(Ki-tgh-ka) Dr. dr. Rima, Mba Puri, Dr. dr Putri dalam webinar World Prematurity day |
Setidaknya ada 4 jenis polling yang disampaikan:
- Apakah Anda mengetahui gejala kelahiran prematur
- Apakah Anda mengetahui cara meminimalisir risiko kelahiran prematur?
- Apakah Anda mengetahui perbedaan fisiologi pada anak prematur dengan anak kelahiran cukup bulan?
- Apakah Anda mengetahui metode bonding seperti apa saja yang dapat mendukung kesehatan anak kelahiran premature
Dari keempat polling tersebut, diperoleh hasil bahwa 59% peserta webinar menjawab mengetahui gejala kelahiran prematur, 53% memilih mengetahui cara meminimalisir risiko kelahiran prematur, 59% menjawab mengetahui perbedaan fisiologi anak prematur dan anak cukup bulan. Namun hanya 34% yang mengaku mengetahui metode bonding seperti apa yang dapat mendukung kesehatan anak kelahiran prematur.
Hasil polling ini didapat dari ratusan peserta baik yang berasal dari Zoom saat penyelenggaraan webinar dengan tema “Tantangan dan Penanganan Kesehatan Bagi Ibu dan Anak Kelahiran Premature yang diselenggarakan oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia dalam rangka memperingati hari Prematuritas Sedunia yang diperingati setiap 17 November.
Dalam webinar ini, dihadirkan pula:
- Dr. dr. Rima Irwinda, SPOG(K) selaku Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal, serta
- Dr. dr. Putri Maharani TM, SpA(K) selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Perinatologi dan Neonatologi
Faktanya adalah, menurut World Health Organization (WHO) 1 dari 10 anak di seluruh dunia atau setara dengan estimasi 15 juta anak pada tahun 2010, terlahir preterm. Dan >1 juta anak meninggal karena prematuritas. Di berbagai negara, angka kelahiran preterm ini tidak menurun bahkan cenderung meningkat.
Indonesia sendiri masuk dalam peringkat ke-5 dari 10 negara yang memberikan kontribusi 60% kelahiran preterm di seluruh dunia.
Di tahun 2010, terdapat 675.700 kelahiran preterm per tahun dimana angka kelahiran preterm/100 kelahiran hidup adalah sebesar 15,5%.
Angka kelahiran preterm di Indonesia | Foto: YT Nutrisi Bangsa |
Di Indonesia, tingkat kematian anak akibat komplikasi kelahiran preterm cukup tinggi yakni 60/120 dari 100.000 anak yang meninggal di bawah 5 tahun. Kematian akibat preterm ini kurang lebih 1/3 dari total kematian yang ada. Bisa dikatakan bahwa sekitar 35% penyebab kematian dari neonatal disebabkan oleh kelahiran preterm.
Kesehatan anak yang terlahir lebih cepat dari HPL (Hari Perkiraan Lahir) mudah berubah seiring berjalannya waktu.
Hal ini perlu diimbangi dengan pengetahuan tentang tantangan dan penanganan kesehatan kelahiran preterm bagi ibu dan si kecil sebagai langkah intervensi yang tepat baik untuk ibu maupun untuk anak.
Mengenal Kelahiran Prematur Preterm
Sebelum jauh membahas tentang faktor risiko kelahiran prematur, mari mengenal perbedaan prematur dan preterm.
“Kalau kami di ObGin menentukan Preterm atau tidak itu berdasarkan usia kehamilan, yaitu kurang dari 37 minggu. Sedangkan prematur, dimana menunjukkan bahwa maturitasnya belum cukup.” Ucap Dr. dr. Rima Irwinda, SPOG(K) dalam pemaparannya saat webinar berlangsung.
Masih menurut Dr. dr. Rima, terkait maturitas belum cukup pada anak prematur, bisa juga terjadi pada anak yang dilahirkan di bawah 37 minggu.
Anak yang lahir 36 minggu misalnya,
bisa saja sudah lahir dengan kondisi cukup mature,
sedangkan anak di usia 37 minggu, ada yang terlahir dengan kondisi
organ-organ yang belum cukup mature.
Gejala-gejala dan akibat kelahiran preterm
Sebetulnya gejala kelahiran preterm sama dengan gejala lahir cukup bulan, yaitu:
- Kontraksi/mules
- Terjadi pembukaan mulut rahim yang ditandai dengan adanya flek-flek
- Ketuban pecah.
- Bedanya, pada kelahiran preterm gejala-gejala tersebut terjadi sebelum kandungan berumur 37 minggu, sedangkan kelahiran cukup bulan lebih dari 37 minggu
Sebelumnya telah disebutkan bahwa 35% penyebab kematian dari neonatal disebabkan oleh kelahiran preterm. Di samping itu, terdapat akibat lain kelahiran preterm untuk anak, yakni:
Akibat Jangka pendek pada anak:
- Masalah pernafasan (sindrom distress pernafasan, apnea of prematurity, displasia bronkopulmoner*)
- Masalah minum (necrotizing enterocoltis)
- Perdarahan intraventrikular
- Aliran darah jantung abnormal / Patent ductus arteriosus
- Sepsis/infeksi
Akibat jangka panjang pada anak (masa kanak-kanak):
- Cerebral palsy
- Developmental delay
- Masalah penglihatan (retinopathy of prematurity)
- Masalah pendengaran
- Gangguan belajar
- Gangguan konsentrasi
- Gangguan tingkah laku
- Tantrum
- Kesulitan makan
Akibat jangka panjang pada anak (memasuki usia remaja hingga dewasa):
Anak/remaja yang dilahirkan <28 minggu dan 28-31 minggu usia kehamilan memiliki risiko 17x dan 3,5x lebih besar menderita gagal jantung dibandingkan anak/remaja yang dilahirkan cukup bulan.
Akibat kelahiran preterm bagi anak memasuki usia remaja | Foto: YT Nutrisi Bangsa |
Masalah anak yang lahir preterm tidak akan selesai begitu keluar dari NICU. Beban untuk orang tua termasuk urusan biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkan anak juga tidak sedikit.
Pada chart di sebelah kanan menunjukkan bahwa belakangan, penyakit tidak menular seperti penyakit kanker, jantung dan lain-lain, semakin lama semakin meningkat. Dan pada chart tersebut terlihat bahwa anak yang lahir preterm memiliki peningkatan risiko terjadinya kanker, kelainan jantung dan penyakit paru.
Termasuk pula salah satu penyakit tidak menular lainnya seperti Diabetes Melitus, anak dengan kelahiran preterm misalnya kurang dari 34 minggu sangat berisiko terkena penyakit Diabetes Melitus dan risiko tersebut semakin lama semakin meningkat.
Akibat lainnya adalah riwayat alergi akan lebih besar pada anak yang dilahirkan preterm karena kemungkinan adanya zat peradangan atau inflamasi akan lebih besar.
Selain memiliki beragam dampak pada anak, kelahiran preterm juga memiliki berbagai akibat pada ibu seperti:
- Anxietas
- Depresi pasca salin
- Post-traumatic stress
- Masalah bonding dengan anak
Di kondisi lahiran preterm, beberapa kasus menyebabkan ibu merasa bersalah pada anak dan tak ingin bertemu dengan sang anak. Tak jarang kondisi ini juga menyebabkan stress pada ibu. Di sinilah dibutuhkan peran keluarga untuk memberikan dukungan agar ibu dapat tenang kembali dan mampu melakukan bonding time bersama anak.
Namun, bila kondisi psikologis sang ibu sudah cukup berat, dapat disiasati bertemu dengan dokter untuk diberikan terapi.
Pentingnya Memahami Faktor Risiko Kelahiran Preterm
Grafik kemungkinan kematian pada ibu yang pernah melahirkan preterm | Foto: YT Nutrisi Bangsa |
Dampak kelahiran preterm baik pada anakpun pada orang tua membuatnya harus diperhatikan lebih detail lagi dan sebisa mungkin harus dihindari. Untuk itu, deteksi dini kelahiran preterm sangat penting dilakukan
Seorang ibu yang pernah melahirkan preterm memiliki risiko kematian yang lebih besar dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan preterm. Semakin kecil usia kehamilan atau kurang dari 28 minggu, risikonya akan lebih besar dibandingkan ibu yang melahirkan late preterm (34-36 minggu)
Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mengalami persalinan preterm dikemudian hari risiko terjadinya kelainan kardiovaskular akan semakin besar.
Lalu mengapa sebetulnya kelahiran preterm bisa terjadi?
Ada beberapa mekanisme pada kelahiran preterm seperti di bawah ini
Mekanisme terjadinya preterm | Foto: YT Nutrisi Bangsa |
Dari ke sembilang mekanisme terjadinya
preterm di atas, hasil akhirnya adalah peningkatan zat-zat peradangan atau
inflamasi yang nantinya menyebabkan aktivasi dari berbagai hormon yang
dibutuhkan untuk persalinan.
Namun, bila ditanyakan bagaimana bisa
lahir lebih cepat? Hingga kini, menurut Dr. dr. Rima, hingga kini masih menjadi
suatu tanda tanya besar. Meski sudah banyak penelitian yang dilakukan secara detail,
namun penyebab mengapa seseorang dapat melahirkan kurang bulan, cukup bulan,
dan lebih bulan hingga kini masih belum bisa dijawab dengan pasti.
Yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan deteksi dini untuk mengenali fakto risiko kelahiran preterm:
- Kelahiran multipe
- Ibu dengan riwayat preterm sebelumnya
- Ibunya ibu yang akan melahirkan (Nenek janin) yang juga memiliki riwayat preterm
- Adanya kelainan/variasi uterus
- Faktor risiko lain dapat terjadi pada ibu yang memang memiliki penyakit seperti diabetes, infeksi (malaria, sifilis, HIV, dll), hipertensi, anemia, atau asma
- Penyalahgunaan obat/alkohol/merokok
- Usia ekstrem seperti usia <20 tahun atau >49 tahun
- Jarak kehamilan yang terlalu singkat (<18 bulan)
- Masalah selama kehamilan: preeklamsia, perdarahan, infeksi
- Obesitas
- Kenaikan berat badan selama kehamilan
- Anemia pada ibu hamil
- Defisiensi Vitamin A, B6, B12, folat, PUFA, Zinc, Selenium, Kalsium, Besi, serta Magnesium
Dari faktor-faktor risiko ini, faktor risiko kelahiran preterm dikelompokkan menjadi dua seperti berikut:
Ringkasan faktor risiko kelahiran preterm | Foto: YT Nutrisi Bangsa |
Dengan mengetahui faktor risiko yang dapat dimodifikasi sejak awal kehamilan dan menindaklanjut dengan pelaksanaan modifikasi tersebut, harapannya kelahiran preterm dapat dihindari sehingga kelahiran anak dapat mencapai cukup bulan dan ibu dapat melahirkan dengan aman.
Yang jadi pertanyaan setelah mengetahui faktor risiko pada kelahiran preterm adalah, bagaimana intervensi yang tepat untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal?
Intervensi yang tepat bagi kelahiran prematur
Pertanyaan ini penting sekali untuk diulik dan didalami karena melahirkan anak sejalan dengan mempersiapkan generasi yang berkualitas. Anak yang lahir prematur juga tentu berhak untuk mendapatkan hal yang sama.
Risiko anak prematur | Foto: YT Nutrisi Bangsa |
Bila sebelumnya Dr. dr Rima telah
menyebutkan akibat pada anak yang lahir preterm, maka Dr. dr. Putri Maharani
TM, Sp.A(K) dalam pemaparannya menyebutkan “Tidak
seluruh bayi prematur akan mengalami kondisi ini – risiko bayi prematur di atas
– tetapi memang, bayi prematur berisiko”
Anak prematur berusia di bawah 32 minggu berisiko mengalami serangkaian risiko seperti gambar di atas.
Bila risiko tersebut terjadi, yang dikhawatirkan pada anak prematur adalah:
- Gagal tumbuh
- Stunting (Anak terlihat lebih kecil dan lebih pendek dibandingkan rata-rata anak pada usianya)
- Sindrom metabolik (Dislipidemia, penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi)
Lalu, intervensi apa yang bisa kita lakukan agar anak lahir prematur memiliki kualitas hidup yang baik dan optimal?
1. Proses kelahiran
- Pastikan memilih pusat kesehatan yang sesuai dengan kondisi janin yang akan dilahirkan
- Rumah sakit yang dipilih mampu memberikan pelayanan yang optimal
- Penanganan di awal kelahiran sangat menentukan masa depan anak
- Gangguan pernafasan yang sering dialami oleh anak prematur di awal kehidupan harus ditangani dengan baik
- NICU Gentle Care
- Covering incubator
- Nesting
- ASI / ASI perah + fortifikasi (sesuai indikasi) sebagai nutrisi tepat untuk anak
- Kangaroo Mother care
4. Memantau dengan rutin tumbuh kembang anak secara berkala agar lebih optimal
- Orang tua bisa membuat sederet pertanyaan yang bisa ditanyakan pada dokter kandungan yang bertanggungjawab sejak awal kehamilan seperti: apakah anak sudah tumbuh sesuai kurva pertumbuhan serta apakah perkembangan anak sudah dicapai sesuai usianya.
- Pantau pertumbuhan anak dengan menggunakan kurva, bisa juga dengan memanfaatkan buku KIA khusus bayi kecil, bisa juga dengan menggunakan Pemantauan bayi berisiko tinggi berbasis aplikasi
- Pemberian nutrisi tepat pada anak lahir prematur; pastikan untuk hitung kebutuhannya agar tak berlebih tapi juga tidak kurang, pantau juga pertumbuhan berat badan, panjang badan, lingkar kepala agar tidak terlalu cepat, juga tidak terlalu lambat.
Penerapan developmental care pada anak lahir prematur ini diharapkan menjadi intervensi untuk tumbuh kembang anak lahir prematur agar lebih baik dan optimal
Selain itu, bisa juga dengan rutin mengunjungi https://www.nutriclub.co.id dan akun instagram @nutriclub_id untuk mengetahui info lebih lanjut tentang deteksi dini kelahiran prematur.