Jaga Bumi Lewat Makanan; Hidup Lebih Sehat dan Hemat, Lingkunganpun Selamat

10

 

Jaga Bumi lewat makanan; hidup lebih sehat dan dan hemat, lingkunganpun selamat | Foto: Dokpri diolah dengan Canva

Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia


Tak lama lagi, kita akan merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh tiap tanggal 5 Juni. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun inipun mengangkat tema berbeda, yaitu Beat Plastic Pollution atau dalam bahasa Indonesia disebut juga mengalahkan polusi plastik. 


Tahun 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan data bahwa Indonesia menghasilkan 67,8 juta Ton sampah. 37,3% diantaranya berasal dari aktivitas rumah tangga, disusul pasar tradisional, kawasan, lainnya, perniagaan, fasilitas publik dan perkantoran. 


Berdasarkan jenisnya, 39,8% sampah yang dihasilkan masyarakat berupa sisa makanan. Sampah plastik berada di urutan berikutnya karena memiliki proporsi sebesar 17%.


Dikutip dari inswa.or.id, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5,4jt Ton per tahun atau setara dengan 14% dari total produksi sampah. 


Sampah-sampah ini, terutama sampah plastik memiliki sifat yang sulit terdegradasi (non biodegradable) dan diperkirakan membutuhkan waktu 100-500 tahun hingga dapat terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Sampah plastik ini tak hanya mencemari tanah, air, laut, bahkan mengancam keberlangsungan hidup para biota laut pula. 


Ya paling sederhana, kalau kita pergi ke pantai dan ketemu banyak sampah di sekitarnya, bikin males juga kan mau berenang?


Kebijakan pemerintah upaya tekan sampah plastik


Plastik dan bahaya yang mengintai | Foto: Canva


Karena permasalahan plastik dari tahun ke tahun tak kunjung selesai dan menurut ppkl.menlhk.go.id, jumlahnya cenderung semakin besar, maka perlu kolaborasi dari semua pihak untuk menyelesaikan masalah ini. 


Tak cukup hanya bergotong royong mengambil sampah di daerah pesisir, perlu juga memikirkan bersama bagaimana agar dari hulu jumlah sampah plastik tak terus melaju dan mengotori hampir semua aspek kehidupan di Bumi ini. 


Pemerintah sebetulnya sudah menyuarakan berbagai program, di Yogyakarta misalnya, Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk mengurangi konsumsi AMDK dan menggantinya dengan penggunaan tumbler atau botol minum.


Masih ingat dengan kebijakan mengenakan biaya sebesar dua ratus rupiah bagi konsumen yang ingin menggunakan kantong plastik untuk barang belanjaannya?  


Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah lewat kerjasama dengan berbagai sektor termasuk berbagai swalayan. Dan ternyata, kebijakan ini berhasil memberikan dampak positif mengurangi 60% kantong plastik. 


Sayangnya, program ini ngga berjalan mulus. Setelah kebijakan tersebut diterapkan, muncul berbagai perdebatan di kalangan retail yang akhirnya membuat Pemerintah kembali menggratiskan kantong plastik. 


Kabar baiknya, meskipun penerapannya tidak optimal secara menyeluruh, ternyata kebijakan tersebut pelan-pelan berhasil mengubah kebiasaan sejumlah orang. Kebiasaan berbelanja dengan membawa tas belanja agar tak perlu pakai plastik segala. 


Memang, kalau mau urusan plastik sampah benar-benar bersih sampai ke hilir sana, sebisa mungkin dimulai dari hulunya. Mengurangi produksi plastik sekali pakai misalnya. 


Plastik sekali pakai yang dimaksud itu meliputi kantong plastik, botol plastik, styrofoam (polistirena) dan sedotan plastik. 


Tapi, kita si warga sipil ini ngga punya wewenang kan untuk mengatur produsen plastik sekali pakai agar stop beroperasi? Tentu ini juga bukan hal yang mudah karena melibatkan banyak pihak di dalamnya, termasuk karyawan yang selama ini menggantungkan diri di sana. 


Nah, urgensi yang itu biarkan antar produsen plastik versus pemerintah atau stakeholder terkait saja. Bagian kita adalah, bergerak bersama berdaya menjaga lingkungan dari sampah plastik dengan meminimalisir penggunaannya. 


Cara sederhana kurangi sampah plastik dari Bumi kita


Salah satu tantangan yang bisa diikuti di teamupforimpact.org | Foto: Tangkap layar Web TUFI diolah dengan Canva


Selain menekan penggunaan plastik sekali pakai saat berbelanja, ada juga lho cara sederhana untuk kurangi sampah plastik dari Bumi yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 


Tidak membeli makanan/minuman dalam kemasan

Suatu siang, aku pernah ingin sekali makan nasi padang. Sebetulnya pagi hari aku udah siapin beberapa menu makanan yang bisa dikonsumsi seluruh anggota keluarga sampai siang. 


Entah kenapa siang itu bayang-bayang nasi padang dengan lauk tunjang dan sambel ijonya yang banyak, bikin aku ngiler. Jadilah aku memutuskan abai pada masakanku lalu jajan nasi padang ini. 


Sayang, bayang-bayang nasi padang lauk tunjang itu jauh dari ekspektasiku. Makanan yang aku pesan ternyata basi dan berakhir di tempat sampah. 


Pernah juga kakakku merasakan hal yang sama. Ia bahkan lebih parah karena belatung dari makanan merangkak naik ke tangannya saat makan. 


Uwekkk! Dengar cerita itu saja, aku mau muntah! Gimana rasain langsung!


Yang kumaksud dari cerita ini adalah, jajan makanan itu kadang muncul dari ego dan nafsunya kita aja. Ngga melulu harus diturutin kecuali kalau permintaan ibu hamil yang konon katanya bisa berdampak kurang baik pada janin.


Kalaupun harus dituruti, better memang masak sendiri, olah sendiri, dan racik bahannya sendiri biar lebih sehat, enak dan hemat. 


Tahu ngga, saat nasi padangku tiba, setidaknya ada 2 jenis sampah dengan total 4 sampah di dalamnya. Satu kertas nasi dan 3 plastik sekali pakai. 


Belum lagi sampah makanan juga tambah dari nasi padang lauk tunjang yang terbuang karena basi itu. 


Padahal, kalau saja aku mengambil keputusan mengonsumsi saja makanan yang kuolah sendiri itu, tentu ke lima jenis sampah itu tak ikut mengotori Bumi. 


Jadi, sesederhana tidak membeli makanan dan minuman dalam kemasan, kita sudah berkontribusi banyak pada kesehatan tubuh sendiri, kenikmatan lidah sendiri, menghemat pengeluaran serta membantu lingkungan selamat dari sejumlah tekanan sampah. 


Tidak menggunakan tisu


Alasan lain untuk makan makanan rumahan alih-alih makan di luar atau memesan makanan atau minuman dalam kemasan adalah kita bebas makan dan bergerak tanpa mengandalkan tisu karena di rumah banyak opsi lain yang bisa dimanfaatkan untuk melap dan mengeringkan tangan yang basah. 


Baca juga: Berdampak Serentak Lakukan Aksi Kecil untuk Pulihkan Bumi


Tisu adalah salah satu benda yang bahan produksinya menggunakan batang pohon. Dilansir dari Kompas TV, untuk menghasilkan 22 lembar tisu saja, perlu menebang satu pohon berukuran sedang. Apabila penggunaan tisu semakin tinggi, maka pohon yang ditebang juga akan semakin banyak. 


Coba, kira-kira ada berapa lembar tisu yang kita pakai dalam sehari? Kalau sampai lewat dari 22 lembar, artinya secara tidak sadar, kita memberi izin penebangan pohon berukurang sedang karena sesuatu yang sebetulnya ngga urgent-urgent banget kita butuhkan. 


Itu kenapa, mengurangi atau tidak menggunakan tisu merupakan salah satu upaya sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencintai lingkungan. 


Bawa bekal 

Sama seperti tidak beli makanan atau minuman, membawa bekal dalam perjalanan atau untuk kebutuhan makan di kantor, sebetulnya kita tak hanya menjaga kesehatan, dompet dan nutrisi yang kita konsumsi, kita juga telah berkontribusi menjaga Bumi karena bisa menekan konsumsi plastik sekali pakai sebagai wadah makanan yang kita pesan dan sampah makanan bila ternyata rasanya tak sesuai selera lidah kita. 


Tidak menghasilkan sampah makanan

Tahukah kamu, sampah makanan yang terbuang di Indonesia pada tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta Ton per tahun atau setara dengan 115-184 Kilogram per kapita per tahun. 


Secara kualitatif, sampah makanan ini dapat menyebabkan penurunan status gizi, sementara produk berkualitas rendah mungkin juga tidak aman karena efek buruknya pada kesehatan, kesejahteraan dan produktivitas konsumen. Dari sisi lingkungan, sampah makanan juga dapat menyebabkan pencemaran, terutama dalam pencemaran air dan emisi gas buang sehingga dapat menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. 


Bergerak Bersama Berdaya

Dalam salah satu podcast di YouTube Bicara Makroprudential, Vidi Adyatma Nugraha selaku Ekonom di kelompok RRK dan PMK DKMP dari kelompok review rekomendasi kebijakan dan protokol management krisis pernah bilang 

"Menjaga kelestarian lingkungan itu sebetulnya mudah dan murah"

Aku sepakat dengan statement ini. Namun ngga boleh hanya satu dua orang saja yang bergerak. Kita harus bergerak bersama berdaya dengan tujuan yang sama, untuk lingkungan yang lebih baik lagi. 


Cara-cara di atas sebetulnya mudah kan? Tinggal mau atau ngga ngerjainnya saja. Kalau sudah mau, kita sudah lebih mudah melangkah menuju konsistensi. 


Selain tidak membeli makanan atau minuman dalam kemasan, bawa bekal, mengurangi sampah makanan hingga mengurangi penggunaan tisu, kita juga bisa lho melakukan langkah-langkah sederhana lain seperti menghapus email-email kita yang sudah tidak penting lagi. 


Baca juga: Dua Sisi Digitalisasi untuk Manusia dan Bumi


Cara-cara ini bisa kamu temukan di website https://teamupforimpact.org/team-up-everyday/play. Ada 6 kategori yang bisa kamu ikuti seperti kategori sampah, makanan, digital, energi, bisnis hijau dan aktivisme. 


Di dalam masing-masing kategori tersebut, kamu juga akan menemukan beberapa tantangan yang menggambarkan kamu banget dan kamu yakin bisa kamu terapkan setiap hari. 


Kabar baiknya, masing-masing tantangan yang berhasil kamu lakukan, akan mendapatkan point. Point-point tersebut akan diakumulasikan hingga mencapai 1.400. 


Bila sudah berhasil mendapatkan 1.400 poin, maka kamu sudah berkontribusi menanam 1 pohon di hutan tanpa perlu ke hutan. Mudah banget kan?


Oh iya, kamu juga bisa ikutan tantangan dari https://teamupforimpact.org/team-up-everyday/play untuk menjaga Bumi kita, lho! Biar lebih menarik dan mengundang banyak orang mengikuti tantangan mudah ini, yuk bagikan kontribusimu dalam bentuk reels


Referensi tulisan:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/29/mayoritas-sampah-nasional-dari-aktivitas-rumah-tangga-pada-2020

https://dislhk.badungkab.go.id/artikel/18358-upaya-pemerintah-dalam-menangani-isu-sampah-plastik

Post a Comment

10Comments
  1. Ngomongin sampah plastik emang dilema ya mba. dan saya jadi salfok soal sampah yg dihasilkan dari jajan nasi padang. hihi iya juga ya. walau masih proses saya juga mulai membiasakan diri buat bawa tas belanja sendiri n bawa tumbler minum. semoga tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi sampah plastik semakin bertambah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahah, iya Mba. Aku kasihan sama kakakku, eh malah kena sendiri. Untungnya yang aku punya cuma basi, ga belatungan segala. Wkwkwk

      Delete
  2. bener banget dengan statemen menjaga lingkungan itu murah dan mudah asal kita disiplin dan mulai dari sendiri. Salah satunya sampah plastik yang harus dikurangi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat mba. Mulai dari diri sendiri, dari langkah terkecil yang kita bisa

      Delete
  3. Memang soal sampah plastik ini agak sulit, selama plastiknya sendiri masih diproduksi. Tapi kita bisa mulai dari kita sendiri untuk bijak mengurangi kantong plastik. Malah jadi ingat kalau zaman dulu pas kecil, saya kalau mau beli makanan apa-apa tuh pasti bawa mangkuk/piring sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas. Urusan produksi plastik bukan urusan kita, yang kita bisa ya ngurangi pemakaiannya

      Delete
  4. Beneran semua berawal dari Kita mulai dari Kita makan. Kita nyampah bnaget lho. Mulai dari bungkusnya, limbah. Dan kita semua bisa mengurangi lho.

    ReplyDelete
  5. Belakangan juga aku lagi sesekali narik napas panjang sih kalau nemu plastik sekali pakai buat bungkus makanan gitu. Nggak gampang dibersihinnya, apalagi kalau berminyak dan berlemak kan. Nggak mungkin kan kupilah dalam keadaan kotor gitu. Gimana mau didaur ulangnya coba huhuhu.

    ReplyDelete
  6. Plastik lagi plastik lagi. Emang ini PR banget ya. Walaupun udah bawa botol minum dan bekal. Kok kayaknya kebiasaan ini belum banyak dilakukan banyak orang. Karena timbunan sampah plastiknya masih saja banyak. Semoga ke depan kita bisa komitmen mengurangi sampah plastik ya.

    ReplyDelete
  7. Suamiku juga bawa bekal bahkan minum udah jarang beli karena bawa tumbler terus ke kantor meski jaraknya cuma sekitar 1 Km dari rumah

    ReplyDelete
Post a Comment