Buku Diary dan Transformasi Catatan Sehari-hari

0

Ilustrasi menulis diary | Foto: Lookstudio via Freepik

Duh, kalau bahas buku diary ya, bawaannya kembali ke masa-masa SD, SMP dan SMA di awal-awal sekolah dulu. Lucu, gemes, berwarna, dan (sok) rahasia. Rasanya hidup akan baik-baik saja kalau urusan PR, jajan, sahabat dan gebetan udah pindah dari otak dan perasaan ke catatan harian. 

Sebetulnya semua sama saja, sama-sama buku catatan. Yang bikin berbeda adalah warna, bentuk dan design cover buku diarynya. 

Buku harian atau buku diary berasal dari bahasa Latin, yaitu diarium yang akar katanya adalah diumus, artinya masukan sehari-hari tentang suatu peristiwa yang bersifat sangat pribadi yang terjadi dalam sehari yaitu 24 jam. 

Seingatku, dulu ada yang berbentuk persegi panjang, ada yang covernya persegi panjang, tapi lembaran di dalamnya dibuat berbentuk oval, kertas ini bisa pula dibentuk sendiri sesuka hati. Jadi ngga jarang lembarannya ada yang berbentuk love bila isinya tentang gebetan. Hihi. 

Design cover diary zaman dulu ini juga terbilang beragam, mengikuti warna dan gambar dari film cartoon yang tren pada masa itu. Kadang ditambahkan pula kertas hologram bergambar untuk membuat tampilan buku diary jadi lebih berwarna dan menarik.

Lalu biar "kerahasiaan" urusan zaman sekolah kian berasa, buku harian juga biasanya dilengkapi dengan gembok kecil serta kuncinya yang disimpan secara terpisah. Semakin tersembunyi kunci buku harian, maka bisa ditebak, makin "penting" pula isi catatan di dalam. 

Anehnya, buku yang katanya rahasia ini, dan kuncinya disimpan dengan sangat tersembunyi ini, suka dibawa pula ke sekolah. Ditunjukkan dan dipertontonkan ke teman-teman dekat. 

Covernya aja, kalau isinya sih tetap ngga bisa dibaca. Hihih. Emang lucu ya masa-masa itu. 

Bye bye diary, selamat datang era curhat masa kini

Beda dulu, beda sekarang. Setiap Inch kehidupan nyatanya mengikuti perkembangan zaman. Tak ada lagi diary yang lucu itu, tak ada lagi diary yang berwarna dan gemesin itu. Nyatanya, catatan kehidupan pun, kini berpindah dari lembaran buku, menuju layar gadget. 

Ya! Belakangan ini, banyak perjalanan hidup orang lain yang bisa kita baca dengan leluasa hanya bermodal gadget semata. 

Mulai dari permasalahan dengan tetangga, rumah tangga, perekonomian keluarga, pasangan, pekerjaan, hingga urusan hubungan anak dan orang tua ada di sosial media. 

Tinggal pilih saja, mau yang tulisan panjang hingga berbentuk cerpen, video, runut cerita yang dibuat dalam slide-slide postingan Instagram atau istilah bekennya microblogging, atau berbentuk thread di Twitter. Belum lagi kalau udah masuk ke Blog, wah, bakal makin panjang ceritanya. 

Dengan perpindahan media curhat ini, bisa dibilang, selamat tinggal buku harian dan selamat datang era curhat masa kini. 

Untung rugi pindah "diary"

Yap! Media yang kini berbeda, bisa dibilang cara yang paling mudah dan sederhana, belum lagi tak butuh pena untuk bercerita di sana. Ah, satu lagi, kalau ceritanya sampai viral, wah, bisa bisa bakal diundang stasiun televisi dan dapat sorotan dari sana sini. Lumayan kalau ujung-ujungnya cuan. 

Tapi jangan salah, meski ada untungnya, tetap ada ruginya juga lho berbagi catatan sehari-hari di media sosial ini

Keuntungan menggunakan media sosial sebagai diary:

  • Tak perlu beli buku harian
  • Catatan harian ini, bila dimanfaatkan dengan baik, bisa jadi pembelajaran bagi orang lain yang mengalami hal yang sama 
  • Media sosial juga memberikan ruang mengubah catatan pahit sehari-hari menjadi ladang cuan yang tak akan berhenti. Misalnya bila cerita tersebut diangkat menjadi FTV, film atau sinetron
  • Cape sih ngetiknya, apalagi kalau panjang. Tapi ngga secape nulis pakai pena juga. 
  • Ada banyak media yang bisa digunakan

Sekarang ke bagian ruginya, ini dia kerugian menjadikan media sosial jadi tempat curhat:

  • Ngga ada lagi rahasia yang bisa kamu tutup rapat. Sebab sekali saja konten masuk ke ranah publik di media sosial, maka semua orang memiliki akses bebas untuk mengetahui kisah hidupmu itu
  • Bersiap juga untuk dibully netizen ya. Ngga semua orang bisa terima dengan masalah pribadi yang kamu umbar ke semua orang itu
  • Sebagai pengguna internet, kamu juga harus ingat bahwa jejak digital sulit dihapus dan akan selalu ada selamanya. Kecuali kamu IT yang mungkin punya program untuk menghapus seluruh jejak itu hingga ke akar-akarnya. Bisa saja, cerita yang kamu bagikan hari ini, akan dibaca lagi di tahun-tahun kemudian dan justru membahayakan posisimu yang sedang berada di puncak-puncaknya. Jadi, pastikan bijak menggunakan media sosial ya. Selalu lakukan saring sebelum sharing. 

Itu dia untung rugi "pindah" diary. Nah, kamu tim apa nih? Diary ngetik atau nulis ala zaman dulu? 

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)