Lestari Lahan Gambut, Lestari Fauna Indonesia

13
Ilustrasi lahan gambut | Foto: thejakartapost.com

Ketiga terkaya di dunia, ini keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia

Tahukah kamu bahwa negara Indonesia adalah negara terkaya ketiga di dunia dalam konteks keanekaragaman hayati setelah Brazil, dan Chile?

Setelah sebelumnya membahas tentang deforestasi pada hutan, Jumat 6 Agustus lalu, aku bersama Eco Blogger Squad kembali membahas tentang lingkungan. Kali ini, tema yang diangkat adalah Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia.

Online gathering ini menghadirkan Mba Yola Abas selaku Koordinator nasional pantau gambut serta Dr Harina Agustine dari Pusat studi komunikasi lingkungan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, sekaligus aktivis pelestarian satwa liar

Nah, bagi kamu yang baru tahu tentang betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia, tenang, kamu ngga sendiri. Heheh. Tapi, aku sangat berharap, usai membaca artikel ini hingga selesai, semoga pemahaman kita tentang kekayaan hayati Indonesia bisa sedikit bertambah. Dan harapan lainnya adalah, dengan mengetahui kekayaan yang kita miliki, mungkin kita bisa mulai untuk menjaga dan lebih peduli.

Balik tentang betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia.

Besarnya Indonesia 1,3% luasnya di dunia. Ukuran ini tentu sangat besar bila dibandingkan dengan Amerika yang didominasi oleh daratan. Berkat kekayaan hayati ini, Indonesia memiliki 12% mamalia, 7,3% amfibi dan reptil, serta 17% burung.

Kekayaan fauna di masing-masing daerah juga berbeda:

  • Indonesia Barat bisa berbangga dengan kekayaan akan reptilnya. Umumnya reptil dan fauna lain di sana “mirip” dengan yang ada di negara-negara di Asia
  • Di bagian tengah dipenuhi dengan ragam satwa khusus yang tidak ada di lokasi lain karena hanya bisa ditemukan di Garis Wallace
  • Sedangkan di Indonesia Timur bisa ditemukan flora dan fauna yang sangat eksotis dan masih mirip dengan flora dan fauna yang terdapat di Australia seperti reptil dan burung

Meski flora dan fauna yang terdapat di Indonesia Barat dan Timur mirip dengan yang ada di negara-negara terdekat, namun sebetulnya spesies dan sub spesiesnya sangat berbeda.

Ancaman punahnya keanekaragaman hayati Indonesia

Ilustrasi perdagangan satwa liar | Foto: Yayasan Titian Lestari

Terlepas dari fakta tentang menjadi negara ketiga terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati, ironisnya, Indonesia menjadi negara kedua tercepat di dunia dalam laju kepunahan keanekaragaman hayati setelah Meksiko. Banyak satwa yang terancam punah padahal belum dideteksi, seperti spesies serangga. Selain itu, tingkat penyeludupan satwa liar termasuk tertinggi ke-empat dunia setelah human trafficking, weapon trafficking, serta drugs trafficking.

Indonesia juga merupakan negara pemasok terbesar  produk satwa liar di Asia bahkan dunia, seperti pemasok terbesar kulit ular untuk digunakan sebagai produk fashion. 

Tak berhenti hanya sampai di ancaman kepunahan, kita juga dihadapkan dengan fakta penurunan spesies yang disebabkan oleh:

  • Perubahan iklim
  • Eksploitasi alam
  • Alih fungsi hutan
  • Hilangnya habitat
  • Perburuan besar-besaran
  • Perdagangan tanpa kendali
  • Invasi tanaman dan satwa global
  • Rekayasa genetik

Upaya pelestarian

Pentingnya edukasi tentang keanekaragaman hayati | Foto: Journal Telegraf 

Edukasi

Untuk tetap menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, kita perlu melakukan upaya pelestarian.

Bisa dimulai dengan edukasi dan sosialisasi orang-orang terdekat tentang bagaimana sikap seharusnya yang dapat kita lakukan saat berhadapan dengan lingkungan hidup di sekitar kita.

Sederhananya bisa dicontohkan begini, ketika satu waktu sekolompok orang yang sedang naik gunung tiba-tiba melihat satwa liar, mereka tentu akan kaget. Katakan saja disatu sisi mungkin mereka akan mencoba bersikap tenang, namun di sisi berbeda, mereka merasa sedang berada dalam ancaman.

Yang tidak kita ketahui, satwa liar juga persis di posisi yang sama seperti yang dirasakan manusia. Merasa terancam.

Apa yang bisa dilakukan?

Jangan panik dan tetap dalam posisi waspada. Pastikan kamu tak sendiri dan sebisa mungkin kamu dan timmu bersama seseorang yang mengenal persis seluk beluk hutan dan paham penanganan saat tiba-tiba berada dalam kondisi terdesak seperti bertemu satwa liar.

Bukan salah satwa kalau tiba-tiba muncul di depan manusia, wong itu habitat dia kok. Kamu mungkin bisa berdiam diri hingga satwa tersebut pergi menyelematkan diri. Bukan malah merasa jadi “raja hutan” dan berbalik melakukan perburuan atau menyakiti satwa tersebut.

Membunuh satwa adalah membunuh bagian dari ekosistem. Pada akhirnya, yang dibahayakan adalah manusia itu sendiri, karena sadar atau tidak, manusia juga bagian dari ekosistem.

Pelestarian lahan gambut

Lahan gambut | Foto: Pantaugambut

Lahan gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan dan lumut, juga jasad hewan yang membusuk.

Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Untuk membentuk lahan gambut kedalaman 4 meter saja, dibutuhkan waktu 2000 tahun.

Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai maupun daerah pesisir.

Lahan gambut bersifat basah dan mengandung banyak karbon di bawahnya. Bahkan, lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Sehingga, ketika lahan terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.

Beruntungnya lagi nih, Indonesia pemilik lahan gambut terbesar keempat di dunia. Yang pertama dipegang oleh Kanada seluas 170jt ha, diikuti Rusia seluas 150jt ha, AS 40jt ha, lalu Indonesia dengan luas 15-20jt ha.

Salah satu fauna yang ada di lahan gambut | Sumber foto: pantaugambut

Di dalam lahan gambut ini, dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia, 13-15% terdapat di lahan gambut Indonesia, yaitu 35-40rb spesies pohon tinggi. Terdapat pula 35 spesies mamalia, 150 spesies burung dan 34 spesies ikan di lahan gambut.

Selain karena spesies yang beragam di dalamnya, lahan gambut Indonesia bernilai sangat penting bagi dunia karena menyimpan setidaknya 53-60 miliar ton karbon, membuat kawasan ini sebagai salah satu kawasan utama penyimpanan karbon dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon.

Disamping fungsinya yang menyimpan karbon, lahan gambut juga berperan untuk mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau, menunjang perekonomian masyarakat lokal, menjaga perubahan iklim serta sebagai habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati.

Sayangnya, lahan gambut kitapun saat ini sedang terancam.

Tahun 2019, luas lahan gambut Indonesia sebesar 13.43jt ha, turun 1,5jt ha dibanding tahun 2011 yakni 14,93jt ha.

Lahan gambut yang dikeringkan berisiko sangat tinggi untuk terbakar bahkan karena api kecil atau rokok. Hal ini terjadi karena lahan gambut terbentuk dari material organik.

Bila terjadi kebakaran di lahan gambut, api bisa terlihat padam di permukaan namun masih tetap menyala di lapisan dalam lahan bahkan hingga kedalaman 4 meter. Parahnya lagi, api bisa bertahan berbulan-bulan bahkan menjalar hingga ke tempat lain. Udah nimbun-nimbun 2000 tahun,  cuma dapet 4 meter, eh dibakar pula. Sayang banget kan?

Belum lagi alih fungsi lahan gambut akibat semakin terbatasnya lahan mineral. Di sisi berbeda, demi kepentingan pertanian dan perkebunan, lahan gambut juga sering dikeringkan secara terus-menerus untuk mencegah air kembali membanjiri gambut.

Padahal, praktik mengeringkan satu ha lahan gambut di wilayah tropis, akan mengeluarkan rata-rata 55 metrik ton CO2 setiap tahun, atau setara dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin.

Akibat lainnya adalah:

  • Banjir
  • Kebakaran
  • Kabut asap
  • Pencemaran tanah
  • Terganggunya aktivitas
  • Mempercepat laju perubahan iklim
  • Hilangnya keanekaragaman hayati

Ketika lahan gambut terbakar, keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, juga terancam. Untuk itu, perlindungan terhadap lahan gambut sangat diperlukan.

Kita dapat melindungi yang masih tersisa dan memulihkan yang rusak dengan merestorasi lahan gambut. Untuk mencapai itu, dibutuhkan peran pemerintah agar serius dalam komitmennya untuk perlindungan dan pengelolaan lahan gambut yang lestari. Kita juga dapat terus menyebarkan awarness tentang pentingnya lahan gambut serta bisa pula dengan menyuarakan isi perlindungan lahan gambut.


Post a Comment

13Comments
  1. Aku jadi semakin paham akan lahan gambut, semoga hutan Indonesia beserta fauna Indonesia bisa terus lestari ya Mba, terhindar dari kepunahan.

    ReplyDelete
  2. Bangga banget dengan kekayaan alam Indonesia, terutama lahan gambut ini yang menyimpan banyak manfaat dan patut kita lestarikan dan jaga ya

    ReplyDelete
  3. sejujurnya aku seneng mba baca2 blog tentang alam seperti ini selain menambah wawasan tentunya juga menambah kesadaran diri kita juga untuk menjaga lingkurangn sekitar kita lebih baik lagi, apalagi keragaman hayati kita begitu banyak dan yang paling penting menjaga satu ekosistem akan menjaga ekosistem yang lain juga yah mba

    ReplyDelete
  4. Oalah ternyata seperti ini toh yang namanya lahan gambut, sering mendengarnya tapi enggak tau definisinya. Semoga flora dan fauna tetap lestari

    ReplyDelete
  5. Edukatif sekali kak artikelnya. Aku aja jadi baru tau apa itu lahan gambut. Gila sih itu priceless banget pastinya. Semoga kita semua bisa melestarikannya dengan baik.

    ReplyDelete
  6. Benar sekali kak, manusia merupakan bagian ekosistem. Tapi kadang miris, malah manusia sebagai perusak ekosistem yang lain tanpa disadari akan menjadi Boomerang buat kita sendiri. Semoga kita semua dapat meningkatkan kesadaran agar tetap lestari alam ini

    ReplyDelete
  7. sebagai penduduk yang tinggal di lahan gambut jujur aku baru tahu mbak kalau lahan gambut ini banyak banget manfaatnya buat kehidupan

    ReplyDelete
  8. Baca tulisan mba bkin pengetahuan bertambah tentang alam bagaimna manfaat lahan gambut bagi kehidupan manusia

    ReplyDelete
  9. Perubahan iklim ini benar benar menyebakan penurunan spesies. Tapi tak banyak juga yang tahu ya mba. Padahal kita harus sama sama menyadari dan melakukan yang terbaik agar spesies terjaga dengan baik

    ReplyDelete
  10. ah Indonesia ini keren ya
    punya banyak potensi yang beragam, termasuk lahan gambut ini

    ReplyDelete
  11. Ini alasannya yaa...mengapa kalau terjadi kebakaran hutan di wilayah lahan gambut, apinya sulit sekali padam.
    MashaAllah~

    Iya banget, kalau lihat hewan liar, uda gemeter duluan.
    Lalu bawaannya pasti defense dengan cara destruktif.
    Semoga edukasi yang baik dari pecinta dan pemerhati alam bisa membuat alam Indonesia kembali lestari.

    ReplyDelete
  12. indonesia memang dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat kaya makanya harus kita jaga dan lestarikan ya

    ReplyDelete
  13. sedih melihat perkembangan dan berkurangnya lahan gambut setiap tahun.semoga tidak ada lagi oknum2 yang merusak dan berkolusi dalam memberikan izin untuk mengubah lahan gambut jadi lahan lainnya

    ReplyDelete
Post a Comment