Pandemi Dan Deforestasi

36

 

Sumber foto: liputan6.com
Sumber foto: Liputan6

Sebelumnya, selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia untuk kita semua. Bagi kamu yang belum tahu setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Sejarah dibalik hadirnya hari lingkungan hidup sedunia
Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day merupakan salah satu acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh PBB untuk membangkitkan kesadaran tentang pentingnya alam dan penghijauan.

Majelis PBB menetapkan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tahun 1972, yang merupakan hari pertama konferensi Stockholm tentang lingkungan manusia.

Meski ditetapkan pada tahun 1972, Hari Lingkungan Hidup Sedunia sebetulnya pertama kali dirayakan pada tahun 1974 dengan mengangkat tema "Hanya Satu Bumi" yang pertama kali dirayakan di Amerika Serikat. Sejak itu, berbagai negara tuan rumah telah merayakannya, dan ide untuk memutar pusat kegiatan ini pun dimulai.

Gagasan utama dibalik perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini adalah untuk menyoroti pentingnya lingkungan dan mengingatkan orang-orang bahwa alam tidak boleh dianggap remeh.

Dengan menghadirkan perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, PBB berharap momen ini dapat memberi kesempatan pada orang-orang untuk memperluas dasar bagi opini yang tercerahkan dan perilaku yang bertanggung jawab oleh komunitas, perusahaan, dan individu dalam melestarikan lingkungan.

Kembali tentang perayaan pertama kali Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diadakan di Amerika Serikat. Tahun ini tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah "Restorasi Ekosistem".

Eco Blogger Squad dan perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Sumber foto: http:www.anabutarbutar.com

Bila dunia membuat perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan tema Restorasi Ekosistem, maka Eco Blogger Squad bersama dengan beberapa organisasi non pemerintah turut merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan mengangkat topik "Cegah Karhutla, Cegah Pandemik."

Siapa saja sih organisasi non pemerintah yang dimaksud?

1. Yayasan Auriga Nusantara
Adalah sebuah organisasi non pemerintah yang bergerak dalam upaya melestarikan sumber daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dan demi mencapai tujuannya, Auriga terus melakukan penelitian investigasi, mendorong perubahan kebijakan untuk tata kelola sumber daya alam dan lingkungan yang lebih baik, serta melakukan advokasi melalui mekanisme pupuk.

2. Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI)
ASRI merupakan sebuah organisasi nonprofit yang menggabungkan program kesehatan dan lingkungan sebagai konsep utama dalam pelayanannya kepada masyarakat dalam upaya perlindungan taman Nasional.

Tahun 2007, ASRI membuka klinik untuk memberikan pelayanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak perlu memilih antara kesehatan atau hutan.

klinik ASRI ini merupakan satu-satunya klinik di Indonesia atau bahkan mungkin di dunia yang menerima pembayaran dengan menggunakan bibit pohon. Keren ngga sih?

3. Blogger Perempuan Network (BPN)
BPN merupakan sebuah platform digital dimana seluruh perempuan di Indonesia bisa saling belajar, menceritakan, dan menginspirasi satu sama lain melalui konten.

Komunitas ini sudah berkembang dengan sangat pesat sejak 2015 dan menjadi komunitas Blogger terbesar di Indonesia.

4. Eco Blogger Squad
Tentu saja kami, yang merupakan sebuah komunitas yang beranggotakan para blogger yang memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan hidup terutama perubahan iklim dan perlindungan hutan.

Di sini, kami dapat belajar tentang berbagai isu lingkungan, meningkatkan berbagai keterampilan, berjejaring dengan blogger lainnya, dan bersenang-senang.

Cegah Karhutla, Cegah Pandemi
Sebelum jauh membahas tentang kebakaran hutan dan lingkungan serta korelasinya dengan pandemi, aku ingin mengajak teman-teman pembaca untuk memosisikan dan membayangkan diri berada di tengah-tengah sawah kering yang di sekelilingnya terdapat bergunung-gunung tumpukan jerami kering hasil panen. Fyi, jerami kering itu mudah sekali terbakar.

Di perkampungan, di mana mayoritas penduduknya adalah petani padi, seingatku, memiliki kebiasaan untuk membakar jerami bekas hasil panen padinya sebelum kembali bersiap untuk melakukan pembibitan.

Bila kita berada di sekitar pembakaran jerami tersebut, rasa panasnya datang dari berbagai sumber dan itu sangat mengganggu. Panas, bau asap, juga menggangu Oksigen yang kita hirup secara bebas sehingga ngga jarang si pembakar jerami itu ya batuk-batuk sendiri karena ulahnya.

Kok rasa panasnya datang dari berbagai sumber? Berada di tengah-tengah sawah dengan arah angin yang tidak menentu dan sering berputar-putar memang menyulitkan. Ini jugalah yang membuat si pembakar atau orang yang berada di area pembakaran jerami tersebut serba salah untuk mengambil posisi agar terlindung atau terhindar dari asap pembakaran.

Itu hanya contoh kecil tentang kebakaran yang disengaja dan berada di dalam kontrol kita, dapatkah kamu bayangkan bagaimana bahayanya bila kebakaran yang terjadi itu berkali-kali lipat atau bahkan beratus-ratus kali lipat dari kebakaran jerami tersebut?

Asap yang membumbung tinggi tidak hanya tertuju pada si pembakar, namun bisa jadi meluas menutupi sebuah daerah.

Fakta tentang kebakaran hutan
Kadang, sebagai warga yang tinggal jauh dari hutan, membuat sebagian orang akan bersikap apatis dan tidak peduli dengan kebakaran hutan yang terjadi di beberapa wilayah berbeda.

Bisa jadi karena merasa bukan bagian dari korban, bisa jadi karena memang sejak awal tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan, bisa jadi juga karena bingung kontribusi apa yang bisa diberikan untuk karhutla yang sedang terjadi dan pada korban-korbannya.

Tak bosan-bosannya mengingatkan kembali bagaimana Pekanbaru berselimut asap akibat kebakaran hutan serta Jambi dengan langitnya yang merah akibat hal yang sama.

Baca juga: Sebuah Catatan Penting untukmu yang Tak Suka dengan Hutan

Tahun 2019, di Pekanbaru, karhutla terjadi sejak awal Januari atau saat musim kemarau. Kemudian memasuki Februari, kebakaran hutan meluas di sejumlah kabupaten sehingga ditetapkan status siaga darurat karhutla terhitung tanggal 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

Puncaknya terjadi di bulan September, selama dua pekan kabut asap paling pekat terjadi di bulan ini dengan maksimal jarak pandang 200-300m doang. Gimana mau berkendara coba? Gimana mau bebas main coba? Gimana mau sekolah? Kasus ini pulalah yang menyebabkan ribuan warga Riau terserang penyakit ISPA, kulit, Pneumonia, sesak napas hingga demam.

Bila kita memang berada di posisi yang jauh dari area hutan dan tidak pernah merasakan menjadi korban karhutla, mungkin kita bisa membayangkan bagaimana bila kita hidup dan tinggal di wilayah yang terkena dampak karhutla. Barangkali dengan begitu akan ada sedikit empati yang hadir di hati kita untuk berbagi atau sekedar mulai peduli. 

Dilansir dari http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran Sumatera Selatan menjadi salah satu provinsi dengan luas kebakaran hutan dan lahan kumulatif serta tahunan yang paling tinggi disusul oleh Kalimantan tengah, Papua, Kalimantan Selatan, Nusa tenggara timur, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan timur, Jambi, Nusa tenggara Barat, Lampung, Maluku, Sulawesi tenggara, Jawa timur, lalu ditutup dengan Sulawesi tengah. Data ini merupakan luas kebakaran kumulatif dan tahunan yang diambil dari data 2015 hingga 2020.

Sumber foto: http:www.anabutarbutar.com

Kasus karhutla tersebut merupakan bagian dari kebakaran baru juga kebakaran berulang. Fakta menarik lainnya tentang karhutla adalah bahwa dari rekapitulasi data sampai dengan Mei 2021 dari sumber yang sama, terjadi cukup banyak karhutla dengan dominasi lahan di Kalimantan Barat disusul Riau dan ditutup oleh Sulawesi Selatan. 2021, lho!

Sumber foto: http:www.anabutarbutar.com


Faktanya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia 2 tahun lalu adalah salah satu hal yang paling mengkhawatirkan selama 2 dekade terakhir. Data pemerintah menunjukkan hutan dan lahan seluas 1,6 hektar hangus dilalap api menjadi kasus terparah sejak bencana asap tahun 2015.

Pemerintah rutin menjadi sorotan akibat kebakaran yang tak berkesudahan. Asap akibat kebakaran hutan kerap memanaskan hubungan diplomatik dengan negara tetangga. See, dampak karhutla bukan hanya urusan sesama negeri, kalau si asapnya udah "nyebrang" negara, yang repot pemerintah kita juga.

Karhutla pula yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

Pertanyaannya, "kok bisa??"

Penyebab dan Dampak Karhutla
Kemarau panjang atau yang sering kita sebut dengan El Nino selalu dituding sebagai pemicu kebakaran, namun faktanya kebakaran terus terjadi bahkan di tahun-tahun tanpa kemarau panjang. Itu sebabnya, faktor lain lebih tepat dianggap sebagai penyebabnya adalah ulah manusia

Untuk mempermudah pemahaman awam tentang karhutla dan dampaknya, maka penyebab karhutla dibagi dalam dua kategori:

1. Faktor alami seperti petir, aktivitas vulkanis, dan ground fire. El Nino bisa menjadi salah satunya juga.

2. Manusia mencakup praktek pembukaan lahan dengan membakar, perburuan, penggembalaan, konflik lahan, serta berbagai aktivitas lain.

Yang ini yang bikin repot. Istilahnya deforestasi, yakni kegiatan penebangan hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nir-hutan, yakni pertanian, peternakan, atau kawasan perkotaan. Biasanya sih deforetastasi itu berjalan beriringan dengan karhutla. Entah karhutla terjadi terlebih dahulu lalu disusul deforestasi atau sebaliknya. 

2 tahun lalu, sebelum pandemi, sempat main ke salah satu pulau di Lampung. Salah satu area yang tadinya gunung, sekarang udah jadi penginapan epic, Instagramable, dan affordable karena tren travel dan staycation yang kian marak. Itu baru sedikit lahan yang dikeruk untuk dialihgunakan, kalau sedikit-sedikit tapi dilakukan di berbagai wilayah, ya habis juga ya. Hehehe.

Bila kita telah mengetahui penyebab terjadinya karhutla, yuk cari tahu apa sih dampak yang ditimbulkan oleh karhutla tersebut.

1. Biodiversitas, yakni hilangnya habitat dan penurunan populasi tumbuhan dan satwa liar.
Pernah lihat enggak sih video satwa liar yang lalu-lalang di jalanan yang semestinya dijalani oleh manusia? Seram kan? Gimana mau lewat kalau di tengah-tengah jalan beraspal ada harimau lagi duduk wuenak? Heheh. Yang ada, pada sibuk kali bikin konten Tiktok "panik ga? Panik ga? Panik lah masa engga?!" Yang gitu tuhh. Heheh.

Kalau tempat tinggal satwa liar habis, itu artinya siap atau tidak, manusia akan hidup berdampingan dengan mereka. Mungkin satwa liar bisa dengan cepat beradaptasi ya atau bahkan mungkin mereka punya pemikiran "wah gua punya banyak makanan nih!" Hehehe. Tapi bagaimana dengan manusianya? Kita siap tidak?

Kalau kamu ngeh dengan poin ini, kamu akan bisa menarik benang merah urusan deforestasi dengan pandemi.

2. Kesehatan, pendidikan, dan transportasi
Sebut saja ISPA, pneumonia dan sederet penyakit lain akibat asap. Jarak pandang yang terbatas juga akan membahayakan bila seseorang memaksakan diri berkendara di tengah tumpukan asap.

3. Pemanasan global dan perubahan iklim
Logikanya, bila bakar sisaan jerami saja udah kepanasan, gimana kalau yang terbakar berhektare-hektare?

4. Kerugian Indonesia dampak kebakaran hutan dan lahan sepanjang 2019 mencapai US Dollar 5,2 miliar atau setara dengan Rp 72,95 Triliun

Laluuu, apa yang bisa kita lakukan?

Bicara tentang kontribusi, Pemerintah sih banyak PR, beberapa diantaranya:
1. Memperluas moratorium hutan dan gambut
2. Meningkatkan penegakan hukum
3. Restorasi hutan dan gambut terdegradasi
4. Mendukung komunitas pemadan kebakaran dan kapabilitas pemantauan
5. Membangun infrastruktur hidrologis dan mendorong kapasitas respon dini
6. Memberi insentif ekonomi untuk tidak membakar

Terus, terus, kita yang awam, bisa bantu apa nih?

Teman-teman, bila selama ini kita berbelanja, produk apapun itu, tanpa melihat label pada kemasan, mulai sekarang, kita ubah pelan-pelan, yuk. Kita cek label kemasan yang akan kita beli sebelum memasukkan produk tersebut ke keranjang belanjaan kita.

Pastikan kamu menemukan ECO LABEL atau GREEN LABEL pada produk yang akan kamu beli. Dengan memiliki label tersebut, artinya, produk yang akan kamu bawa pulang, merupakan produk ramah lingkungan yang diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan.

Kamu juga bisa tolak keras untuk membeli atau mengonsumsi produk yang jelas-jelas diproduksi dengan terlebih dahulu membakar hutan.

Sesederhana itu yang bisa kita lakukan. Kita harus bisa menyampaikan meski secara tidak langsung, pada produsen tersebut bahwa kita adalah konsumen cerdas yang cinta lingkungan.

Oh iya, kamu juga bisa follow lho, organisasi-organisasi non pemerintah ini untuk mendapatkan berbagai informasi tentang hutan dan lingkungan. Lumayan, sedikit banyak akan membuka pemahaman dan sudut pandang baru bagi kita akan lingkungan.

@Auriga_id
@alamsehatlestari

Korelasi deforestasi dengan pandemi
Pandemi menjadi salah satu yang membuat jutaan warga di dunia sadar betapa kesehatan dan lingkungan memiliki kaitan yang sangat erat. Karena awal hadirnya pandemi juga berawal dari penularan hewan. Jenis penyakit yang bisa ditularkan ini, oleh pakar kesehatan disebut sebagai penyakit zoonosis.

Pandemi Covid-19 yang masih terus ditangani hingga saat ini merupakan sebuah virus yang dipicu oleh transmisi virus dari hewan ke manusia.

Seperti yang kita semua sering dengar, Covid-19 berawal dari kelelawar lalu ditularkan ke hewan lain yaitu Trenggiling, kemudian ditularkan ke manusia.

Sumber foto: http:www.anabutarbutar.com


Kok bisa? Gimana caranya virus dari hewan ditularkan ke manusia?

Setiap spesies umumnya memiliki virus atau bakteri sendiri di dalam tubuhnya. Namun, ada satu kejadian yang disebut spill over, yakni perpindahan penyakit dari hewan ke manusia.

Dalam suatu organisme, biasanya mereka memiliki kunci untuk masuk ke dalam sel dan menginfeksi individu lain. Kunci tersebut  berupaya protein atau komponen lain yang terdapat pada tubuh. Akibat satu kejadian, virus tersebut bisa masuk ke tubuh manusia. Semakin manusia sering terpapar oleh hewan liar, maka semakin tinggi juga paparan virus yang bisa masuk ke tubuh. Dari sanalah timbul wabah.

Bila wabah sudah terjadi, dengan populasi yang tinggi dan mobilitas manusia yang tiada henti seperti perjalanan ke kantor, atau bahkan antar negara, maka wabah akan lebih cepat menyebar sehingga timbullah pandemi.

Apa sih pandemi?
Kata "pan" berasal dari bahasa Yunani yang berarti semua, dan "demos" yang berarti orang.

Dari dua kata ini, ditarik defenisi bahwa pandemi adalah sebuah penyakit yang ada pada semua orang di seluruh dunia.

12.000 tahun yang lalu, manusia mulai hidup berdampingan dengan hewan yang didomestikasi.

Di zaman tersebut, kedekatan hewan dengan manusia dan perubahan lingkungan menyebabkan penyakit zoonosis. Lalu, timbullah berbagai penyakit seperti campak, cacar yang paling parah di zaman dahulu, Tuberculosis, dan berbagai penyakit lainnya yang berawal dari hewan.

Kalau sekarang, penyakit-penyakit zoonosis ini meliputi:
1. HIV
2. Ebola
3. Salmonellosis
4. Covid-19

Pencegahan dan kontrol penyakit zoonosis:
1. Melaksanakan pedoman yang aman dan sesuai dalam perawatan hewan di sektor agrikultur untuk menurunkan potensi foodborne zoonosis
2. Sosialisasi pentingnya mencuci tangan yang benar untuk mencegah penularan di masyarakat bila wabah sudah terjadi. Karena kebanyakan virus ditularkan lewat tangan
3. Menjaga hutan dan lingkungan

2 hal yang bisa dilakukan untuk mencegah pandemi:
1. Mencegah wabah dengan tetap menempatkan virus tersebut di tempat yang semestinya yakni alam liar. Hal ini bisa dilakukan dengan tidak menghilangkan habitat hewan liar lewat karhutla atau deforestasi. 
2. Mencegah pandemi, yakni dengan wabah yang sudah ada pada manusia, tidak menyebar ke seluruh dunia. 

Sejujurnya, pemahaman-pemahaman ini benar-benar baru buat aku, membuka wawasan lagi, dan membuka diri untuk lebih mengenal dan peduli dengan lingkungan. Bersyukur banget sih bisa tergabung di Eco Blogger Squad yang juga membuka jalan buat aku untuk mengetahui masih ada buanyak banget orang di luar sana yang peduli sama lingkungan dengan berbagai cara.

Dan ternyata, lewat Eco Blogger Squad, aku mendapat kesempatan untuk mengenal dan tau pemahaman-pemahaman baru itu. Itu juga yang menjadi alasan, sebisa mungkin aku sampaikan secara detail semua isi webinar kami ke teman-teman pembaca lewat tulisan. Semoga bermanfaat yaaa :)

Sekali lagi, selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Post a Comment

36Comments
  1. sampai luput hari lingkungan hidup sedunia ini karena pandemi dan ternyata pandemi memang sudah pernah ada, beberapa penyakitnya seperti cacar , campakdan tuberkolosis sampai sekarang pun tetap ada namun syukurnya sudah ada vaksin dan obatnya semoga kita terus bisa menjaga kesehatan dan diberi umur untuk melalui pandemi covid ini.

    ReplyDelete
  2. hewan-hewan berpindah karena tempat hidupnya terusik, jadilah mencari mangsa diluaran sana ya, parahnya manusia pun jadi korban berjamaah karena hal ini.
    kalau bukan kita yang kendalikan, siapa lagi ya?
    meskipun ada vaksin tapi kayaknya bakalan sama dengan penyakit-penyakit terdahulu ya, dan mau tidak mau kita harus terbiasa dengan pandemi ini :(

    ReplyDelete
  3. Eco Blogger Squad ini kalau mau gabung bagaimana caranya nih?
    Saya malah baru denger nama komunitas ini. Kudet ya saya....

    ReplyDelete
  4. Saya perlu kasih contoh zoonosis yang lain lagi adalah malaria.
    Malaria ini dulu penyakit hewan, terutama monyet.
    Tapi kini malaria sudah menyerang manusia, sebagai akibat dari deforestasi selama 70 tahun terakhir.

    ReplyDelete
  5. biodiversitas kita pelajari sejak di bangku sekolah

    tapi dilupakan setelah dewasa

    Gak heran penyakit meraja lela

    ReplyDelete
  6. Mbak, aku jadi dapat wawasan baru juga nih. Jadi, mungkin intinya semuanya butuh keseimbangan. Ketika alam sudah dirusak, maka efeknya akan kembali ke kita juga.

    ReplyDelete
  7. dulu ku nggak ngira sih deforestasi bisa sampe bikin pandemi. Setelah melihat pandemi sekrang dan penyebabnya, aku baru sadar bahwa itu benar-benar nyata, dan bahkan bisa jadi disebabkan oleh kegiatan kita juga yg mendukung deforestasi itu sendiri ya.

    ReplyDelete
  8. Bagus juga Eco Bloggers Squad yang memfasilitasi adanya pemahaman terkait karhutla secara detail dan lengkap. Dluar itu, tugas bersama kita menjaga hutan jadi lebih baik

    ReplyDelete
  9. Sudah seharusnya memang yaa...ketika ada Hari Lingkungan Hidup Sedunia juga ada yang harus kita perbaiki dan bergerak menuju hal yang lebih baik untuk dunia ini.
    Serem sekali ternyata saat mengetahui pandemi ini adalah ulah dari manusia sendiri.
    Huhuu...ayo bergerak untuk kebaikan bumi. Agar kita bisa menikmanti kembali keindahan hidup berdampingan dengan alam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Temenku ada yang tinggal di Kalimantan karena ikut suaminya tugas dan kalau sedang ada kejadian kebakaran hutan ini...sangat memprihatinkan. Jarak pandang hingga segala aktivitas terhambat plus kesehatan juga terganggu.

      Semoga edukasi yang benar bisa memberikan pengaruh besar terhadap kebaikan lingkungan.

      Delete
  10. Keren nih para eco blogger, walau ga ikut acaranya jdi ikutan paham baca artikel ini mba, makasih

    ReplyDelete
  11. Aku salfok sama ASRI Dane eco blogger squad hehe. Kalo mau join gimana caranya Mbaak? Kebetulan aku juga tertarik isu lingkungan setahun terakhir dan sejak setahun lalu mulai lebih concern menerapkan zero waste.

    ReplyDelete
  12. sedih rasanya setiap mendengar berita tentang karhutla
    entah mengapa karhutla masih jadi PR besar bagi Indonesia
    karhutla harus menjadi perhatian serius dari semua pihak ya mbak
    sebab dampaknya juga dirasakan oleh manusia itu sendiri

    ReplyDelete
  13. Ngomongin karhutla rasanya selalu membuat sedih. Kekayaan alam hutan kita yang asalnya banyak dan luas, semakin hari semakin berkurang. Semoga dengan semakin banyaknya sosialisasi pentingnya hutan untuk kehidupan, semakin banyak pula pihak yang menyadari hal tersebut. Dan karhutla bisa dicegah. Minimal karhutla yang disebabkan manusia.

    ReplyDelete
  14. Ku baru tahu juga ada komunitas Eco Blogger Squad ini, semoga bisa mewakili dan memberikan contoh bahkan edukasi soal lingkungan hidup apalagi sekarang yang lagi trens kahutla, semoga bisa ada pencegahannya yaa.
    Jadi nambah wawasan lagi deh, makasih yaa.

    ReplyDelete
  15. Seharusnya manusia belajar dari kejadian yang telah terjadi ya. Itu sebelum covid-19 ternyata ada beberapa penyakit menular juga. Kenapa kita tidak bercermin ke sana?

    ReplyDelete
  16. Saat ini kayaknya kita menuai apa yang kita tabur. Ketidakseimbangan ekosistem yg ada merupakan hasil dari yang kita lakukan mungkin tanpa sadar ya.

    ReplyDelete
  17. Semoga tidak ada lagi hutan terbakar, dan semoga banyak manusia yang sadar akan penting nya hutan akan manfaatnya melestarikan lingkungan sekitar. Sehat selalu Mba.

    ReplyDelete
  18. Payahnya memnag dedorestasi masih terus terjadi. Mungkin memang sifat dasar manusia yang nggak mudah merasa puas, maka isu begini terus terjadi. Terakhir di Sangihe, mau buka lahan tambang. Padahal kalo hutan dibabat, burung endemik bisa punah, alam nggak tau akan serupa apa nantinya.

    Semoga makin banyak pihak yang mau bekerjasama dalam merawat lingkungan.

    ReplyDelete
  19. ternyata deforestasi ini berhubungan juga ya sama penyebaran penyakit dari hewan. memang PR banget nih buat pemerintah untuk mengatasi masalah karhutla yang setiap tahun terjadi di negara kita

    ReplyDelete
  20. Bahas soal Karhutla ini panjang kali lebar, karena ini problema yg dihadapi Indonesia setiap tahunnya, tanpa ada solusi dan tanpa ada tindakan tegas, terutama yg melibatkan korporasi, ujung2nya berakhir di pengadilan tanpa kejelasan, intinya sih gak bikin kapok kroporasi yg menjadi oknum dibalik Karhutla Indonesia selama ini.

    ReplyDelete
  21. Deforestasi juga berhubungan erat sama pembukaan lahan untuk wisata.
    Saya sering sedih lihat lahan hijau dan penyerapan air seperti Punclut yang saya tinggali dieksploitasi besar-besaran.

    ReplyDelete
  22. bagus bgt emang pembahsanny. aku juga orang yg termasuk suka lingkungan dan pelestarian. buat gabung eco blogger gimana caranya kak

    ReplyDelete
  23. Ngeri banget kalo udah bahas ttg kerusakan lingkungan, termasuk karhutla. Dampaknya bisa kemana2, termasuk memicu zoonosis juga ya.

    Persoalan lingkungan harusnya menjadi concern semua pihak...

    ReplyDelete
  24. Semoga makin banyak orang yg peduli dengan lingkungan hidup. lakukan dari yg mudah, dari dari sendiri, dari rumah lalu tularkan

    ReplyDelete
  25. Penting banget nih untuk dimengerti oleh masyarakat. Khususnya anak-anak sih, karena mereka lah yang akan menjadi pemimpin di masa depan dan harus mengerti tentang isu lingkungan.

    ReplyDelete
  26. Sedikit menambah wawasan akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem agar dampak dari ketidakseimbangan tdk merugikan manusia.

    ReplyDelete
  27. Baca review ini, jadi bisa menambah wawasan tentang ekosistem, bahwa pentingnya menjaga keseimbangan agar tidak merugikan manusia

    ReplyDelete
  28. mba boleh di infokah bagaimana caranya bergabung dengan Eco Blogger Squad ? aku jadi tertarik juga untuk ikut serta seteah membaca postingannya

    ReplyDelete
  29. Sedih sih kalau ingat ingat kondisi lingkungan dan hutan yang alih fungsi, beberapa hari yg lalu nonton berita di tv ada petani yg tewas kena terkam harimau :'( ya karena memang habitat harimau dibuat jadi kebun kelapa sawit, huhuhu. Semoga semakin banyak yg sadar untuk lebih 'care' sama lingkungan & hutan ya mba. Well said mbaa :)

    ReplyDelete
  30. deforestasi merusak ekosistem lingkungan ya mbak. dan ternyata berhubungan juga dengan pandemi

    ReplyDelete
  31. Kita juga bisa berpartisipasi dalam langkah menjaga lingkungan. Mpo baru kapasitas sebagai pendukung program pilah pilih sampah

    ReplyDelete
  32. iya mbaa.. peran kita pun juga penting yaa.. kurasa kalau misalnya ada kebijakan yang kita bisa ikut andil untuk berperan, misalnya dalam petisi atau semacamnya, sebisa mungkin ikut ngasih suara

    ReplyDelete
  33. Waduh keren banget sih eco blogger squad itu. Aku literally suka banget sama hal yang berbau eco. Tapi kayaknya masih cetek banget untuk bisa dibilang berperan besar. But, I fully support u guys. Suka banget sama artikel kayak gini.

    ReplyDelete
  34. Wah jadi harus lebih teliti dan pastikan semua produk yang kita beli ada ECO LABEL dan GREEN LABEL nya yaa.. Supaya kita ikut serta dalam menjaga lingkungan..

    ReplyDelete
  35. Karhutla ini permasalahan yang bikin gemes memang.

    Dan senangnya banyak reminder sosialisasi agar upaya perlindungan hutan dan lahan dari kebakaran terus dilakukan. Sebab jangka panjangnya perlu dipikirkan juga.

    Semoga banyak yang sadar dan terus berkelanjutan edukasi ini dilakukan

    ReplyDelete
Post a Comment