![]() |
Ngonten di desa banyak tantangannya | Foto: Dokpri |
Akhir bulan lalu, aku memutuskan untuk kembali ke desa dan meninggalkan kehidupan di ibukota untuk sebuah urusan yang tak bisa dihindarkan. Pengobatan bapak yang menderita tumor.
Sejak mengukuhkan hati untuk sementara kembali, aku tahu, bahwa banyak peluang yang akan kuabaikan. Banyak pula pekerjaan yang tak mudah kujalankan.
Bagaimanapun segarnya menghirup nafas di desa dan indahnya hidup dengan orang tua, tak bisa kita pungkiri, ibukota memiliki tempat khusus di hati urusan pemenuhan ekonomi.
Sembari memegang gagang koper yang hampir mencapai 20Kg itu, hatiku sempat berbisik "Andai saja bisa mendapatkan keduanya di tempat yang sama. Ekonomi yang terus memenuhi rekening bank pribadi dan hidup manis bersama orang tua."
Kupikir keinginan ini mustahil adanya, syukurlah, harapku akhirnya nyata juga.
Tak bisa asal sambar lagi, di sini ambil pekerjaan ngeblog pun harus selektif
Betul saja, di desa, banyak peluang yang mau tak mau harus kulewatkan.
Pahamlah, salah satu kesibukan Blogger adalah hadir di event, webinar atau peluncuran produk sebuah brand. Beberapa kali undangan kuterima dari teman-teman komunitas, akhirnya kulepas.
Bermodal penjelasan runut, aku cuma bisa berharap agar rekan-rekan komunitas yang telah menyediakan satu tempat untukku, tak menganggapku merasa enteng dan sok menolak undangan mereka.
Syukurlah, teman-teman komunitas yang memberikan undangan offline bisa menerima alasan tersebut dan malah menitipkan doa-doa baik untuk proses pemulihan Bapak.
Beruntungnya, meski satu dua bahkan lebih dari tiga peluang jadi terbuang, masih banyak undangan kegiatan lain yang terus berdatangan. Memang, setelah satu bulan lebih tinggal di desa, pekerjaan urusan ngeblog tak bisa asal sambar lagi. Di sini, ambil pekerjaan ngeblogpun harus lebih selektif.
Dominan sih yang bersifat daring serta beberapa produk endors yang dikirimkan ke alamat di desa.
Ya wajar saja. Selain jarak yang kini super jauh, minimnya "peralatan tempur" ngonten alias olah konten bikin berkarya dari desa sedikit terbatas.
Tripod misalnya, aku yang sejak masuk dunia konten selalu ngandelin tripod karena tangan tak bisa diam saat bidik gambar, mau tak mau harus adaptasi kembali dengan modal senderin ponsel ke sana kemari.
Kalau ngga ada tripod, mungkin hampir semua foto dan video yang kuproduksi akan shaking dan tidak menampilkan hasil yang maksimal.
Ini yang selalu kuedukasi pada teman-teman yang bilang enaknya jadi Kreator Konten, cuma bikin foto dan video bisa dapat produk dan dibayar.
Ya sebetulnya itu ngga salah sih, pekerjaan ini memang menyenangkan bagi yang suka. Dan kebetulan aku pun suka! Jadi kelihatannya enjoy tiap ngerjain. Tapi tak bisa dibilang "cuma" juga. Banyak kiat yang harus diketahui untuk bisa memproduksi konten visual yang maksimal.
Mencari ide cerita agar pesan brand tersampaikan dengan baik, printilan foto dan video yang perlu dilengkapi agar background tampak ciamik, nyari model yang mau didandanin sekaligus dengerin arahan, dan yang ngga kalah penting sih ya hasilnya itu lho, jelas, berwarna, cantik, menarik dan tentu mengandung pesan.
Menghasilkan konten visualpun tak semudah yang dibayangkan, apalagi kalau orangnya tremor atau tangan tidak bisa stabil saat mengambil sejumlah footage kayak aku.
Dalam proses olah konten, tangan yang hanya Tuhan kasih dua ini, ngga cuma perlu pegang kamera, tapi perlu juga nyentuh sudut tertentu produk atau properti untuk mendapatkan angle yang diinginkan.
Masalahnya adalah, pakai dua tangan saja hasilnya shaking atau goyang, ketebak dong hasilnya kalau sok sokan jepret pake satu tangan? Blur semua kali! Haha.
Belum lagi lighting saat olah konten, background, alas foto, properti tambahan, wah kalau dilist masih banyak lagi.
Sebetulnya, benda-benda ini ada semua. Lengkap malah! Cumaa, kalau harus masuk ke koper lagi, sepertinya aku harus rogoh kocek lebih untuk membayar kelebihan bebannya.
Kamera sendiri saja beratnya sudah berapa? Belum printilan lainnya. Kalau harus beli ulang, kok rasanya mubazir.
Jadilah aku ngonten dari desa pake ponsel dan properti seadanya. Kondisi ini bikin aku mau tak mau pilih-pilih pekerjaan mana yang bisa kuterima dan mana yang dengan tak ikhlas harus dilepas. Pasalnya, kalau main samber dan hasilnya tak bikin hati bergetar khawatirnya akan ngecewain pihak brand juga dan akhirnya kapok kerjasama.
Teman-teman Blogger juga bisa menerapkan hal yang sama. Lebih baik selektif dan jujur di awal bila memang tidak bisa daripada memaksakan namun akhirnya mengecewakan.
Berangkat dari permasalahan ini, akhirnya kepikiran berburu ponsel teranyar yang bisa diandalkan urusan ngonten meski tanpa tripod di tangan.
Semesta seolah membaca, kemudian dipertemukan dengan postingan Mba Widyanti Yuliandari yang membahas seputar hadirnya Zenfone 9 di Indonesia pada tanggal 17 November 2022 lalu.
Kabar baiknya, satu ponsel yang belum lama direlease ini, menjawab sejumlah permasalahan ngonten yang kuhadapi di desa. Pertama dan yang paling penting adalah stabilisasi tangan, yang kedua kejernihan hasil jepretan.
Selain itu, ponsel ini juga menawarkan keunggulan yang bikin aku makin yakin untuk memilikinya.
Biar ngga makin lama, yuk, kita kupas sama-sama!
Zenfone 9, kecil-kecil cabe rawit, kamera gimbalnya bikin konten visual makin menggigit
![]() |
Tak lagi butuh gimbal, produksi konten visual cukup pakai Zenfone 9 | Foto: ASUS |
Masih ingat sama tulisan yang ini kan? Menanti Hadirnya ASUS Zenfone 9 di Indonesia
Begitu tertariknya dengan Zenfone 9, aku bahkan ikut memantau peluncuran ponsel ini di Indonesia meski lewat daring saja. Lumayan kalau-kalau ada potongan harga. Hehe.
Zenfone 9 ini sejujurnya membawa aku kembali ke kenangan di masa SMA.
Kala itu, ponsel sudah ada dan ukurannya terbilang mini. Fungsinya belum terlalu banyak. cukup SMS, telepon dan beberapa games beken di masanya.
Meski kemampuannya terbatas, aku cukup suka dengan ponsel-ponsel di kala itu.
Ukurannya kecil sehingga mudah digenggam saat digunakan. Untuk ngetik SMS misalnya, satu jempol doang cukup. Ukurannya yang ringkas juga memudahkan pengguna untuk menyimpan ponsel ini dengan mudah. Masuk kantong, beres!
Coba sekarang? Ukuran ponsel yang makin lebar bikin aktivitas mengetik harus mengandalkan dua jari jempol. Pun tak bisa cepat-cepat dimasukin ke kantong. Mau ngga mau, untuk menyimpannya di tempat aman, butuh waktu khusus buat membuka resleting tas, lalu menyimpan ponsel di compartmen tas teraman.
Oh iya, harus tempat yang paling aman bila tak ingin layar ponsel tergores akibat benda-benda lain yang ada di dalam tas.
Belum lagi, ponsel zaman dulu tuh baterainya super awet dan tak panas meski dipakai terus-terusan.
Sekali lagi, seperti deja vu, kehadiran Zenfone 9 rasanya membawaku kembali ke masa itu. Bedanya, ponsel ini hadir dengan sejumlah fitur anyar yang menjawab kebutuhan di masa kini.
Panjang Zenfone 9 hanya 14,8Cm saja sedangkan lebarnya kurang dari 7Cm. Ukuran ini terbilang kecil dan membuatnya aman dalam genggaman orang dewasa.
![]() |
Kecil-kecil cabe rawit, Zenfone 9 Compact Size Big Possibilities | Foto: ASUS |
Meski ukurannya mini, ponsel ini didukung oleh flagship Platform Seluler Snapdragon 8+ Gen 1, dengan RAM LPDDR5 hingga 16 GB dan ROM storage UFS 3.1 sampai 256 GB untuk menghadirkan kinerja yang mulus dan responsif, untuk tugas apa pun.
Jangan lupa, ukuran ini membuat Zenfone 9 mudah dioperasikan dengan satu tangan saja. Jangan pula khawatir soal body sebab ponsel ini didesain dengan tekstur yang aman, indah dan kukuh untuk digenggam.
Oh, soal mengoperasikan dengan satu tangan, kamu akan terbantu dengan navigasi tool Edge yang dihadirkan untuk membantu kamu menemukan aplikasi favorite dengan lebih cepat.
Rasakan juga pengalaman menikmati hiburan di berbagai aplikasi favorite dalam jangka waktu yang lama karena Zenfone 9 menggunakan baterai berkapasitas 4300mAh.
Ngga cuma itu, ponsel ini bahkan "meminjam" teknologi STP (Spesific Tab Process) dari ROG Phone 6 untuk pengisian baterai yang lebih adem dan cepat. Berkat teknologi ini, Zenfone 9 bisa menggunakan adaptor HyperCharger 30W untuk pengisian ulang yang lebih cepat.
Kamu tahu, lamanya pengisian ulang baterai ponsel juga mestinya jadi salah satu komponen yang patut kamu pertimbangkan sebelum membeli ponsel baru.
Seturut pengalamanku mendampingi pengobatan bapak, mengisi baterai ponsel adalah salah satu aktivitas wajib selama di rumah sakit. Keterbatasan waktu di satu tempat mau ngga mau bikin aktivitas pemenuhan baterai dilakukan sambil curi-curi waktu. Semakin cepat pengisian ulang baterai, semakin sedikit waktu yang kamu butuhkan.
Terlepas dari bodynya yang kecil dan baterainya yang awet, ASUS Zenfone 9 jadi pilihan karena telah dilengkapi dengan kamera belakangan dual camera dan kamera depan yang sama-sama pro-grade.
Dannnn, ponsel ini juga telah memiliki teknologi 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilization yang dibenamkan pada kamera utamanya.
Wah! Pas baca informasi ini, aku yakin bukan cuma aku, tapi jutaan Content Creator lain Indonesia di luar sana juga menghembuskan nafas lega. Lega bisa berkreasi tanpa pakai gimbal lagi.
Gimbal sendiri saja, harganya sudah mencapai juta, belum lagi ukurannya yang terbilang boros di tas. Memang sangat membantu, tapi bila dicompare hadirnya Zenfone 9 dengan ponsel menggunakan gimbal, aku akan menjawab dengan cepat Zenfone 9.
Kamera utamanya beresolusi 50MP memakai sensor flagship dari SONY IMX766 dengan aperture sampai F1.9 dan mampu merekam video 8K dengan kecepatan 24fps.
Di sinilah teknologi 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilization berperan. Ia membuat kamera utama Zenfone 9 mampu merekam video dengan tingkat stabilitas yang jauh lebih tinggi bahkan mengimbangi guncangan yang terjadi saat kamu mencoba mereka video dengan satu tangan.
Selain itu, teknologi 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilization juga menjaga rekaman bebas blur dan guncangan bahkan saat kamu mengabadikan momen sambil bergerak. Fitur ini memantau setiap gerakan Zenfone 9 ke berbagai arah lalu menggunakan informasi ini untuk menyesuaikan posisi lensa secara real-time.
Masih ada lagi! Kamera utama Zenfone 9 akan merekam objek apapun tanpa distorsi optik atau ghosting. Ditambah algoritma anti-guncangan dalam system Electronic Image Stabilization (EIS) akan mengeliminasi lebih banyak lagi dampak dari gerakan-gerakan yang tak diinginkan.
Aaaaa, kebayang banget bikin konten sambil lari-lari di pantai dan hasilnya tetap smooth macam profesional. NGILER!
Tapi bukan itu, meski ingin sekali membawa Zenfone 9 lari-larian di bibir pantai, yang paling penting adalah produksi konten selama di desa, ya bikin ayo saja!
Itu baru kamera utama. Bentar, masih ada kamera kedua di bagian belakang.
Kamera kedua ini memiliki lensa ultra-wide beresolusi 12MP dengan sensor SONY IMX363 dengan aperture sampai F2.2 dan mampu merekam video 4K pada kecepatan 60fps dengan EIS dan pengoreksi distorsi yang real time, serta merekam gambar makro dengan fokus sampai jarak 4Cm.
Kamera depannya sendiri menggunakan sensor SONY IMX663 dengan aperture sampai F2.45 dan mampu merekam video 4K dengan kecepatan 30fps atau FHD dengan kecepatan 60fps yang disertai teknologi EIS.
Kemampuan kamera depan belakang yang begitu apik ini tentu menjadi andalan produksi konten saat di desa.
Beberapa kali aku coba bermaksud memamerkan kehidupan desa yang cantiknya luar biasa ke mata sosial media, sayang, pematang sawah yang kecil menjadi salah satu tantangan yang harus dilewati untuk mendapatkan keinginan itu.
Cukup sulit mendapatkan visual yang stabil tanpa gimbal di sana, dan kehadiran Zenfone 9 ini tentu akan menjawab segala bentuk permasalahan yang berkaitan dengan guncangan saat memproduksi footage.
Layar tercepat di dunia
![]() |
Zenfone 9 layar tercepat di dunia | Foto: ASUS |
Tantangan lainnya saat produksi konten adalah mata yang lelah karena terus berhadapan dengan layar ponsel.
Beruntungnya, Zenfone 9 sudah tersertifikasi SGS Eye Care Display yang berfungsi sebagai emisi blue light yang lebih rendan sehingga lebih nyaman di mata. Belum lagi, ponsel ini telah didukung DC Dimming, Always-on Display dan memiliki empat pilihan refresh rate yaitu 120Hz, 90Hz, 60Hz, dan Auto.
Mau marathon drakoran, ya silakan! Toh, kesehatan mata akan tetap aman.
Ngomong-ngomong marathon drakoran, gga usah khawatir ponsel akan panas sebab gawai ini menggunakan vapor chamber berteknologi tinggi sebagai pengganti heat pipes. Di dalamnya ada pula heat spreader canggih dengan tembaga, lembaran grafit dan pasta termal.
Ponsel ini memiliki layar AMOLED sebesar 5,9 inci. Layar ini pantas pula disebut flagship karena panelnya yang mampu menghasilkan akurasi warna yang tinggi termasuk di outdoor.
Brightnessnya mencapai 800 nits (100% APL) dan peak maximum brightnessnya 1100 nits.
Ponsel ini memiliki kecepatan respon yang tinggi untuk pengalaman menikmati berbagai konten dengan visual yang lancar dan mulus. Diperkuat dengan refresh rate 120Hz yang ultra-smooth, touch-sampling rate 240Hz, dan response time hanya 1ms akan memberikan pengalaman sebagaimana yang diharapkan dari ponsel flagship yang lebih besar dan lebih mahal.
Tenang saja! ASUS juga terbilang peka dengan ragam konten dalam sebuah ponsel. Layar Zenfone 9 menggunakan format 20:9 untuk keseimbangan yang lebih baik antara aktivitas menikmati konten-konten video maupun melakukan browing internet dan gaming.
Berkas multimedia, teks, maupun game dalam format high resolution akan tampak luar biasa di layar ini berkat diamond Pentile subpixel matrix dengan resolusi FHD+ (2400x1080) yang bisa memberikan densitas piksel sampai 445 ppi.
Jangan kira, ukurannya yang ringkas malah membuat tampilan konten lebih terbatas. Tentu tidak! Nyatanya, setiap komponen, fitur, layar hingga body, sudah dipikirkan masak-masak.
Dengar musik lebih lega dan leluasa
![]() |
Mendengarkan musik dari Zenfone 9 lebih lega dan leluasa | Foto: ASUS |
Bicara seputar ponsel baru, tentu tak bisa lepas dari bahasan audio. Sebab salah satu aktivitas lain yang dapat dilakukan dari ponsel adalah mendengarkan musik atau nambahin voiceover saat produksi konten video.
Nah, Zenfone 9 ini sudah punya dua speaker linier yang masif dan didukung oleh Qualcomm AqsticTM smart amps dilengkapi dengan jack audio 3.5mm yang menggunakan Qualcomm Aqstic DAC terbaru.
Dual speaker inipun dilapisi Dbass foam ball untuk memberikan kedalaman suara ekstra. Tiap speaker sudah diperkuat Qualcomm Aqstic WSA8835 amp yang powerful. Dari pengujian, Zenfone 9 mampu memproduksi bass 50% lebih besar dibandingkan kompetitor.
Penggemar headphone 3.5mm bakal dipuaskan dengan output Hi-res Audio yang mampu dihasilkan oleh ponsel ini. Audio jack ini bahkan sudah menggunakan Qualcomm® AqsticTM WCD9385 DAC terbaru dan menghasilkan dynamic range dan low distortion yang luar biasa.
Melanjutkan kerjasama dengan pakar sound dari Swedia di Dirac Research sejak project ROG Phone 3, para pakar sound di Dirac HD Sound Technologies untuk melakukan koreksi pada impulse dan frequency response, peningkatan bass dan volume sehingga menghasilkan sound yang lebih kuat, bass yang lebih terasa dan bebas distorsi.
Tak hanya memberi pada Kreator Konten, gamers juga kebagian perhatian dalam Zenfone 9 sebab speaker bawaan dan headset ASUS ROG sudah disetting untuk mendukung game mode saat ponsel ini dipakai untuk memainkan game dengan menerapkan penyetelan audio khusus game dalam frekuensi tertentu, sehingga lebih mudah untuk mendengar suara yang penting dalam game, seperti langkah kaki.
Dengan ragam kemampuan yang dimilikinya, ngga salah bila jargon Compact Size Big Possibilities disematkan dalam ponsel ini.
Warna dan harga
![]() |
Pilihan warna Zenfone 9 | Foto: ASUS |
Zenfone 9 ada 4 pilihan warna menarik: Moonlight White yang keren, Sunset Red yang menarik, Starry Blue yang cantik dan Midnight Black yang berkelas.
Harganya beda-beda seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
![]() |
Harga Zenfone 9 | Foto: asus.com |
Buat kalian yang mau beli Zenfone 9, udah bisa kalian dapatkan melalui partner dan channel pembelian resmi produk ASUS antara lain Erafone, Tokopedia, ASUS Exclusive Store, ASUS Online Store.
Zenfone 9, bikin ngonten dari desa, ayo saja!
Melirik betapa canggihnya keunggulan yang disematkan dalam satu unit ASUS Zenfone 9 ini, rasanya tak salah bila aku menyebutkan
Selama ada Zenfone 9, Ngonten di desa, ya ayo saja!
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS Zenfone 9 Blog Writing Competition di Blog Widyanti Yuliandari