![]() |
Ilustrasi sampah tisu | Sumber foto: Creativeart via Freepik |
Gaung perubahan pandemi Covid-19 yang akan menjadi endemi terus terdengar. Meski demikian, sebagian orang masih memilih untuk melakukan sejumlah kegiatan di rumah. Hal ini tak lepas dari kekhawatiran penyebaran virus Covid-19.
Bicara tentang beraktivitas di rumah, orang-orang mungkin akan melakukan batasan kegiatan-kegiatan apa yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan.
Olahraga bisa, bekerja dari depan layar gadget bisa, melakukan hobby juga bisa, memulai bisnis baru? Bisaaa.
Tapi, apa yang terjadi ketika kita membahas tentang dampak pada bumi? Bisa ngga sih dilakukan dari rumah?
Baca juga: Kenalan dengan Biofuel, Yuk!
Aksi nyata sederhana dari rumah untuk bumi yang lebih ramah
Tantangan-tantangan Team Up For Impact | Sumber foto: Tangkap layar TUFI |
Ya, ngga salah sihhh. Tapi kalau kitanya di rumah-rumah aja, ngga akan bisa berkontribusi untuk kebaikan bumi dong?
Buat kamu yang masih belum berani berlama-lama sosialisasi di luar rumah, berkegiatan di luar rumah, ngga apa-apa. Kamu masih bisa melakukan aksi nyata dari rumah untuk bumi yang lebih ramah.
Baca juga: Bumi Kian Panas, Kode Merah Bagi Kemanusiaan
Gimana tuh caranya?
Gampang banget.
Lewat websitenya, Team Up For Impact menantang kamu dan seluruh lapisan masyarakat turut melakukan hal-hal sederhana untuk bumi. Kapan saja, di mana saja, sejauh yang kita bisa. Karena sekecil apapun langkah yang kita ambil, kalau dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus akan besar dampaknya.
Kamu juga bisa ikutan tantangan Team Up For Impact, lho.
Apa aja sih tantangannya?
- Senin: Tidak membeli makanan / minuman dalam kemasan
- Selasa: Mengurangi pemakaian listrik selama 2 jam
- Rabu: Tidak makan daging merah
- Kamis: Tidak menggunakan tissue
- Jumat: Tidak naik kendaraaan berbahan bakar bensin
- Sabtu: Tidak menyalakan TV
- Minggu: Tidak menghasilkan sampah makanan
Menjawab tantangan dengan cara yang menyenangkan
Kalau kamu berpikir semua tantangan itu dilakukan secara bersamaan, salah! Cara mainnya ngga begitu. Seperti yang disampaikan tadi, memang tujuan Team Up For Impact ini sejak awal adalah bergerak sama-sama melakukan hal yang sederhana tapi berkelanjutan.
Sama seperti kita sedang belajar bidang tertentu. Ngga cukup sehari kan? Dilakukan berulang-ulang sampai ilmunya benar-benar khatam. Bedanya, dalam tantangan ini, kita melakukan challange sampai benar-benar bisa beradaptasi.
Kamu cukup pilih salah satu tantangan yang kira-kira bisa kamu lakukan tanpa putus. Katakan saja kamu memilih satu tantangan di hari Kamis sebagaimana yang kulakukan, tidak menggunakan tissue. Aku menyebutnya puasa tisu.
Puasa tisu ini tidak perlu kita lakukan setiap hari, cukup tiap Kamis saja. Namun, dilakukan secara berkelanjutan. Artinya, bila dalam satu bulan ada 4 minggu, kita akan puasa tisu sebanyak 4 kali.
Harapannya sih, ketika sudah melakukan puasa tisu tiap hari Kamis, lama kelamaan kita bisa beradaptasi tanpa kehadiran tisu dalam hidup kita sehari-hari. Sehingga aktivitas yang awalnya hanya tantangan, bisa berubah jadi kebiasaan.
Biar lebih seru lagi, kita bisa ajak anggota keluarga untuk melakukan tantangan berbeda. Kamu Kamis, adikmu mungkin Jumat, abangmu mungkin Sabtu, kakakmu mungkin Senin, ibumu Selasa, dan Ayahmu tantangan di hari Rabu. Dengan begitu, setiap anggota keluarga telah berkontribusi menjaga kesehatan bumi.
Kamu juga bisa bikin usulan, bagi anggota keluarga yang berhasil menyelesaikan tantangan setiap bulannya, berhak atas sebuah reward seperti dibebaskan dari tugas rumah atau rewards lain sesuai kesepakatan. Menarikkan?
Pentingnya puasa tisu
![]() |
Ilustrasi tisu berbahan dasar pohon| Sumber foto: homrak via Freepik |
Sedikit alasanku di balik pilihan tantangan puasa tisu. Sejujurnya, tisu adalah salah satu benda yang bisa dibilang ngga pernah absen di tas dan meja kerja. Hampir di setiap sudut kantor dan rumah, tisu mudah ditemukan.
Meja kotor dikit, lap pakai tisu. Sedih dikit, lap pake tisu. Berkeringat dikit, lap pakai tisu. Lipstik cemong dikit, lap pake tisu. Segala sesuatu, kita mengandalkan tisu. Bahkan kadang, kalau lagi ngumpul doang, tangan suka iseng aja narik selembar tisu hanya untuk dipegang-pegang. Padahal mah saat itu ngga butuh.
Ketika tahu ada tantangan ini, aku merasa perlu menantang diri untuk hidup sehari tanpa tisu.
Kenapa sih kita harus mengurangi penggunaan tisu?
Mengurangi penggunaan tisu adalah salah satu langkah paling kecil yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi.
Sebagai informasi, untuk menghasilkan 22 lembar tisu saja, manusia harus menebang satu pohon berukuran sedang dengan perkiraan umur minimal 6 tahun. Itu artinya, semakin banyak tisu yang kita gunakan, semakin banyak pula pohon yang akan ditebang.
Baca juga: Upaya Gotong Royong untuk Kelestarian Fauna Indonesia
Enam tahun menunggu pohon berdiri dengan kokohnya, lalu berakhir menjadi tisu, digunakan dan akhirnya dibuang. Padahal, andai saja pohon itu dibiarkan tumbuh, manusia sendiri yang akan kecipratan segarnya Oksigen yang dihasilkannya.
Tips mengontrol penggunaan tisu selama bekerja
Nah, sebagai pengambil tantangan puasa tisu, aku juga ingin memberikan sedikit tips bagaimana mengontrol penggunaan tisu saat kita bekerja:
- Mengganti fungsi tisu dengan sapu tangan saat makan, minum, atau sekedar mengeringkan setetes keringat
- Kamu juga bisa menyediakan kain usang yang bersih di laci mejamu untuk membersihkan meja dan properti di atasnya saat kotor
- Kamu bisa menyediakan hand towel wastafel di kantor dan di rumah untuk mengeringkan usai cuci tangan
Oh ya, buat yang punya tips lain, aku mau ajak sekali lagi untuk terlibat dalam aksi nyata jaga bumi dengan klik https://teamupforimpact.org/. Ayo, berdampak serentak lakukan aksi kecil untuk pulihkan bumi.
Akh sangat menarik nih tantangan Team Up For Impact! Karena sangat berkaitan dengan keseharian kita, sangat dekat dan kita kudu coba lakukan karena ujungnya untuk kebaikan semua
ReplyDeleteBener, Ka Gita. Tantangannya kayak receh gitu yaaa, tapi kalau sama sama ngelakuin secara konsisten, wuhh, dampaknya ke kita dan ke bumi bakal berasa banget
Deleteyes harus dilakukan serentak meski aksi kecil tapi akan berdampak luarbiasa untuk bumi
ReplyDeleteSip, bener ka. Jangan lupa ikutan tantangannya ya, Kaaa
DeleteWah tantangannya cukup berat ya. Yang paling susah itu sampah makanan.Kalau masak, biasanya tetap ada sampah makanan. Biasanya kubuat jadi kompos.
ReplyDeleteHihi, keren Mba Dewi. Bikin kompos sendiri. Susah ga sih mba bikinnya? Jadi kepikiran pingin bikin juga deh
Delete