Program GESID Persembahan dari Danone untuk Remaja Indonesia

0

  


Remaja merupakan calon pemimpin yang akan membentuk masa depan Indonesia. Di luar sana, ada banyak edukasi seputar bayi, 1000 HPK, mengatasi anak yang susah makan, sampai informasi-informasi penting yang harus diketahui oleh orang tua baru untuk menangani kehidupan menjadi seorang Ibu. Sayangnya, belum banyak edukasi yang menyasar kehidupan remaja.

Kelompok usia remaja didefenisikan sebagai kelompok usia 10-24 tahun yang saat ini jumlahnya cukup besar. Berdasarkan data BPS, SUPAS tahun 2015, ada sebanyak 61.484.630 jiwa usia remaja yang setara dengan 25,63%. Mengingat potensi tersebut dan menimbang bahwa remaja adalah penerus bangsa, maka program peningkatan kesadaran remaja untuk hidup lebih sehat dan berkualitas menjadi kegiatan yang sangat penting.

Oleh karena itu Danone Indonesia menginisiasi program untuk remaja yang dikenal dengan Program GESID (Generasi Sehat Indonesia). Program yang dibangun bersama FEMA IPB ini memberikan edukasi gizi dan kesehatan remaja baik usia usia SMP maupun SMA dengan melengkapi tools edukasi berupa “ Buku Panduan GESID (Generasi Sehat Indonesia).

Peluncuran buku Panduan GESID (Generasi Sehat Indonesia) dilakukan pada hari Senin, 14 Desember 2020 diikuti dengan menghadirkan:

  1. Vera Galuh Sugijanto selaku VP General Secretary Danone Indonesia
  2. Dr. Dhian Dipo, MA selaku Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI 
  3. Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, Msi selaku ketua departemen Gizi Masyarakat , FEMA IPB
  4. Prof. Dr. Arif Satria, SP. Msi selaku Rektor IPB
  5. Karyanto Wibowo selaku Sustainable Development Direktor Danone Indonesia
  6. Sharla Martiza selaku siswi SMA sekaligus seorang pemenang The Voice Kids 2017

Panduan GESID Dari Danone untuk Remaja Indonesia

1. Aku peduli

Berdasarkan data yang dilansir dari Survei Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia tahun 2010, pengetahuaan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja masih terbilang rendah. Sebanyak 13% perempuan tidak mengetahui perubahan fi sik yang terjadi pada diri mereka dan hampir separuh dari mereka (49,9%) tidak mengetahui masa suburnya (Jurnalugm.ac.id)

Menurut WHO, remaja dilihat dari dua faktor, yakni biologis dan psikologis.

Secara biologis, remaja merupakan masa perkembangan individu dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda perkembangan seksual sekunder sampai tercapainya kematangan seksual. Sedangkan secara psikologis, remaja adalah suatu waktu dimana individu mengalami perkembangan psikologi dan identifikasi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.

Beberapa hal yang dibahas pada poin aku peduli:

  • Remaja diperkenalkan dengan tubuhnya sendiri, termasuk perubahan yang terjadi saat remaja tersebut mengalami pubertas
  • Cara merawat kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki dan perempuan
  • Remaja juga dibekali dengan pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan agar terhindar dari perlaku buruk terkait kesehatan reproduksi
  • Sekaligus pengenalan terhadap 1000 HPK (Hari pertama kehidupan
Berbicara seputar reproduksi terhadap anak remaja, masih kerap dianggap tabu. Padahal, seharusnya orang tua diharapkan dapat memberikan edukasi yang tepat pada anak untuk menghindari anak terhindar dari edukasi-edukasi yang salah dari lingkungan luar. Untuk itu, sebelum dapat menyampaikan informasi yang benar, orang tua diharapkan dapat terlebih dahulu membekali diri tentang tumbuh kembang remaja termasuk seputar pengetahuan tentang reproduksi pada remaja.


2. Aku sehat

Dalam poin ini, diberikan edukasi bagaimana agar anak remaja lebih sehat, siap beraktivitas dan berkarya. Beberapa poin yang diangkat yaitu:
  • Peranan gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup serta gizi seimbang
  • Pengenalan terhadap gizi remaja yang secara spesifik membahas tentang malnutrisi, body image remaja, anoreksia dan bulimia, termasuk anemia pada remaja putri dan wanita usia subur.
  • Termasuk tentang panduan status gizi remaja yang sangat penting untuk disampaikan

3.       Aku bertanggungjawab

Masa remaja identik dengan perkembangan fisik. mental dan sosial yang dialami remaja. Terjadi pula ketertarikan pada lawan jenis sehingga dapat mendorong terjadinya pernikahan dini jika tidak disertai oleh pendidikan memadai tentang cara mengendalikan diri dan emosi, terutama mengendalikan hasrat terhadap lawan jenis. 

Dalam poin ini dibahas secara rinci:
  • Bagaimana pencegahan terhadap pernikahan dini, 
  • Bagaimana karakter baik pada remaja dibentuk. 
  • Serta tips-tips apa saja yang dapat dilakukan oleh orang tua atau guru untuk membentuk karakter anak

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)