Dari Lihat Komodo Hingga Salto Di Labuan Bajo Bareng Teman Hidup Traveloka

0

 

Ilustrasi berlayar di Labuan Bajo | Foto: Traveloka, diedit dengan Canva

"Sebelum Pembalap Red Bull KTM, Miguel Oliveira berhasil menyandang gelar juara dalam balapan MotoGP perdana di Sirkuit Mandalika, aku sudah lebih dahulu menjajal berkendara di sana. Di atas lintasan kemenangannya"

Motor mulai melaju perlahan. Rasanya sangat mendebarkan, sebab setahun belakangan, untuk pertama kalinya aku kembali berkendara. 

Sejumlah teman sudah berada di depan sana. Demi keamanan bersama, aku memutuskan pelan-pelan saja. Pasalnya, aku tak melaju sendiri, tepat di belakangku, ada seorang teman yang sedari tadi meyakinkan kalau aku pasti bisa dan semua akan baik-baik saja. 

"Bisaaa, ayo coba dulu aja! Ngga apa-apa kita di belakang. Kapan lagi lho, ngendarain motor ini di sini?" Ujarnya membuatku kian mantab untuk memegang stang motor. 

Kalau saja ini motor bebek atau matic biasa, dengan body ringan dan tipis seperti yang kerap kukendarai di tahun-tahun kemarin, mungkin aku akan berkendara tanpa beban. 

Sayangnya, motor ini berbeda. Motor Marshal namanya. Lebih tepatnya, Moto Taxi Marshal, yakni motor yang digunakan petugas Marshal mengangkut pembalap untuk kembali ke paddock atau tempat lain setelah terjadinya kecelakaan di atas trek balap. 

Body motor ini terbilang gagah, dengan jok motor yang cukup lebar. Lumayan berat bila harus dikendarai oleh orang dengan tubuh yang tak terlalu tinggi sepertiku. Tapi kurasa itu wajar, sebab motor ini dipilih menyesuaikan kenyamanan calon penumpangnya. 

Ya, kamu ngga salah baca. Aku dan 9 temanku serta puluhan tim yang turut mendampingi perjalanan kami kala itu, tak sedang berkendara di jalan raya. Kami berada di atas aspal mahal yang tak semua orang bisa berkendara, atau sebatas berdiri di sana. 

Namanya Sirkuit Mandalika, sirkuit kebanggaan masyarakat Indonesia yang cantiknya tak ada dua. 

Persiapan berkendara dengan motor marshal, tepat di depan paddock Sirkuit Mandalika | Foto: Dokpri a

Motor dan jalur inilah yang menjadi bahan pikiran bagiku untuk ekstra hati-hati. Sudahlah aspalnya super mahal, kakikupun tak menapak kala berada di atas motor itu. 

Jangan sampai, sudah diberi experience semewah dan seekslusif ini, malah jatuh, bikin lecet motor atau parah-parah, aspal malah ikut berlubang atau bocor. 

Bila mau berkata jujur, pikiranku kala itu tak bicara tentang keselamatan pribadi, melainkan lebih menjaga agar motor ini tak kembali dengan kondisi baret nanti. 

Kamu bisa saja tertawa, tak salah itu. Saat inipun, ketika aku kembali mengingatnya, turut pula terkekeh bahagia. 

Syukurlah, lintasan sepanjang 4,31 Km dengan 17 tikungan itu bisa kulewati dengan sempurna. 

Itu kenapa, saat seseorang bertanya, apa momen bahagia terbesar yang kurasakan hingga kini? Aku bisa dengan percaya diri menjawabnya begini

"Sebelum Pembalap Red Bull KTM, Miguel Oliveira berhasil menyandang gelar juara dalam balapan MotoGP perdana di Sirkuit Mandalika, aku sudah lebih dahulu menjajal berkendara di sana. Di atas lintasan kemenangannya."

Sudah setahun berlalu

Tak terasa, pengalaman itu rupanya sudah terjadi hampir setahun yang lalu. Padahal dalam ingatan, karena pengalaman di sirkuit itu, rasanya baru kemarin saking bahagianya mataku sendu terharu. 

Hampir setahun pula sebelum aku memutuskan dengan sangat yakin undur diri dari perusahaan tempatku bekerja dan memutuskan untuk menjadi fulltime Blogger, freelance Content Writer dan sesekali merangkap pula jadi fotographer dan videographer kala sebuah brand mempercayakan sosial mediaku jadi media promosi produk terbaru mereka. 

Kupikir, dengan menghabiskan waktu bekerja di rumah, hari-hari akan terasa lebih baik lagi. Ternyata ini tak sepenuhnya benar. 

Memang betul, di satu sisi, bekerja di rumah sangat kusyukuri karena segala pekerjaan bisa dikerjakan dengan fleksibel. 

Aku bisa mengatur waktu kerjaku sendiri dan tak perlu meredam emosi saat tenggelam dengan macetnya Jakarta yang tak kunjung usai ini. 

Di sisi berbeda, bekerja sendiri pun ternyata banyak tantangannya, salah satunya ketika jenuh melanda dan tak ada rekan yang bisa diajak bercengkerama. 

Berbeda saat berada di kantor sana. Masih mudah mengajak rekan kerja untuk bercanda sebentar terutama saat pekerjaan terus datang merajalela. Setidaknya, saat itu, begitulah cara kami mengusir lelah dan mengembalikan lagi mood kerja.

Jenuh di rumah, saatnya #LihatDuniaLagi bareng Traveloka

Setahun berada di rumah aja, kurasa sudah waktunya untuk #lihatdunialagi. 

Baru-baru ini, aku baru saja dibawa travelling online oleh salah satu Travel Content Creator favoriteku. Mengikutinya sejak awal hingga akhir perjalanan membuatku berpikir untuk recreate perjalanan yang sama dengan versi yang berbeda, kali ini bareng #temanhidup Traveloka yang tentu membuat cerita jauh lebih bermakna.

Sebetulnya sih, aku tak sepenuhnya bekerja sendiri meski dari rumah. Ada adikku juga yang jadi #TemanHidup dan selalu siap memberikan dukungan terutama dalam urusan foto dan video produk. Kurasa sudah waktunya juga ia turut merasakan sisi seru dan kerennya punya kakak fulltime Blogger kayak aku. 

Balik lagi tentang trip. Bukan tanpa sebab, cerita ini tak hanya bicara tentang perjalanan saja, lebih jauh lagi, recreate trip ini kuinginkan karena sejumlah alasan, yaitu

Konten

Kedengarannya terlalu klise dan egois mungkin ya?! 

Tapi perlu diingat, bahwa konten menjadi salah satu sarana promosi yang kini kian digandrungi. Ngga heran, berbagai pihak makin banyak menggandeng Konten Kreator untuk terlibat dalam sebuah kampanye yang sedang dilangsungkan oleh perusahaannya.

Termasuk Traveloka yang membentuk Traveloka Travel Friend hingga beberapa batch.

Sebetulnya, kolaborasi ini membawa efek domino ke berbagai pihak. 

Ngga bisa dipungkiri, tujuan awalnya mungkin mengedukasi target pasar untuk mengetahui fitur-fitur terbaru yang ada di aplikasi Traveloka. Namun di sisi berbeda, pengguna sosial media juga sangat dimanjakan dengan visual-visual perjalanan TTF yang ciamik, hingga mengundang minat untuk berkunjung ke tempat yang sama. Kayak yang lagi aku lakuin sekarang. Sampai recreat trip yang sama tentu dengan cerita yang berbeda. 

Harapannya, konten-konten ini sampai pula ke depan layar wisatawan mancanegara yang gemar travelling lalu datang ke Indonesia. 

Efek dominonya? Tentu berdampak baik pada perekonomian warga lokal, membuka peluang usaha dan lapangan kerja pada warga sekitar destinasi, hingga membantu kebangkitan pariwisata tanah air.

See? Satu langkah yang sungguh-sungguh dilakukan Traveloka ini, berdampak baik pada semua pihak.

Content Creator dengan konten-konten dan portofolio terbaru mereka yang tak lagi main-main, kebangkitan ekonomi dan lapangan kerja baru bagi warga di sekitar destinasi, hingga devisa yang kian meningkat untuk negeri ini bila wisatawan mancanegara terus berdatangan. 

Nah, ini pulalah yang ingin turut kulakukan. Berkontribusi dalam berbagi cerita tentang cantiknya Indonesia lewat sosial media dan beberapa blog yang kupunya. 

Edukasi eco tourism

Lebih kenal dengan dunia bawah laut Bajo dan edukasi seputar koral | Foto: Traveloka, diedit dengan Canva

Alasan lain kenapa aku ingin sekali ke destinasi ini adalah agar aku tak cuma jadi penikmat cantiknya Indonesia, tapi turut pula menjaga dan melestarikan wilayah tersebut demi kecantikan yang sama terus terawat dan bisa disaksikan serta dinikmati oleh anak cucu kelak. 

Sebagai tim pantai dan laut, aku juga berharap, lewat trip ini, edukasi serupa bisa merata di berbagai destinasi wisata bahari Indonesia. Lewat apa? Pengalaman para petugas dan pemahaman yang dituang dalam tulisan. 

Ya, terkenal dengan surganya wisata bahari, menyelam dan menikmati cantiknya dunia bawah laut Labuan Bajo bukan lagi rahasia. Selain ragam jenis ikan yang berenang di sana, koral atau karang laut jadi salah satu pemandangan yang tak kalah memikat. 

Namun, keindahan ini tentu akan terancam bila wisatawan tak memahami kiat-kiat yang harus diperhatikan saat menyelam. 

Nah, di Labuan Bajo, ada sekelompok ahli Biologi Kelautan dan timnya yang siap memberi edukasi tersebut sekaligus memberikan pengalaman bagaimana serunya menanam karang. 

Mengukir cerita bareng Traveloka

Well, di balik kejenuhan yang sudah membabi buta di rumah, aku sangat berharap, trip bareng Teman Hidup Traveloka ini akan menjadi sarana melepas penat, sebagai sedikit hadiah bagi adik sang #temanhidup yang terus memberikan dukungan, mewujudkan harap, mengembalikan semangat dan tentu, mengukir cerita manis untuk terus dikenang. 

Mau lihat Komodo hingga salto di Labuan Bajo bareng Teman Hidup Traveloka

Setelah panjang lebar, ini dia liburan bareng #temanhiduptraveloka yang sudah aku plan dengan sempurna. 

Ada yang belum tahu Labuan Bajo? Meski belum pernah menapakkan kaki di sana, kurasa sebagai warga Indonesia, kita tentu sudah familiar dengan nama ini. Salah satu tempat yang masuk dalam list destinasi super prioritas yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. 

Melihat langsung kadal purba, berlayar di atas air sebening kaca, menikmati kecantikan dunia bawah airnya, tak lupa pula menyantap makanan boga bahari di sana, hingga menyaksikan senja di atas langkan hotel adalah sederet tawaran menakjubkan yang tak bisa ditolak dari negeri seribu senja ini. 

Luxury sehari

Luxury sehari di AYANA Komodo Waecicu Beach. Sinar matahari langsung menembus kamar | Foto: Traveloka, diedit dengan Canva

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari sapaan petugas hotel dan segarnya welcome drink yang masuk menyapa kerongkongan. Selain itu, perasaan lega dan tenang juga akan sangat-sangat terasa ketika barang bawaan sudah tersusun rapi di tempatnya masing-masing sebelum mengeksplore destinasi. 

Untuk urusan menginap, aku memilih salah satu Traveloka Hotel tepatnya AYANA Komodo Waecicu Beach.

Hanya berjarak 2,66 Km dari Bandar Udara Komodo (LBJ), luxury hotel ini bisa ditempuh sekitar 8-10 menit saja dengan kendaraan roda 4.  

Hotel ini terinspirasi dari Ora kalau kata warga lokal, kita mengenalnya dengan nama Komodo, spesies biawak terbesar yang memang berasal dari sana. Bentuknya dibuat melengkung dengan atap bertekstur kasar di sayap bangunannya. 

Salah satu sudut yang terinsipirasi dari pegunungan Manggarai | Foto: Traveloka

Sedang, arsiteksturnya terinspirasi dari pegunungan Manggarai yang megah serta pola batik tradisional dan material lokal yang berlimpah, sehingga menciptakan identitas unik bagi properti Ayana di wilayah tersebut.

Yang ngga kalah menarik, lobbynya berada di lantai 11 hotel, sedangkan kamarnya berada di bawah. Nah lho, udah kebayang belum? 

AYANA Komodo tampak dari atas di sore hari, lobby ada di lantai 11 | Foto: Traveloka

Semakin ke bawah kamar tamu, maka akan semakin dekat pula dengan hamparan pantai menawan dan pasir putih tepat di depan hotel. Namun, semakin di atas kamar tamu, makin apik pula pemandangan sepanjang harinya, mulai dari matahari terbit yang menghampar menembus jendela hotel langsung ke tempat tidur hingga saat matahari mulai bersembunyi di balik Pulau Kukusan yang berdiri tegak tepat di depan "wajah" hotel. 

Oh, ngga perlu khawatir kebagian kamar yang menghadap pemandangan yang tak menyenangkan, tembok misalnya, karena seluruh kamar hotel ini didesign menghadap ke perairan. 

Pemandangan dari kamar AYANA Komodo di sore hari langsung ke perairan dan Pulau Kukusan | Foto: Traveloka

Sebagai resor bintang lima pertama dan satu-satunya di Labuan Bajo, AYANA Komodo Waecicu Beach menghadirkan 3 bar di area lobby yang siap menjadi tempat tamu untuk menikmati waktu di hotel ini, baik sendiri maupun dengan orang-orang tersayang. 

Di hotel ini tamu juga akan mendapatkan kesempatan belajar mengenal karang, bagaimana turut berkontribusi menjaganya hingga experience menarik yakni menanam koral seperti yang sudah sempat aku sampaikan sepintas di atas. 

Ya, AYANA Komodo Waecicu Beach bekerja sama dengan ahli Biologi Kelautan untuk memberikan edukasi tersebut kepada para tamu. Dengan begitu, tamu tak hanya pulang membawa cerita dan kenangan, namun edukasi baru yang bisa diceritakan pada banyak orang. Karena pelajaran yang paling berharga adalah pelajaran yang kita dapat dari ahli yang telah berpengalaman. 

Jangan lupa infinity poolnya yang juga langsung menghadap ke laut Flores yang memikat. 

Dan malam akan semakin tenang dalam buai bathtub berisi air hangat yang siap merendam tubuh usai perjalanan panjang sembari memulihkan tenaga mengeksplore Bajo keesokan harinya. Jangan lupa memutar musik saxophone biar suasana semakin menyenangkan.

Fasilitas bathtub untuk berendam melepas penat | Foto: Traveloka

Ahhh, AYANA, tunggu aku datang!! 

Harga hotel berkisar 4-8jtan per malam. Well, sedikit pricy mungkin bagi sebagian traveller, tapi jadi rekomendasi yang tepat bila sesekali ingin menikmati layanan luxury.

Jangan khawatir, Traveloka terkenal dengan jagonya booking hotel murah. Ada sejumlah promo yang bisa kamu dapat di aplikasinya. Lebih murah lagi kalau pesannya bersamaan dengan tiket pesawat perjalanan ke sana. 

Namun, kalau masih merasa harga ini tak sesuai juga dengan budgetmu, dalam aplikasinya, Traveloka juga menghadirkan sejumlah akomodasi serupa tentu dengan fasilitas berbeda yang bisa kamu pilih hanya dengan scroll ke atas layar ponsel tanpa perlu mengulang pencarian lagi dari awal. 

Loccal Collection Hotel Komodo misalnya. Dengan harga start from 1.5jt, kamu bisa memandang lautan Flores hingga kejauhan sana dengan bahagia. Belum lagi, vibesnya didesign sedemikian rupa sehingga lokasi menyerupai Santorini. 

Jadi jangan ragu untuk lihat dunia lagi dan pilih Traveloka hotel untuk staycation lagi. 

Hidup di Kapal Phinisi, susuri Pulau-pulau di Timur negeri

Hidup di Kapal Phinisi, Susuri Pulau-pulau di Timur Negeri | Foto: Traveloka, diedit dengan Canva

Dalam salah satu tulisan, aku pernah membaca kalimat ini

"Kita begitu menyukai kerlip lautan lampu dari ketinggian, hingga tak sadar, ia telah mencuri pesona bintang di langit malam"

Dulu waktu di desa, aku kerap menatapi bintang di langit. Jika beruntung, satu dua bintang sering pula terlihat melintas dan membuatku buru-buru membuat permohonan pada semesta. Berdoa hal-hal baik yang kini sudah kulupa. 

Setelah sekarang hidup di kota, kerlip bintang itu tak lagi ada. Hilang ditelan polusi udara dan cahaya. Kalah pula pada cahaya lampu di gedung-gedung tinggi sana. Mungkin, sudah waktunya juga melihatnya kembali, meski sesaat demi mengembalikan memori. 

Aku tak tahu ini betul atau tidak, namun film Life of Pi telah membawaku dalam bayang-bayang cantiknya langit malam di atas lautan. Ini juga yang jadi alasan, kenapa aku ngotot ingin mencoba hidup di Kapal Phinisi. 

Dari kapal Phinisi inilah kemudian perjalanan di hari baru dimulai. 

Setelah melakukan sejumlah survei, Paket Tur Pulau Komodo dari PulauKuy Tours di Traveloka menjadi pilihan. 

Kamu bisa melakukan pemesanan di bagian Xperience lalu masuk ke fitur Tur. Di sana ada beberapa pilihan tur yang sesuai dengan kebutuhanmu. 

Aku pilih Sailing Komodo Share Trip 3D2N. 

Pilihan ini jadi final karena rasanya akan seru bertemu dengan orang-orang baru dan tinggal di kapal yang sama selama beberapa hari. Dan 3D2N jadi pilihan karena rasanya sayang sekali bila pulau-pulau ciamik di Timur negeri ini tak turut disusuri. 

Paket ini menawarkan perjalanan menuju Pulau Kelor, Pulau Rinca, Pulau Kalong, Pulau Kambing, Pulau Padar, Pink Beach, Manta Point, Takka Makassar, Pulau Siaba serta Pulau Kanawa. 

Paket yang cukup lengkap untuk menjawab seluruh rasa penasaran tentang pulau-pulau di Labuan Bajo. 

Maksudku, apa jadinya ke Labuan Bajo tanpa menapakkan kaki ke Pulau Padar? Hambar!

Untuk apa ke Labuan Bajo bila tak main ke Pink Beach? Siapa yang ngga mau menikmati cantiknya pasir berwarna pink itu? 

Seperti namanya, pasir di pantai ini memang berwarna merah muda atau pink baik saat digenggam maupun dilihat dari kejauhan. 

Warna ini terbentuk dari terumbu karang bernama homotrema rubrum yang memiliki cangkang berwarna pink. 

Ketika mati, cangkang-cangkang ini akan terbawa oleh arus ombak menyingkir ke pinggiran pantai dan menyatu dengan spesies lain seperti plankton dan foraminifera kemudian bercampur dengan pasir di pantai hingga terbentuk kesan warna pink di sepanjang bibir pink beach. Super ngga sabar nyentuhnya!

Untuk apa ke Labuan Bajo kalau harus melewatkan pemandangan sekumpulan kalong yang mulai keluar mencari makanan di petang hari? Untuk apa ke Labuan Bajo bila tak menatap savana di Rinca Island?

Dan tour ini sudah memasukkan semua list yang ingin kukunjungi dalam 3 hari 2 malam tanpa repot-repot ngurus ini itu. 

Untung-untung, berkesempatan pula melihat langsung Paus Biru besar seperti yang dialami Mas Guri baru-baru ini. 

Salah satu list lain yang tak boleh ketinggalan adalah salto dan melompat dari kapal Phinisi sembari berteriak melepas penat di hati ini. Ahhh, semogaaa!

Bertemu Komodo, Kadal Purba kebanggaan Indonesia

Bertemu Komodo, Kadal Purba Kebanggaan Indonesia | Foto: Traveloka, diedit dengan Canva

Jangan ngaku dari Labuan Bajo bila belum bertemu Komodo!

Belum lama ini, tak cuma Indonesia, dunia bahkan ikut riuh karena tarif ke Pulau Komodo dan Pulau Padar dicanangkan akan naik menjadi Rp 3,75jt per orang. Begitu spesialnya pulau dan hewan ini, hingga beritanya menyebar hingga ke mancanegara.

Kabar baiknya, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur telah resmi menunda kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo tersebut hingga 1 Januari 2023 mendatang. 

Itu artinya, masih cukup banyak waktu untuk menjejakkan kaki di rumah biawak raksasa ini dengan harga tiket hanya Rp5.000 per orang. 

Kenapa media luar sampai ikut riuh mengangkat berita ini?

Komodo atau lengkapnya biawak komodo (Varanus komodoensis) adalah spesies biawak besar yang terdapat di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Montang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Hewan ini memiliki berat tubuh mencapai 165Kg atau 100Kg saat kondisi perut kosong. Panjangnya sendiri mencapai 2-3M. 

Pada bagian rahang bawah khususnya Komodo Dragon, terdapat senyawa racun mematikan yang masuk melalui gigitan Komodo pada mangsa. Sebagai makhluk ganas dan gesit, berada di areanya harus selalu waspada. Sebab salah-salah gerak, bisa--bisa jadi pengunjung jadi bahaya. Untuk itu, pastikan selalu berada di bawah pengawasan ranger, ya. 

Belum lagi, sebagai hewan endemik Indonesia, Komodo hanya bisa ditemukan di negeri kita. Menurut studi yang terbit di Prosiding Royal Society B, Komodo ini makhluk "malas". Sebetulnya, mereka bisa saja menjelajah daerah lain dan menguasai dunia, tapi mereka tidak melakukannya. 

Syukurlah, "kemalasan" Komodo ini ternyata ada baiknya juga untuk Indonesia. Hehe. 

Ngga heran kalau banyak wisatawan mancanegara yang juga ingin melihatnya. 

Begitu unik dan langkanya, Taman Nasional Komodo dinyatakan sebagai World Heritage Site dan Man and Bioshphere Reserve oleh UNESCO sejak tahun 1986. 

Sebagai salah satu warga negara Indonesia, aku juga ingin melihat langsung makhluk buas ini. Mengabadikannya dalam sebuah momen, ngga mau kalah dengan wisatawan luar negeri yang juga ingin melihatnya dan rasanya tentu menakjubkan melihat langsung hewan purba yang kalau menurut perkiraan Peneliti sih, sudah hidup sejak 30 jt tahun yang lalu. 

Bahkan belum melihat secara langsung saja, sudah timbul satu pertanyaan dalam benak "Do, kira-kira dunia pada zaman 30jt tahun lalu itu, bentukannya gimane?" Andai Komodo bisa menjawab ya. Hihih. 

Wujudkan MIMPI, Santap Lobster 2Kg Sendiri

Wujudkan mimpi, santap lobster 2Kg sendiri| Foto: Traveloka, diedit dengan Canva

Yang terakhir, terlahir dengan Bapak seorang pelaut, seafood jadi salah satu makanan yang tak bisa kami lewatkan saat pulang ke kampung halaman. 

Dari sejumlah makanan laut yang sudah pernah kami santap, ada satu menu yang hingga kini belum terwujud, yakni lobster jumbo 2Kg. 

Menu ini bisa terbayang-bayang sebab terakhir kami dari sana, sempat rebutan dengan pembeli lain namun sayang, kami harus ikhlas melepas lobsternya karena kalah debat dan ngga mau ribut dengan pembeli tersebut. 

Dan ya! Labuan Bajo akan menjadi tempat wujudkan mimpi, santap lobster 2Kg sendiri sambil laporan pada Bapak, bahwa mimpi itu kini sudah terjadi. Semoga. 

Buat teman-teman yang juga ngerasain sumpeknya hari-hari, yuk ‘#LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi’ dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-LihatDuniaLagi-bloggerperempuan.com 


Sumber-sumber:

https://www.haloindonesia.co.id/ayana-komodo-resort-waecicu-beach-desain-eksklusif-resort-yang-terinspirasi-dari-komodo/

https://sains.sindonews.com/read/578230/768/kenapa-pantai-pink-berwarna-pink-ini-penjelasannya-1635070237

https://phinemo.com/alasan-ilmiah-mengapa-komodo-hanya-ada-di-indonesia/

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)