![]() |
Pembicara dalam Webinar Menjaga Kelestarian Air | Foto: Tangkap layar webinar |
Air merupakan kebutuhan mutlak setiap orang yang digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari konsumsi sehari-hari, kebersihan, pengairan lahan pertanian, industri, budidaya ikan, serta dimanfaatkan pula sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Manfaatnya yang beragam dalam kehidupan sehari-hari membuat manusia dan makhluk hidup lainnya tak berdaya tanpa air.
Secara eksplisit, kehadiran air memang sangat mudah ditemukan. Air keran yang terus menyala di rumah, air minum dalam kemasan yang dijajakan di sepanjang jalan, air laut, air hujan. Hampir di semua aspek kehidupan, kita bisa menemukan air dengan mudah.
Pemikiran ini membawa manusia larut dalam pemahaman bahwa bumi memiliki stock air yang melimpah tanpa perlu khawatir terjadinya kekeringan dan kekurangan air. Padahal, dilansir dari berbagai sumber, ada banyak tempat yang kekurangan air bersih sampai kesulitan untuk minum.
Kekeringan ini terjadi karena tidak semua air yang ada di bumi dapat dimanfaatkan. Hanya air tanahlah yang dianggap sangat penting tak hanya dalam sistem air dan sanitasi, pertanian, industri, serta ekosistem, jenis air ini pulalah yang menjadi sumber daya vital yang menyediakan hampir setengah dari semua air minum di seluruh dunia.
Mengingat pentingnya air tanah untuk keberlangsungan hidup dan kebutuhan air dunia, pada Sidang PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, dibentuklah Hari Air Sedunia.
Perayaan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1993 dengan tujuan utamanya ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya akses air bersih untuk kita semua. Hal ini hanya bisa diwujudkan bila semua orang dapat menyumbangkan aksi nyata untuk mengatasi krisis air global yang saat ini dialami.
Perayaan Hari Air Sedunia terus diperingati setiap tanggal 22 Maret hingga saat ini dengan tema berbeda setiap tahunnya, tema tahun ini berbicara tentang: Air Tanah: Membuat yang Tak Terlihat Menjadi terlihat.
Tak ingin ketinggalan, Danone-AQUA, selaku perusahaan yang memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang bertanggungjawab dalam proses operasinya. Salah satunya adalah komitmen untuk mengembalikan air lebih banyak lagi dari yang digunakan di tahun 2030, turut merayakan peringatan #Worldwaterday2022 dengan membawa spesifik tema “Melestarikan Ketersediaan Air dalam Menghadapi Perubahan Iklim. “
Kontribusi Danone Aqua dalam menjaga kelestarian air
Vera Galuh selaku VP General Secretary Danone
Indonesia berharap, lewat webinar yang
diselenggarakan, semua peserta dapat berbagi informasi bagaimana melakukan aksi
nyata untuk menjaga kelestarian dan perlindungan siklus air.
“Untuk ketersediaan air, diperlukan sinergi
yang luar biasa dan terus menerus secara bertanggungjawab dari semua pihak baik
itu Pemerintah, pelaku usaha, lembaga, swadaya masyarakat, komunitas bahkan
seluruh konsumen dan seluruh lapisan masyarakat yang ada.” Ujarnya.
Dalam
kesempatan ini, Ibu Vera juga menyampaikan bagimana Danone-AQUA terus melakukan
aksi konkret untuk merawat sumber air dan lingkungan di sekitarnya agar terus
diupayakan secara terintentegrasi dan komprehensif dari hulu, tengah hingga ke
hilir.
Beberapa aksi konkret yang dilakukan Danone Aqua:
- Di hulu ada penanaman pohon secara berkelanjutan dan termonitor, mengupayakan sumur resapan dan penyediaan akses air bersih serta sanitasi.
- Di bagian tengah ada upaya merehabilitasi daerah irigasi dan mendukung pertanian yang berkelanjutan serta melanjutkan ketersediaan air bersih dan sanitasi
- Di hilir, ada upaya penanaman mangrove, pelaksanaan program kali bersih yang diupayakan secara continue. Ada juga pengelolaan air secara terpadu yang ditujukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga keseimbangan siklus air, serta memastikan pengguna air di sekitar DAS dapat terhindar dari bencana yang terkait masalah air sehingga dapat menjaga juga keberlangsungan mata pencahariannya.
Kualitas
dan kuantitas air di seputar DAS dijaga secara konsisten oleh Danone dengan
menginisiasi penelitian Hidrogeologi, program konservasi dan pembentukan forum
pengguna air untuk memastikan keterlibatan seluruh pemangku kepenting dalam
pengelolaan DAS.
“Kita percaya bahwa DAS yang terkelola dengan
baik dapat memastikan ketersediaan air tanah tetap terjaga sehingga supply air
di daerah hilir dapat terus terjaga keberlanjutannya.” Lanjutnya.
Dampak perubahan iklim terhadap kelestarian air
Perubahan
iklim yang terjadi tanpa dapat dihindari juga masuk dalam perhatian Danone-AQUA.
Hal ini karena perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu rata-rata di bumi secara
konstan setiap tahunnya dan berdampak langsung terhadap ketersediaan air tanah
yang semakin berkurang akibat perubahan iklim.
Perubahan
iklim ini tentu mengharuskan semua orang untuk terus beradaptasi serta menjaga
keberlangsungan dan ketersediaan air di Indonesia.
Langkah
lain dari Danone-AQUA adalah memastikan validasi dan monitoring yang independen
agar setiap inisiatif dan program yang diselenggarakan bisa terlaksana dan
terukur dengan baik serta bisa menjadi masukan agar langkah-langkah berikutnya
bisa lebih tepat sasaran.
Kolaborasi multi pihak untuk menjaga kelestarian dan ketersediaan air dalam menghadapi perubahan iklim
Danone-AQUA
juga menggandeng Badan Riset dan Informasi Nasional (BRIN) dalam melakukan
validasi dampak air positif di dua lokasi operasional di PT AGM Mekarsari dan
PT AGM Babakansari dengan sumber airnya kubangnya.
“Pemanfaatan air tanah harus dilakukan secara
seimbang, bertanggungjawab dan dilakukan melalui upaya pendampingan, advokasi,
monitoring dan edukasi kepada masyarakat dan komunitas terutama mereka yang
berada di area DAS agar perlindungan siklus dan ketersediaan air dapat terjaga
dengan baik.”
Aksi
konkret yang dilakukan ini tak lepas dari tanggungjawab Danone yang dibungkus
dalam visi One Planet One Health.
Dalam acara
serupa, Dr. Ir. Muhammad Rizal, M.SC
selaku Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR juga
menyebutkan ketersediaan air di Indonesia masih tidak merata sehingga
menyebabkan index ketersediaan air beragam. Kondisi air di beberapa lokasi di
Indonesia bahkan masih berstatus kritis, sedang hingga non kritis berat.
Tantangan
lainnya bagi Kementerian PUPR adalah Indonesia harus memenuhi SDG 6 yakni air
bersih dan sanitasi layak serta Indonesia juga harus memenuhi SDG 13 yakni
perubahan penanganan iklim.
“Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
harus menjawab dengan pembangunan infrastruktur dan penanggulangan sumber daya
air yang ditujukkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat” Ucapnya.
Menurut
Visium 2030 bidang SDA, Indonesia perlu meningkatkan 70m3 per kapita
per tahun hingga 2030 untuk mencapai jumlah yang ditargetka 120m3
per kapita. Dengan proyeksi penduduk mencapai 300jt jiwa pada tahun 2030,
berarti masih dibutuhkan tidak kurang 36 miliar m3 tampungan air
atau setara dengan 22jt tampungan untuk mengisi kesenjangan tersebut.
![]() |
Capaian Kementeria PUPR | Foto: Tangkap layar webinar |
Demi menjawab tantangan ketersediaan air ini, sejumlah capaian telah berhasil dilakukan oleh Kementerian PUPR seperti di bawah ini dan masih terus mengejar sejumlah target capaian penyediaan air baku pada 2020 – 2024.
Ada juga
bapak Tri Agung Rooswiadji selaku
footprint Program Manager WWF Indonesia. Menurutnya upaya bersama dari
pemerintah, masyarakat dan juga pemerhati lingkungan perlu melakukan sesuatu
yang dapat mereka lakukan.
“Sumber-sumber air di hulu perlu juga
dilakukan upaya-upaya pelestarian” katanya.
Perubahan
iklim akan membuat suhu meningkat pula. Dampaknya, kesediaan air permukaan akan
banyak terancam.
Bapak Agung
juga mengajak agar masyarakat tak terlalu selektif dalam memanfaatkan air.
“Tak perlu semua hal menggunakan air tanah
atau air-air yang bersih. Air hujan juga bisa dimanfaatkan seperti untuk
mencuci mobil, membersihkan lantai karena jenis air ini masih sangat layak
digunakan.” Imbuhnya mengajak peserta agar lebih bijak menggunakan air.
"Pengalaman yang dilakukan Danone-AQUA itu sangat menarik. Ini menjadi tahap pertama yang dapat membuat pihak-pihak lain dapat melakukan hal yang sama." lanjutnya.
Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis, selaku peneliti air
tanah BRIN mengaku, ada sejumlah tantangan yang
dihadapi terkait air, termasuk di Indonesia
“Kita bisa lihat sumur-sumur kita menurun
muka air tanahnya, mata air menurun debitnya. Ini menjadi permasalah buat kita,
bagaimana supaya air ini bisa terus lestari. Mudah-mudahan air ini berhenti
penurunannya. Minimal stabil dan maksimalnya bisa kembali seperti awal.”
Ujarnya menyebutkan tantangan dalam inovasi penelitian dan mengingatkan bahwa air
tanah adalah benteng terakhir pertahanan manusia saat mengalami krisis akibat
perubahan iklim.
Ratih Anggraeni selaku Head of Climate and Water
Stewardship Danone Indonesia, mengatakan,
Pemerintah memang telah terlibat peran yang sangat besar dalam upaya-upaya
melestarikan air, namun keterlibatan perusahaan swasta juga diperlukan.
“Karena memang keberadaan dan pemanfaatan air
tanah khususnya itu memang melintasi batas teritori sehingga semua pihak perlu
terlibat, perlu ikut sharing tanggungjawab dalam hal pemanfaatan, pelestarian
dan pengendalian kualitas dari air itu sendiri”
Keterlibatan
Danone dalam melestarikan air ini juga tak luput karena memang air menjadi salah
satu material krusial dalam bisnis baik sebagai bahan baku dan sebagai bahan
pendukung yang tentu juga dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan lain. Menjaga
kelestarian air berarti telah menjaga bagian dari bisnis yang dijalankan.
Kontribusi-kontribusi Danone ini tertuang pula dalam Danone Water Policy yang merupakan komitmen yang dituangkan melalui 3 pilar strategis:
Danone Water Policy | Foto: Tangkap layar Webinar |
- Perlindungan SDA dan ekosistem alami
- Mendorong sirkularitas air dalam proses produksi dan sekitarnya, serta
- Menyediakan air minum yang aman untuk masyarakat yang rentan
Komitmen
ini dilakukan untuk mewujudkan ambisi Danone untuk mencapai positive water
impact pada 2030 mendatang, yakni mengembalikan air kepada ekosistem,
lingkungan atau alam dan masyarakat dengan jumlah yang lebih banyak dari yang
digunakan.
Putu Ayu, Putri Indonesia Lingkungan 2020 juga turut andil dalam memberikan seputar pengalaman pribadi bagaimana
kita, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan tapi kesulitan
untuk mendapatkan layanan sanitasi akibat perubahan iklim.
Dalam kesempatan ini, Ayu juga turut berbagi tips-tips bagaimana masyarakat bisa melakukan aksi nyata dalam menjaga air:
- Mengubah mindset tentang ketersediaan air yang tampaknya bisa dan mudah didapatkan
- Menghemat penggunaan air seperti menyiram tanaman, mencuci, menggosok gigi. Dalam proses menggosok gigi saja misalnya, agar lebih menghemat air, Ayu mengajak masyarakat agar mematikan keran air, bisa juga dengan memanfaatkan gelas agar penggunaan air jauh lebih terkontrol.
- Berperan juga dalam proses daur ulang sampah plastik
- Memiliki kepentingan dan tanggungjawab yang sama bahwa menjaga air adalah tanggungjawab bersama.