainnya di pedalaman terhenti akibat asap
- Jumlah emisi 0.81-2,7 gigaton setara CO2A
- sap sampai ke negara-negara sebelah seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina hingga Australia.
Tahun 2015, negara kita juga pernah mengalami kebakaran hutan di 32 provinsi di Indonesia yang disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan terutama di kawasan raaw gambut, di sekitr perusahaan bubur kayu (pulp), minyak sawit, karet atau peternakan yang kemudian diperparah pula oleh El Nino.
Akibat kebakaran di 32 provinsi ini, negara kita mengalami kerugian berupa:
- Kebakaran hutan dan lahan gambut seluas lebih dari 2,6 jt Ha (33% di lahan gambut) terjadi di 32 provinsi yang terbesar di Sumsel, Riau, Jambi, KalTeng, KalSel, KalBar, dan Papua
- Hilangnya kayu atau produk non-kayu serta habitat satwa
- Kerugian lingkungan terkait keanekarqagaman hayati diperkirakan sekitar $295 jt
- Ribuan Ha habitat orangutan dan hewan yang hampi punah lainnya ikut hancur,
- Kabut asap terjadi di hampir 80% wilayah Indonesia. Asap yang dihasilkan dari karhutla turut dirasakan hingga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam
- Sebanyak 120 ribu titik api dipadamkan lewat waterbombing, hujan buatan, dan pemadaman darat. Untungnya ada hujan besar di Oktober 2015 yang berhasil menurunkan jumlah titik api secara dratis
- Sejumlah 28 jt jiwa terdampak, 19 orang meninggal, dan hampir 500 ribu orang mengalami gangguan pernapasan atau ISPA. Racun yang dibawa oleh asap menyebabkan gangguan pernafasan, mata dan kulit, sangat berbahaya terutama bagi balita dan kaum lanjut usia, udara yang beracun tersebut mengandung Karbondioksida, sianida dan amonium
- Sekitar 5 jt siswa kehilangan waktu belajar akibat penutupan sekolah pada tahun 2015, dan
- Jumlah emisi mencapai 1,1 gigaton setara CO2
Apakah urusan karhutla di Indonesia sudah selesai?
Tentu belum! Pantaugambut.id menyebutkan, setidaknya ada area KHG (Kesatuan Hidralogis Gambut - Yaitu ekositem gambut yang letaknya di antara 2 sungai, di antara sungai dan laut dan atau pada rawa) yang rentan Karhutla tahun 2023 ini, seperti pada tabel di bawah ini.
![]() |
Area KHG yang rentang karhutla 2023 ini |Sumber: Pantaugambut.id |
![]() |
Sebaran proporsi kerentanan karhutla terbesar | Foto: Pantaugambut.id |
Upaya merdekakan Indonesia dari Karhutla
Apa yang bisa kita lakukan sebagai upaya untuk merdekakan Indonesia dari Karhutla?
Pencegahan
Penanganan kebakaran hutan dan lahan yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kebakaran.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan sosialisasi terkait bahayanya kebakaran hutan, merevisi peraturan perundangan yang berkaitan dengan pemberian perizinan di lahan gambut, serta pengamatan titik rawan kebakaran yang lebih intensif.
Selaku anak muda, kita juga bisa menyuarakan betapa pentingnya gambut dalam kehidupan dan bagaimana bahayanya bila gambut sampai kebakaran lewat berbagai sosialisasi ringan yang kita kuasa, konten misalnya.
Selain itu, bila kamu adalah seorang anak muda yang kini sedang aktif melakukan pendakian ke berbagai gunung, tetap aware dan saling mengingatkan pada para pendakit untuk menghindari membuang puntung rokok menyala sembarangan di area hutan terutama saat musim kemarau panjang seperti saat ini karena berpotensi memicu terjadinya kebakaran hutan.
Pemadaman
Proses pemadaman dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Pembuatan sekat bakar, yakni jalur yang dibersihkan dari bahan bakaran yang sengaja dibuat di wilayah yang rawan terjadinya kebakaran untuk mencegah penyebaran api apabila terjadi kebakaran
- Pemadaman manual dengan mobil pemadam kebakaran dan tangki air
- Water bombing yaitu menjatuhkan bom air dari helikopter untuk memadamkan api
- Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan cara penyemaian garam untuk menciptakan awan hujan di atas area yang terbakar
Penangan pasca kebakaran
Penangan pasca kebakaran adalah semua usaha, tinakan atau kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam rangka menangani suatu area setelah terbakar.
Penanganan pasca kebakaran dapat dilakukan dengan pembuatan kebijakan mengenai restorasi gambut, melakukan restorasi gambut (rewetting, revegetation, revitalitation) yang telah terdegradasi serta monitoring.
Kita juga bisa menjaga hutan Indonesia tanpa ke hutan dengan berkontribusi nyata lewat portal TeamUpForImpact, lho.
Ayo kunjungi laman TeamUpForImpact sekarang, dan turut berkontribusi merdekakan hutan Indonesia dari Karhutla!