KBR x Greenpeace | Foto: Tangkap layar YouTuber Berita KBR |
Aksi selamatkan bumi memang sering dikait-kaitkan dengan turun langsung ke lapangan seperti aksi penanaman pohon, aksi bersih-bersih di area pesisir, turut berkampanye di jalanan untuk suarakan bahwa kondisi bumi sedang tidak baik-baik saja.
Bicara tentang bumi memang selalu menarik, hal ini karena bumi adalah satu-satunya planet tempat dimana manusia bisa hidup berdampingan dengan tanaman, hewan dan makhluk hidup lainnya lalu membentuk simbiosis mutualisme yang saling melengkapi untuk satu sama lain. Meski memang simbiosis yang berlangsung lebih didominasi manusia.
Sebagai manusia, kadang kita terlalu serakah. Bersembunyi di balik kebutuhan dasar, menggunduli hutan dengan cara yang tidak tepat. Padahal, ujung-ujungnya, dampaknya ya balik ke kita lagi. Hewan endemik hutan tersebut hilang, bahkan mungkin masuk ke perkampungan untuk menyelamatkan diri. Sudah dengar berita harimau masuk perkampungan? Ya salah satu contohnya itu.
![]() |
Langit merah di Jambi akibat kebakaran hutan | Sumber foto: Kompas |
Contoh lainnya, masyarakat puas hidup dengan asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan seperti yang terjadi di wilayah Riau dan Jambi pada 2019 lalu. Asap merah terus saja bermunculan. Akibat asap tersebut, media menyebutnya “Langit merah” di Jambi.
Awal tahun 1990an, manusia sudah diworo-woro bahwa lapisan ozon sudah mulai terdampak efek rumah kaca. Tapi kita tetap abai, penjualan kendaraan tetap tinggi, deforestasi tetap terjadi. Dampaknya terasa satu dekade kemudian.
![]() |
Ilustrasi salah satu dampak perubahan iklim | Sumber foto: Freepik |
Eh, tau tau, dekade ini adalah dekade terakhir kita dalam upaya menyelamatkan bumi.
Gimana caranya? Dengan menekan jumlah gas rumah kaca ke lapisan ozon sana atau bila memungkinkan, tidak bertambah sama sekali.
Tapi kalau di bulan suci Ramadan seperti yang sedang berlangsung saat ini, apa iya, kita melakukan aksi yang sama untuk bumi? Turun ke jalanan?
Kira-kira hal apa yang bisa kita lakukan untuk selamatkan bumi tanpa perlu turun ke lapangan atau ke jalanan?
Upaya jaga bumi di bulan Suci Ramadan
Untuk menjawab pertanyaan ini, Berita KBR bekerjasama dengan Greenpeace dengan programnya Ummah for Earth menggelar Podcast Ramadan vibes season 2 dengan mengangkat tema “Sekecil Apapun Kontribusi Umat, Berguna Bagi Bumi”
Podcast ini dipandu oleh Mas Reski Messanto, dengan menghadirkan pembicara:
- Rahma Shofiana selaku Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia
- Agil Laksmana Putra selaku Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah
- Ranie Untara selaku Momfluencer & less waste living enthusiast
Rahma Sofiana menyebutkan bahwa ketika suhu bumi naik 1⁰ saja, akan memberikan perubahan yang sangat besar terhadap ekosistem bumi. Padahal, sekarang aja, berdasarkan laporan yang dirilis BMKG di awal tahun, ada 100 lebih bencana alam yang berhubungan dengan hidrometeorologi seperti cuaca ekstrim dan hujan lebat.
Belum lagi, baru-baru ini BMKG juga merilis pernyataan bahwa Jakarta dalam 100 tahun terakhir sudah mengalami kenaikan suhu 1⁰ yang kenaikan tersebut diprediksi harusnya terjadi di tahun 2030. 8 tahun lebih cepat dari perkiraan.
Beruntungnya, belakangan ini, masyarakat kian terbuka dan tak lagi menganggap bahwa musibah hanya takdir yang diizinkan Tuhan terjadi begitu saja
“Betul, bencana tidak akan terjadi tanpa seizin Allah, yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana siklus bencana itu terjadi. Frekuensi (terjadi)nya semakin sering, semakin cepat dan dampaknya semakin parah” Lanjut Rahma.
Selain kenaikan suhu, Rahma juga menyoroti jumlah sampah plastik yang di Jakarta saja tiap harinya mencapai 7jt ton yang kemudian dialihkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang. Begitu banyaknya jumlah sampah, tahun 2030 Bantar Gebang diprediksi tak lagi mampu menampung bila volume sampah plastik di Jakarta tidak berkurang secara signifikan.
Penyebab-penyebab lainnya adalah sampah makanan atau sampah organik yang bila membusuk akan mengeluarkan gas amonia dan akan terperangkap di atmosfer sehingga mampu memanaskan suhu bumi. Ada juga kenaikan air muka tanah, kebakaran atau penggundulan hutan, polusi udara akibat trasportasi dan sistem kelistrikan yang kita gunakan tiap hari.
“Jadi memang, ini adalah suatu keadaan yang terjadi akibat perilaku konsumtif, mubazir dan membuang-buang oleh manusia.” Tutupnya menjelaskan andil manusia atas bumi yang kini kita tinggali.
Memiliki posisi sebagai Guardian of the Earth, momentum Ramadan seharusnya bisa dimanfaatkan juga untuk memperbaiki hubungan manusia dengan alam.
Pernyataan ini disambut baik oleh Mas Agil Laksmana Putra, selaku Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah. Menurut beliau, di umat Itslam ada 40 hadits hijau.
“Ada 40 hadits hijau. Itu berisi sabda nabi Muhammad tentang keadilan dan keberlanjutan lingkungan. Di situ, dikupas tuntas ada 5 bab, yang pertama bab tentang air, bumi, tanaman, hewan dan yang terakhir adalah gaya hidup.” Jelasnya.
Di dalam hadits tersebut umat Islam diwajibkan untuk menjaga, melestarikan, dan tidak merusak. Perilaku melestarikan ini dianggap sebagai bentuk ibadah dan wajib dalam Muslim.
Selain memberikan penjelasan dari sudut pandang agama, mas Agil juga menuturkan sejumlah sorotan yang menjadi prioritas kader hijau Muhammadiyah, yakni sampah dan masalah hutan yang terus berkurang.
Menurutnya slogan “Buanglah sampah pada tempatnya” sudah harus diseimbangkan dengan edukasi untuk mengurangi sampah.
Di sisi lain, hutan sebagai penghasil Oksigen yang merupakan gudangnya manusia untuk bertahan hidup juga terus dipantau oleh Kader Hijau. Tak hanya advokasi ke wilayah konflik, kader fokus juga terhadap recovery, dimulai juga dengan eco literasi dengan memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan sejumlah kampanye untuk kebaikan bumi.
Manusia memang harus melakukan sesuatu dimulai dari hal kecil untuk menyelamatkan bumi seperti menghindari gaya hidup konsumtif untuk mengurangi sampah.
![]() |
Ilustrasi upaya kurangi plastik dengan menggunakan benda lain yang bisa digunakan berulang | Sumber foto: Freepik |
“Karena apa yang kita buang, akan kembali lagi ke meja makan kita. Apa yang kita lakukan, akan kembali lagi ke tempat hidup kita. Apa yang kita ambil, mereka (alam) akan menuntut kembali apa yang pernah kita ambil” Tutupnya.
Ranie Untara, momfluencer & Less waste living enthusias menyebutkan, menjalankan Less waste menjadikan manusia menjadi makhluk yang tidak egois, bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan.
“Memang, seperti jadi kewajiban bagi kita kalau misalnya ingin menjadi seorang Muslim yang kaffah, menjalankan yang seutuhnya, ya kita juga harus menjaga dan mencintai lingkungan.”
Ada sederet langkah yang dilakukan oleh Ranie Untara dalam gaya hidupnya yang less waste, salah satunya dengan berpegang pada gerakan "Pantang Plastik"
Setiap orang sebetulnya bisa melakukan gerakan pantang plastik ini, tapi kembali lagi, bisa disesuaikan dengan kondisi di masing-masing rumah tangga. Bila memang memungkinkan, gerakan tersebut bisa dilakukan secara konsisten. Lalu dari sana, beralih lagi untuk level up untuk melakukan aksi yang lain.
Aksi lainnya bisa dilakukan dengan:
- Membawa tumbler dan tempat makan sendiri saat ingin berburu makanan berbuka selama puasa
- Membawa tas sendiri saat berbelanja
- Memilah sampah organik dan non organik rumah tangga untuk mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan di rumah setiap harinya untuk evaluasi ke depan
- Membawa kantong jaring saat ingin membeli buah di supermarket
Mengenal program Ummah for Earth
Berangkat dari kegelisahan
Greenpeace terkait bumi yang tidak baik-baik saja dan betapa pentingnya agar
manusia melakukan sesuatu yang bisa membawa perubahan yang lebih baik untuk
bumi menjadi latar belakang hadirnya program Ummah for Earth.
Ummah for Earth hadir di awal tahun 2020 dengan membawa pesan agar manusia merawat bumi sebagai tanggungjawab dan sebagai bagian dari ibadah.
Kesimpulan
Bumi adalah satu-satunya tempat hidup manusia dan sebagai guardian of the earth, kita punya tanggungjawab untuk terus menjaga bumi dengan hal-hal terkecil sekalipun. Salah satu contohnya dengan mengurangi sampah sepanjang bulan suci Ramadan. Bisa juga dengan melakukan gerakan pantang plastik, dan gerakan-gerakan lain seperti yang telah dilaksanakan oleh Ranie Untara.
Harapannya, gaya hidup yang kita terapkan selama Ramadan ini bisa menjadi kebiasaan yang terbangun dan terus kita aplikasikan di hari-hari berikutnya.