![]() |
Ilustrasi: Tangkap layar webinar |
Pergeseran Makna “Pekerjaan Berat”
“Ngga usah kali. Ini bukan kerjaan perempuan. Biar gue aja.”
Kira-kira seperti itu yang kerap terdengar dari laki-laki ketika perempuan dan laki-laki berada di satu tempat yang sama dan dihadapkan dengan satu pekerjaan yang dianggap cukup berat.
Sebetulnya, jika bisa bicara jujur, defenisi pekerjaan berat itu sekarang luas ya. Ambigu pula.
Sederhananya begini, salah satu contoh pekerjaan yang membutuhkan otot. Dulu mengangkat galon berisi air dianggap susah serta memberatkan perempuan. Sebisa mungkin, biar laki-laki saja yang menyelesaikan itu. Sekarang? Coba lihat perempuan-perempuan perantau yang tinggal sendirian, galon berisi mahhh, enteng lah!
Lalu bicara dalam urusan pekerjaan yang menguras energi, mental, otak dalam kepemimpinan, Ibu Megawati Soekarnoputri bahkan sudah pernah memimpin bangsa Indonesia usai resmi terpilih menjadi Presiden Indonesia periode 2001-2004.
Kalau mau bahas kepemimpinan tersebut sudah berlangsung lama, bisa kita ambil pula bukti nyata dari perusahaan besar di Indonesia yang dipimpin oleh perempuan saat ini.
Anggapan tentang kepemimpinan atau kemampuan seorang perempuan untuk melakukan pekerjaan yang selama ini biasanya dilakukan oleh laki-laki memang masih ramai dipertanyakan.
Dia kan perempuan, sanggup ngga ya ngerjain itu?
Wah, hebat ya. Dia bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut padahal dia
Cuma seorang perempuan.
Dan kalimat-kalimat lain yang sering terdengar sebagai bentuk ketidakyakinan akan kemampuan seorang perempuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Jadi, balik lagi ke pertanyaan, sebetulnya “pekerjaan berat” itu apa sih? Toh “berat” yang dimaksud ternyata perlahan-lahan bisa ditaklukkan oleh para perempuan juga.
Berbicara Tentang “More Than a
Woman” Dalam IdeaFest 2020
Kesetaraan gender dibahas pula dalam IdeaFest 2020 dengan topik “More than a Woman: How These Female Leaders Make a Change” menjadi bahasan menarik untuk didengarkan.
Acara tersebut dihadiri oleh:
- Vera Galuh Sugijanto seorang VP General Secretary of Sarihusada
- Dewi Muliaty seorang Presiden Director of Prodia
- Hannah Al Rashid seorang Aktris dan activist
- Serta Rory Asyari yang memimpin berjalannya acara
5 Cara Hidup Sebagai “More Than a
Woman” Ala Perempuan-perempuan Hebat
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Vera, Ibu Dewi dan Mba Hannah dalam IdeaFest 2020, setidaknya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghidupi apa itu yang disebut sebagai “More Than A Woman”. Apa saja?
1. Perempuan Harus Berpendidikan
Bicara di lingkup profesional, termasuk entrepreneur, pekerja swasta termasuk pemerintah, perempuan selalu memiliki andil. Dan biasanya, mereka disebut sebagai perempuan-perempuan sukses.
Ngomong-ngomong tentang perempuan sukses, semua perempuan sukses dan hebat berawal dari dini, berawal dari rumah. Untuk itu, penting bagi seorang perempuan agar berpendidikan sehingga kelak saat menjadi seorang ibu, perempuan akan menjadi sosok pertama yang memberikan contoh kepada anak-anaknya dengan ilmu yang dimilikinya. Bagaimanapun, pendidikan yang baik bagi seorang anak tergantung pada pendidikan ibunya sendiri.
2. Percaya Diri dalam Pilihan Sendiri
Menjadi seorang ibu rumah tangga atau menjadi seorang perempuan berkarir adalah pilihan.
Stigma masyarakat tentang perempuan menjadi ibu rumah tangga ATAU perempuan karir masih kencang beredar di masyarakat. Apapun pilihannya perempuan harus percaya diri dengan pilihan sendiri.
Akan selalu ada anggapan-anggapan dari masyarakat tentang perempuan lulusan sarjana yang berakhir jadi ibu rumah tangga atau perempuan berkeluarga yang selalu sibuk bekerja di kantoran. Abaikan itu, dan percaya dirilah dengan pilihan.
Jangan menjadi ibu rumah tangga ATAU perempuan berkarir, jadilah keduanya.
3. Jadi Ibu Rumah Tangga namun Tetap Berkarya
Lewat CSR, Sarihusada memberikan berbagai pelatihan untuk perempuan sebagai bekal berwirausaha. Sehingga, meski menjadi seorang ibu rumah tangga, perempuan tetap bisa berkarya.
Sepatutnya memang demikian. Memiliki keahlian bagi seorang perempuan sebaiknya menjadi keharusan. Menulis, bercerita, memasak, atau satu kegiatan lain yang disukai sekaligus benar-benar dikuasai.
Sehingga saat kehidupan tidak tertebak dan mengharuskan berada di rumah seperti saat ini, perempuan memiliki andil besar untuk menambah penghasilan keluarga dan mengisi hari-hari dengan karya selain waktu untuk keluarga tentu saja.
4. Mandiri tanpa Meremehkan
Sebanyak 63% jajaran Direksi di Danone dipegang oleh perempuan. Mungkin di luar sana ada banyak perempuan pula yang menduduki posisi teratas suatu jabatan.
Salah satu kelemahan perempuan menurut Ibu Dewi adalah, bahwa ketika seorang perempuan telah memiliki power di sebuah tempat, perempuan cenderung ingin menyelesaikan segala sesuatu dengan kemampuannya, padahal, memiliki power berarti pula dapat mendelegasikan pekerjaan ke tim tanpa memaksakan kemampuan sendiri.
5. Edukasi untuk Laki-laki
Perhatiin ngga sih perempuan itu kalau udah di dapur. Nyalain kompor, masak ayam, ngiris bumbu dan sayuran sambil suapin anak bisa dilakukan secara bersamaan.
Sejujurnya, aku sendiri belum ngalamin sih, tapi melihat teman-teman yang sudah merasakan melakukan hal ini, takjub aja gitu. Keren ya, kerjaan ngelist begitu bisa beres sekali jalan, sementara suaminya hanya fokus nyuci mobil doang di depan.
Nah, hal ini tidak luput dari perhatian Hannah, sang Aktris. Menurutnya, memberikan edukasi kepada kaum pria bahwa pekerjaan rumah dan urusan anak adalah pekerjaan bersama yang seharusnya dilakukan bersama-sama. Bukan hanya urusan perempuan. Bukan hanya urusan laki-laki. Sebaiknya lakukan berdua.