![]() |
Ilustrasi Marketing Support | Foto: DCStudio via Freepik |
Manalah pernah aku kepikiran memiliki skill komunikasi yang dulu rasanya sulit sekali dilakukan.
Salah ngomong dikit, malu! Belum ngomong pun kadang udah malu dan takut duluan. Muncul pula kekhawatiran ditertawakan di tengah-tengah percakapan.
Dulu ya begitu, sampai akhirnya ditempatkan di satu posisi yang mengharuskanku untuk berbicara via jaringan telepon. Marketing Support.
Tak mudah awalnya, tapi ya seperti yang orang bijak bilang, "alah bisa karena biasa". Kemampuan berangkat dari ketidakmampuan yang terus diasah.
Memasuki profesi Marketing Support
Marketing Support memiliki peran sebagai pembuka pintu bagi divisi marketing dalam proses pemasaran dan pencapaian target dalam konteks yang lebih spesifik.
Secara garis besar, aku memegang sejumlah database calon client yang berkaitan dengan produk yang akan kami jual. Database ini ditarget pula oleh para Sales dan Marketing.
Database tersebut kemudian satu per satu kuhubungi untuk mengetahui apakah perusahaan mereka membutuhkan produk yang akan kami tawarkan.
Data lainnya yang perlu dicatat adalah nama penanggungjawab dari divisi terkait, bila memungkinkan, dapat pula kontak atau minimal alamat email penanggungjawab, berapa banyak produk yang dibutuhkan perusahaan calon client, lalu berapa pula budget yang biasanya diihabiskan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dan masih banyak data lainnya.
Bisa dibilang, data di atas gampang-gampang susah dapetinnya.
Ada perusahaan yang memang langsung memberikan, namun tak sedikit pula yang menolak dan menghubungkan penelepon ke divisi terkait.
Bila tidak tersambung, penelopon dianjurkan untuk menghubungi kembali di lain waktu hingga berhasil berbicara dengan divisi yang diminta.
Padahal, "penghuni" divisi tersebut tak melulu ada di tempat. Kesibukan kantor membuat mereka harus mobile melakukan tugas-tugasnya. Belum lagi meeting internal.
Wah! Kalau ngga punya skill komunikasi yang mumpuni, bisa-bisa, satu datapun tak bisa didapatkan.
Lalu, apakah aku berhasil melakukan tugasku?
Tentu! Setelah memahami product knowledge untuk rentang waktu tertentu, melakukan training dengan divisi terkait, lalu ada pula uji coba langsung yang sekaligus menjadi eksekusi database pertama yang kulakukan.
Tingkatkan komunikasi lewat profesi
Database pertama yang kueksekusi tak berjalan mulus. Ditolak mentah-mentah. Sebab kala itu, PIC yang kutarget sedang tidak berada di ruangan. Sementara, menurut orang yang saat itu sedang berbicara denganku, ada batasan informasi yang bisa diberikan receptionist, termasuk nomor ponsel dan alamat email.
Pernah juga ditolak mentah-mentah karena perusahaan baru saja deal dengan vendor rival kami. Macem-macem deh penolakannya.
Kegagalan yang sama terus berulang. Anehnya, kok saat Marketing Support senior yang hubungi, data tersebut diberikan dengan mudahnya?
Nah lho!
Saat itu, aku menarik kesimpulan, bahwa ada cara yang salah dan yang harus segera diubah agar mendapatkan hasil yang berbeda.
Jadi gimana caranya mengasah komunikasi lewat profesi versi diriku sendiri?
1. Kuasai seluk beluk produk
Product knowledge adalah pengetahuan yang berkaitan dengan produk yang akan dijual yang wajib dikuasai marketer atau sales representative. Pengetahuan ini dapat digunakan sebagai daya tarik untuk menarik minat pelanggan.
Bisa tentang keunggulan produk, harga, variasi warna, bahan, proses pembuatan, kemasan yang digunakan serta keunggulan-keunggulan lain yang kamu rasa menjadi poin unggul di mata calon client.
Jangan khawatir untuk membuat list kekurangan produk. Kadang, kekurangan produk bisa jadi titik unggul.
Contohnya, bila produkmu makanan, di mata sebagian orang, mungkin rasa yang kurang manis adalah kekurangan. Namun, di mata pengidap diabetes, kekurangan itu justeru incaran. Dan kamu bisa menggunakan titik lemah produk tersebut menjadi keunggulan produk pada target pasar yang tepat.
Memahami seluk beluk produk akan membantumu menjelaskan keunggulan produk dengan cara yang menarik, sederhana dan singkat.
Mengenali produk sendiri juga akan mempermudah kamu mencari keunggulan sendiri dari ratusan produk rival diluar sana. Sehingga, bila calon client mendadak bertanya kenapa kudu memilih produkmu, kamu bisa memberikan jawaban dengan mantab.
2. Bersifat tenang dan menguasai keadaan
Dalam suatu kondisi, kamu mungkin akan dihadapkan pada lidah yang ngga sengaja keserimpet ngomong atau lupa bahkan lupa pengetahuan tentang produk.
Sebagai pemula, kamu mungkin akan panik, waswas, takut, dan khawatir database yang sedang kamu hubungi akan menolak tawaranmu.
Kamu bisa siasati ini dengan tenang, tarik nafas dalam-dalam, dan belajarlah menguasai keadaan. Bila memungkinkan, balikkan keadaan jadi bahan bercandaan dan tertawaan.
3. Belajar dari berbagai referensi
Baca buku seputar marketing, ketahui pula kiat-kiat komunikasi dengan calon customer dari berbagai referensi.
Jangan lupa juga belajar dari senior yang sudah lebih dahulu di dalam.
Kiat ini agak tricky, sebab tak semua karyawan mau berbagi ilmu. Kamu bisa pasang telinga dan berpura-pura sibuk dengan pekerjaanmu sambil mencuri ilmu.
Senior punya sejumlah cara yang sudah didapatnya lewat pengalaman, wajar-wajar saja bila pelit berbagi.
Kamu juga bisa mengambil hati seniormu dengan traktik sesekali, tapi tak perlu sampai jadi penjilat juga ya. Seadanya dan sebisanya saja.
4. Jangan takut salah
Salah akan menjadi makanan sehari-hari. Tak perlu takut dan khawatir, hajar aja terus.
Kamu bisa belajar banyak hal dari kesalahan. Misalnya, bila receptionist menolak memberikan kontak PIC yang kamu butuhkan karena kamu meminta secara langsung, kamu bisa pakai kiat lain, misalnya
"Kemarin sudah sempat berbicara sebentar dengan beliau, hanya saja saya lupa minta kontaknya. Boleh dibantu ngga ya?"
Berdasarkan pengalaman sih, kalau kamu mengaku sudah sempat berbincang dengan PIC, Receptionist akan memberikan kontaknya dengan murah hati.
Catat setiap hasil telepon awal maupun hasil follow up. Evaluasi kembali setiap kalimat yang kamu sebutkan hingga mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Sebaliknya, berikan catatan hijau dari setiap kalimat yang kamu sampaikan sampai akhirnya berhasil membuka pintu masuk Sales perusahaan.
"Membuka pintu" sebagai tugas dari seorang Marketing Support berarti berhasil mempertemukan sales perusahaan dengan PIC calon client.
Berhasil atau tidaknya penjualan produk akan ditentukan kemampuan Sales dalam presentasi serta kelihaian keduanya dalam menjalin komunikasi.