Peluncuran Tes Potensi Caesar 2.0 by Nutriclub |
Meluruskan stigma negatif dokter kandungan dan saran untuk operasi bagi ibu hamil
“HPL (Hari Perkiraan Lahir) nya sih sebenarnya tanggal 7, ini masih
tanggal 5 tapi mama dan mertua udah pada khawatir dan ngasih saran untuk
begini, begitu, karena belum ada tanda-tanda dede mau keluar. Jadi aku dan suami
yang mau ngga mau mencoba tenang dan menenangkan yang lain.”
Begitu curhatan sahabatku tanggal 5 sore lalu, ketika kutanya perihal perkembangan kondisinya yang sudah semakin mendekati HPL.
Sejujurnya, bicara tentang lahiran ini, dulu aku ngga begitu paham-paham amat, hanya tau bahwa untuk melahirkan, seorang ibu dan keluarganya bisa memilih cara normal ataupun operasi caesar.
Tapi belakangan banyak desas desus yang mengatakan bahwa operasi caesar hanya salah satu langkah "nakal" dokter untuk meraup pundi-pundi Rupiah dari keluarga dengan ibu hamil di dalamnya. Sayangnya, tanpa memiliki literatur pendukung yang membuktikan hal tersebut, aku percaya-percaya saja.
Kenapa bisa sepercaya itu?
Begini, beberapa teman sejawatku yang sudah hamil, pernah bercerita keinginan mereka untuk melahirkan secara normal. Tapi begitu ke Rumah Sakit untuk periksa kehamilan, pasti ujung-ujungnya jadi operasi. Nah, kesalahannya adalah, mereka tidak menjelaskan alasan kenapa harus operasi, dan aku tidak bertanya, kenapa dokter menyarankan untuk operasi. Hahha. Jadilah miss komunikasi yang semakin jauh tanpa pelurusan makna.
Maksudku adalah, jika suatu waktu kamu dihadapkan dengan desas desus yang sama, pastikan meminta penjelasan mengapa orang tersebut mengatakan hal itu kepadamu dan cari literatur pendukung untuk mengetahui apakah informasi yang disampaikan betul atau tidak.
Balik tentang HPL sahabatku. Sebagaimana menentukan jumlah anak dalam sebuah keluarga, yang biasanya diikuti pula dengan serangkaian diskusi panjang, maka proses persalinan yang tepat untuk kesehatan ibu dan anak juga semestinya mendapatkan hak yang sama. Perencanaan yang matang dari seluruh pihak keluarga.
Hal ini kuketahui setelah mengikuti webinar Bicara Gizi dengan tema "Tes Potensi Caesar dan Intervensi Tepat agar Anak Miliki Daya Tahan Tubuh Kuat" yang diselenggarakan oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia.
Dalam webinar tersebut dihadirkan juga:
- Dr. dr. Rima Irwinda, SP.OG(K) selaku dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal,
- dr. Molly D. Oktarina SpA(K) selaku Dokter Spesialis Anak, Konsultan Alergi Imunologi
- Ceasyalya Tahara, Digital Manager Danone Indonesia serta
- Stefanny Talitha seorang Mominfluencer
Kenalan dengan metode persalinan
Menurut Dr. dr. Rima Irwinda, “Persalinan bisa melalui persalinan Pervaginam atau persalinan spontan, bisa juga dengan Seksio Sesarea (sc)” atau yang akrab kita kenal dengan istilah operasi sesar.
1. Persalinan Pervaginam
Persalinan pervaginam atau persalinan spontan adalah melahirkan dengan cara alamiah melalui jalan lahir bayi dan keluar lewat vagina.
Ada beberapa keuntungan persalinan pervaginam:
- Skin to skin cantact segera setelah lahir dan inisiasi menyusui dini (IMD) lebih lama
- Penyembuhan lebih cepat
- Persalinan berikutnya biasanya lebih cepat dengan risiko lebih rendah
Kelahiran dengan sesar ini adalah metode kelahiran dimana bayi dikeluarkan melalui insisi atau sayatan yang dilakukan oleh tim Dokter di perut ibunya.
Menurut riset dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah persalinan sesar ini terus meningkat secara global dengan jumlah lebih dari 1 di antara 5 (21%) dari semua kelahiran. Sementara, dalam skala nasional hampir 18%. Data ini diambil dari RISKESDAS 2018.
Agar pemahaman tentang persalinan sesar ini tidak simpang siur, perlu juga diimbangi dengan pengetahuan mengenai manfaat dan risiko metode tersebut terutama bagi kesehatan anak.
Mengapa seorang ibu memerlukan kelahiran sesar?
Seorang ibu akan menjalani kelahiran sesar, bila dihadapkan pada kasus-kasus berikut ini:
- Disproporsi panggul dan kepala janin
- Hipertensi dalam kehamilan / Preeklamsia
- Infeksi akut genital seperti Herpes atau HIV
- Bekas sesar pada kelahiran sebelumnya
- Persalinan macet
- Kehamilan multipel
- Gagal induksi persalinan
- Ruptur uteri
Meski demikian, pilihan operasi sesar juga tak melulu dihadapkan karena kasus-kasus tertentu yang dialami ibu hamil. Pilihan ini juga bisa datang sendiri dari ibu hamil tersebut dengan beberapa pertimbangan, seperti:
- Riwayat persalinan pervaginam dengan komplikasi atau menimbulkan trauma
- Anggapan kelahiran sesar lebih aman
- Cemas menghadapi persalinan pervaginam untuk pertama kalinya
- Jadwal persalinan bisa diketahui pada kelahiran sesar
Selanjutnya, kasus lain yang membuat seorang ibu hamil dan keluarganya tidak dapat menolak kelahiran secara sesar adalah yang bersumber dari janin itu sendiri:
- Gawat janin
- Berat bayi > 4000 g
- Dan presentasi bokong atau letak lintang
- Kelainan tali pusat (Prolaps)
- Kelainan Plasenta
Bila seorang ibu hamil dihadapkan pada kasus-kasus di atas, tentu, operasi sesar adalah sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditolak untuk dijalani. Tapi tenang saja, meski terlahir secara sesar, namun bila kelahiran sesar tersebut dilakukan dengan perencanaan yang matang, maka sang ibu akan mengalami penyembuhan dengan baik dan bayi yang sehat.
Namun, yang perlu diketahui oleh para ibu hamil yang akan melahirkan secara sesar adalah, tetap ada risiko baik untuk ibu juga untuk bayi. Risikonya adalah:
- Risiko kematiannya sedikit lebih tinggi yakni 13 per 100.000 (vs 3,5 per 100.000 pada persalinan pervaginam)
- Infeksi luka operasi
- Perdarahan
- Perlukaan organ sekitar
- Perlekatan setelah operasi
- Hernia insisonal
- Depresi post natal
- Komplikasi akibat anestesi
- Bekuan darah yang menyumbat paru (emboli paru)
- Serta kesulitan bernafas sementara pada neonatus
- Angka kelahiran 11% lebih rendah
- Penyembuhan dari luka operasi yang tidak terlalu baik.
- Risiko pada kehamilan berikutnya mencakup: plasenta previa, plasenta akreta, solusio plasenta, keguguran, kehamilan ektopik, bayi lahir mati, Histerektomi/pengangkatan rahim, perdarahan antepartum.
Risiko lainnya dari metode kelahiran caesar adalah gangguan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran pencernaan si kecil. Namun tenang saja, kalau menurut penjelasan dr. Molly orang tua dapat mengoptimalkan sistem daya tahan tubuh anak kelahiran caesar dengan cara mengembalkan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran cernanya lewat pemberian asupan Air Susu Ibu (ASI) yang menjadi makanan terbaik bagi anak usia 0-6 bulan.
ASI juga mengandung berbagai nutrisi lengkap seperti Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin, Mineral, dan kandungan lain yang sangat bermanfaat bagi si kecil.
Nah, menjawab pertanyaan yang di awal apakah persalinan sesar bisa diprediksi?
Danone Indonesia hadirkan tools Tes Potensi Sesar 2.0 untuk bantu Ibu
Hamil Indonesia
Setelah mengetahui faktor-faktor risiko yang membuat seorang ibu harus menjalani kelahiran sesar, semoga setelah ini tidak begitu mudah percaya terhadap desa desus tak berdasar di luar sana yaa.
Nah, pertanyaannya adalah, bisa ngga sih persalinan sesar ini diprediksi?
Ada beberapa negara di dunia yang terlebih dahulu telah mencoba membuat tools untuk memprediksi kelahiran sesar seperti Spanyol, India, dan Bangladesh. Dan penantian panjang itu pun kini berakhir, Danone Indonesia lewat Nutriclub luncurkan tools Tes Potensi Sesar 2.0 untuk membantu ibu hamil Indonesia untuk memprediksi persalinan sesar.
Tools yang kini bisa digunakan secara gratis ini dikembangkan berdasarkan studi literatur dan validasi hasil oleh profesional, yakni Dr. dr. Rima Irwinda, SP.OG(K) sendiri. Prosedur tes juga cukup mudah karena hanya butuh waktu 2 menit saja.
Meski demikian, hasil tes memberikan informasi yang akurat dan komprehensif berupa angka persentase tingkat potensi sesar dengan skala low/med/high risk.
Penting dilakukan secara berkala
Tes potensi caesar penting dilakukan secara berkala terutama saat kehamilan memasuki trimester ke III, karena di masa-masa ini sangat mungkin ibu dan janin mengalami perubahan kondisi kesehatan selama masa kehamilan berjalan.
Selain itu, rutin melakukan tes potensi sesar juga merupakan bagian dari penerapan deteksi dini kehamilan berisiko tinggi untuk kesehatan ibu dan bayi.