![]() |
Ilustrasi hutan | Sumber foto: Freepik |
Percakapan singkat tentang hutan dan isinya
Dalam
satu kesempatan, aku pernah berbincang ringan dengan seorang teman yang sejak
kecilnya tinggal di kota besar. Sambil menyeruput kopi favoritnya, temanku
menjawab sembari bergidik “ih, ngapain
sih ke gunung? Horor tau ngelewatin hutan-hutan itu! Banyak binatangnya lagi!.”
Jawaban ini merupakan respon atas tawaran untuk mendaki gunung dari seorang
teman lain.
Seandainya
saja dia sadar, bahwa kopi yang dikonsumsinya saat itu pun merupakan salah satu
hasil dari hutan.
Bagi
seorang yang sangat benci dengan ulat, binatang melata dan film horor, jawaban
tersebut tentu tidak mengejutkan. Meski berkali-kali aku bercerita tentang
keterlibatan hutan dengan masa kecilku yang asam manis, tidak sedikitpun cerita
itu mengubah pendiriannya untuk menyukai hutan.
Menurutku
tidak masalah. Setiap orang memiliki traumanya masing-masing, memiliki
ketakutannya masing-masing dan kurasa aku harus menghargai itu. Sama seperti
aku ingin orang lain menghargai ketakutanku akan kecoak dan bukan malah dengan
sengaja menunjukkannya di depan mukaku sembari terus tertawa.
Sepanjang tahun 2020, bencana Hidrometeorologi mendominasi
![]() |
Langit Muaro Jambi yang memerah | Sumber foto: Kompas |
Aku mau ajak kamu flashback sedikit ke tahun 2019, ketika langit Muaro Jambi berubah merah karena kebakaran hutan. Atau, ketika saudara-saudara kita di Pekanbaru yang harus mengalami keterbatasan pandangan akibat asap pekat yang juga dari kebakaran hutan. Juga yang terbaru yang terjadi di NTT dan NTB.
Akibat
ekosistem yang sudah tidak seimbang karena kurangnya penjagaan, sebetulnya banyak
musibah yang bisa terjadi. Kebakaran hutan itu contohnya, ada juga banjir,
tanah longsor. Macam-macam.
Menurut data yang dikeluarkan oleh BNPB, sebanyak 2.925 bencana terjadi di tanah air selama tahun 2020. Bencana Hidrometeorologi mendominasi. (Sumber: bnpb.go.id)
Maksudku
adalah, kamu bisa saja tidak menyukai hutan, tapi bukan berarti harus lepas tangan.
Karena ternyata, ketika bencana terjadi akibat ketidakseimbangan alam, kita sama-sama merasakan perasaan
was-was berlebih, khawatir berkepanjangan, dan takut hal yang sama terjadi
kembali. Sayangnya, ketika kekhawatiran kita tidak terjadi, kita lupa ada yang
harus kita jaga bersama. Alam.
Hutan yang tak
terjaga dan dampaknya bagi kehidupan
![]() |
Perubahan suhu yang terjadi di Indonesia | Sumber foto: Tangkap layar WALHI |
Gradasi
perubahan suhu bumi di Indonesia sendiri pun sudah berwarna merah yang
menunjukkan adanya kenaikan suhu.
Sementara, Intergovernmental Panel on Climate Change atau “Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim” menyebutkan, ada banyak dampak pemanasan global yang terjadi sekarang ini dan bila kenaikan suhu mencapai 1,5⁰C yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2040 bila emisi global terus meningkat dengan kecepatan seperti saat ini, seperti:
- Musnahnya pulau-pulau kecil
- Ekosistem laut akan mencapai titik kritisnya dan tidak dapat lagi dipulihkan, termasuk hilangnya 70-90% terumbu karang
- Hilang atau punahnya biodiversitas
- Kelangkaan air
- Gagal panen akibat kurangnya intensitas air dan tidak dapat lagi diprediksi musim hujan. Bila hal ini terjadi, maka akan berdampak juga pada kita yang tinggal di kota.
- Berbagai penyakit akan semakin sering terjadi khususnya di daerah perkotaan
Kebayang
ngga sih kalau petani ngga bisa bertani lagi akibat kurangnya intensitas air,
mau makan apa kita yang tinggal di kota? Udah terancam makanan, penyakitan pula.
Tuh
kan, meski kita dan hutan itu LDRan, heii, dampaknya sedekat nadii! Warga
Jakarta ngga perlu diingetin lagi lah ya sama banjir yang sudah jadi langganan
kita setiap tahunnya. Hehhe.
Jangan lepas tangan! Kamu yang
tak suka hutan juga bisa jadi generasi lestari. Yuk jaga hutan dengan cara-cara
ini
Bicara
tentang mencintai hutan dan lingkungan, bayangannya memang kayak berat gitu ya.
Apalagi kalau ngeliat anak-anak muda penggiat lingkungan harus turun langsung
ke lapangan atau jadi penggerak di lapangan. Panas-panasan, pulang-pulang jadi
hitam. Ngga heran kalau banyak orang yang nolak.
Eh,
padahal ngga harus begitu, lho.
Seperti
yang aku bilang di awal tulisan ini, aku sangat menghargai kekhawatiran
teman-teman yang beranggapan bahwa hutan itu mistis, hutan itu banyak binatang
yang bikin kamu geli kalau ketemu. Tapi orang bijak bilang “tak kenal maka tak
sayang”.
Jika
pandemi berakhir, bagaimana jika suatu saat kita coba main ke hutan? Mengenal
secara langsung tanpa dibatasi oleh “katanya katanya dari orang”. Hehhe. Ternyata,
banyak lho, teman yang awalnya ogah muncak ngelewatin hutan-hutan, kini
malah ketagihan. Siapa tau kamu juga termasuk orang itu.
Alam
itu menakjubkan, tahu. Sayang kalau kamu lewatin tanpa dikunjungi di usia
mudamu. Makanya Christopher McCandless dalam film Into The Wild tergila-gila dan memilih lebih banyak menghabiskan
waktu di alam.
Balik
lagi tentang kontribusi kita dalam menjaga hutan, terutama kita yang tinggal di
kota. Apa aja sih yang bisa kita
lakukan?
1.
Pernah dengar Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)? WALHI sendiri
merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia.
Lewat WALHI ini, kamu bisa berdonasi. Donasi yang diterima nantinya akan
digunakan untuk memberi solusi konkret akan kebutuhan yang berkaitan dengan
lingkungan. Kamu bisa berdonasi di sini
2.
Kalau kamu mau terjun langsung ke lapangan, boleh juga, lhooo. Malah akan lebih
bagus. Namun, bila kesulitan dan bingung akan hal-hal yang harus dilakukan,
kamu bisa langsung hubungi cabang WALHI terdekat dari lokasi kunjungan kamu
3.
Beli produk lokal yang ramah lingkungan. Banyak, lho, produk lokal ramah
lingkungan bahkan dihasilkan langsung dari hutan. Katakan saja madu alam dan
daun kelor yang kini sudah dilirik dunia atau kosmetik hasil dari hutan yang
baru-baru ini diluncurkan.
4.
Terlibat dalam kampanye yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pemerhati
lingkungan yang saat ini banyak dilakukan secara daring
5.
Berkontribusi lewat profesi. Yang satu ini paling menyenangkan, nih. Dengan
memberikan pembelaan terhadap hutan lewat profesi, kita bisa lebih leluasa
bergerak tanpa terbebani. Hampir setiap profesi bisa berkontribusi lho, Content
Creator misalnya, bisa bergerak dengan membagikan konten-konten yang relevan
dengan lingkungan.
6.
Dalam kondisi mendesak yang membuatmu harus menggunakan hasil hutan, pastikan
produk tersebut sudah memiliki sertifikasi ecolabel ya.
7.
Kamu juga bisa ikutan program adopsi pohon yang diselenggarakan oleh Hutan Itu
Indonesia (HII)
8.
Turut melaksanakan Earth hour yang
jatuh pada tanggal 27 Maret setiap tahunnya. Peringatan ini juga bisa dilakukan
ulang pada hari bumi sedunia yang jatuh pada tanggal 22 April mendatang. Caranya
mudah banget, jadi kita cuma kompakan matiin listrik satu jam. Biar ngga bete, kita bisa habiskan waktu dengan
berolahraga, atau melakukan kegiatan di luar yang tak membutuhkan aliran
listrik.
9.
Kurangi penggunaan plastik dalam berbagai aktifitas. Kalau lagi belanja,
upayain bawa shopping bag ramah
lingkungan, ya.
Bila tercukupi dari
hutan, mengapa perlu banyak yang dimusnahkan?
Cara
menjaga hutan di atas memang terkesan hal sepele yang sepertinya tidak ada
dampaknya. Tapi tau ngga, sih, hal yang kita anggap sepele itu berdampak besar
terhadap lingkungan kita. Apalagi jika dilakukan secara rutin dan bersamaan.
Jangan sampai suhu bumi mencapai 1,5⁰C ya. Itu PR kita bersama.
Kenapa
sih, hutan itu harus dijaga?
Di
atas, aku sudah singgung hal yang akan terjadi jika alam tidak seimbang. Bencana
bisa terjadi dimana-mana yang pada akhirnya, manusia jugalah yang jadi
korbannya.
Mari meluruskan perayaan hari bumi yang dianggap untuk menyelamatkan bumi.
Bukan!
Perayaan hari bumi itu dilakukan untuk menyelamatkan manusia. Faktanya, bumi
baik-baik saja tanpa kita. Sudah lihat candi yang dililit akar pohon yang ada
di Kamboja? Ketika sebuah bangunan tidak lagi dihuni oleh manusia, bumi lewat
tanaman akan kembali mengambil lagi yang menjadi miliknya.
Hutan
bukan hanya tentang sekelompok tanaman, di sana terdapat pula flora, fauna,
wisata, pangan dan budaya yang harus kita jaga kelestariannya. Karena bila
keseluruhannya hilang, tidak akan pernah tergantikan.
Bila hutan ternyata bisa menyediakan makanan, pakaian, obat-obatan, alat rumah tangga, bahkan kecantikan, lalu mengapa perlu banyak hutan yang dimusnahkan?
Oh iya, sebuah desa di kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dengan masyarakat adat bernama Siberuang tepatnya di dusun silit bahkan berhasil membuat mikro hidro berupa pembangkit listrik tenaga air untuk menerangi kampung mereka sendiri tanpa perlu bergantung pada teknisi luar dan teknologi yang canggih.
Dengan pemanfaatan hutan untuk berbagai aspek kehidupan, semestinya jumlah emisi yang dilepas ke udara bisa semakin ditekan.
Jadi teruntukmu yang tak suka dengan hutan, dari sekarang, yuk ikut bergandeng tangan. Ketakutanmu bukan alasan untuk tidak peduli. Kita coba berkontribusi dari hal yang paling mudah kita lakukan yaaa.
Menarik sekali nih tulisan tentang hutan.. Secara memang aku belum pernah ke hutan jadi antusias banget nih melihat hutan langsung
ReplyDeleteSecara harafiah, tentu saya juga tidak bisa masuk ke hutan dengan fisik yang lemah. Tapi aku percaya sekali dengan pentingnya kelestarian hutan bagi manusia sendiri. Peran manusia untuk menjaga dengan berbagai cara. Terima kasih atas edukasinya.
ReplyDeleteSaya jujur suka hutan, cuma kadang takut karena saya punya phobia hewan tertentu yang biasa hidup di hutan, sebagai gantinya saya suka menanam pohon. Bikin bibit sebuah pohon lalu tanam di taman perumahan saya, jadi taman perumahan yang luas nampak lebih adem dan asri
ReplyDeleteSalah satu bentuk gerakan kecil yang udah aku lakuin itu beli produk yang ramah lingkungan dan ikut gerakan earth hour kak semoga bisa turut berpartisipasi untuk gerakan besar
ReplyDeleteHutan itu penting banget buat kehidupan kita semua di muka bumi, hutan menyediakan segala, dan apabila hutan berkurang terus secara signifikan, bukan hanya perubahan iklim saja yang terjadi , banyak bencana lain yang akan terjadi
ReplyDeleteSaya selalu percaya bahwa Tuhan sudah menciptakan alam semesta (termasuk hutan) dengan kebermanfaatan. Tinggal bagaimana kita mengelola dan melestarikannya, terutama regulasi pemerintah yang harus berpihak pada kelestarian alam.
ReplyDeleteWaw super sekali tulisannya kak. Aku pun juga sering menolak jika di beri plastik oleh penjual Krn sudah bawa totebag ramah lingkungan. Harapannya, meski kecil semog abisa membantu menjaga bumi.
ReplyDeleteSemangat terus utk eco blogger mengkampayekan soal ini, smoga makin byk masyarakat yg aware
ReplyDeleteSemoga semakin banyak masyarakat yang aware ya mbak. Soalnya meskipun naik suhunya sedikit, tapi dampaknya buanyaaak ternyata. Terutama bagi kelangsungan ekosistem yang ada.
ReplyDeletehuhuhu jangankan hutan, banyak orang yang gak suka pohon lho
ReplyDeletemereka lupa bahwa oksigen cuma dihasilkan oleh pohon
jadi jangan ceraikan pohon dan hutan ^^
Dukung banget soal pelestarian hutan ini. Aku bukan orang yang suka mendaki tapi suka backpackeran dan nyelesein hutan. Hutan Indonesia kaya SDA banget!
ReplyDeleteDi komunitas @minimalistmoms.id juga salah satu value nya zero waste, sadar lingkungan termasuk hutan
masa ada ya manusia yang ga suka dengan hutan? kebangeten yak.. haha padahal oksigen segar yang setiap hari dihirup ya dipasok oleh hutan :)
ReplyDeleteIya kak, janganlah jadi tidak suka dengan hutan, karena dia sumber kehidupan semua makhluk hidup di dunia ini
DeleteAku suka hutaaan, dlu sebelom pandemi tiap Minggu suka berkunjung sekedar menghirup udara syegar atau sebulan sekali main ke gunung melewati hutan.
ReplyDeleteBnyak banget kontribusinya, kadang menanam pohon/bibit , ngambilin sampah yg ada di sana tidak meninggalkan jejak kecuali foto, eehh.
Pokonya seru, semoga selalu berkontribusi dengan hal2 sederhana buat hutan/bumi
Kalo aku sih percaya, tuhan menciptakan bumi dan isinya (termasuk hutan) pasti ada manfaat dan fungsinya, jadi for me tidak ada alasan untuk tidak suka dengan hutan. Even, jarang bgt hampir tidak pernah menelusuri hutan, tapi liat pemandantan hutan yg hijau aja bikin takjub dan segar
ReplyDeleteYuk lah, kita sayangi hutan karena banyak sumber kehidupan yang harus diselamatkan dan dijaga. Masa iya masih mau membiarkannya begitu saja
ReplyDeleteMerinding ketika melihat langit Jambi yang berwarna merah berarti kebakaran hutan besar. Sedih banget sih kalau manusia sangat egois, berpikir akan kepentingannya sendiri saja. Karena itu kita perlu banget untuk mulai melakukan sesuatu untuk bumi kita. Bisa dimulai dari beberapa poin yang sudah kakak sebutkan di dalam artikel.
ReplyDeleteSemakin miris hutan yang ada di Indonesia. Semoga bisa tetap lestari
ReplyDeleteMengenalkan hutan lebih akrab dgn kita perlu diiringi dgn perubahan paradigma hutan ya berarti. Tentu hutan memiliki bnyk hal yg manfaat, tapi kita tidak boleh hanya memanfaatkan saja tanpa di iringi dgn menjalankan.
ReplyDelete*menjaganya
ReplyDeleteDulu ak suka sekali naik gunung semenjak nikah sudah jarang melihat gunung dan hutan, rindu dengan harus embun saat bagi hari tanah yang memiliki wangi yang beda, semoga anak" ku dapat merasakannya
ReplyDeleteAku tuh pengin banget sebenarnya pergi ke gunung, ngebayangin nya aja udah berasa segar banget buat pernapasan..
ReplyDeleteSemoga semua orang bisa sadar lingkungan ,termasuk dengan fungsi hutan itu sendiri. Suka sedih kalau ngeliat pohon di tebang
Aku suka hutan, kok, Kak ^^ Terakhir aku main ke hutan di Baluran.. Sejuk dan segar banget kalau ke hutan itu. :)
ReplyDeleteIngat hutan aku jadi ingat salah satu buku yang judulnya zero waste adventure mbak, beliau yang nulis adalah pecinta hutan dan pendaki.
ReplyDeleteOiya, mengingat suhu 1,5 derajat celsius tadi, jadi miris melihat orang berlomba-lomba beli mobil dan konsumtif. Karena dari sifat konsumtif mereka, tanpa sadar mereka juga berkontribusi sama sampah dan kenaikan suhu bumi juga kan ya?
Aku suka sama hutan kok, suka naik gunung karena menurutku udara di hutan itu masih segar dan bersih banget. Cocok untuk melepas penat
ReplyDeleteAku tuh sedih deh kalau lihat dan baca berita tentang kebakaran hutan, karena mikirin gimana jadinya ekosistem disana. Terus ya saking kita serakahnya sampai lupa bahwa itu juga bisa membahayakan diri kita juga. Semoga semakin banyak orang yang sadar akan terus menjaga kelestarian hutan.
ReplyDeleteSepakat mbak, yang penting untuk ditekankan adalah mengetahui manfaat hutan, dan ikut berpartisipasi menjaganya sesuai kemampuannya. Karena memang tidak semua orang lahir di daerah yang dekat dengan hutan, atau bisa ken hutan lewat hobi yang dimilikinya. Intinya adalah peduli dan menjaga, bagaimanapun caranya
ReplyDeleteAku suka banget sama hutan mba adem rasanya liat yg hijau2 makanya kita harus melestarikan hutan dengan menjaganya ya agar bumi selalu hijau
ReplyDeleteHutan tuh emang penting banget ya untuk kelangsungan mahluk hidup lainnya..
ReplyDeleteMoga banyak yang lebih peduli dengan hutan, dan gak ada lagi penebangan liar
Adanya hutan itu penting banget loh. Dulu kalau masih sering ke Gunung paling suka lihat hutan dan selalu bikin adem banget. Semoga makin banyak yang lebih peduli hutan ya
ReplyDeleteHutan salah satu penopang kehidupan manusia di bumi memang perlu dijaga kelestariannya.
ReplyDeleteTampaknya penulis posting ini peduli terhadap isu pemanasan global.